Alfian Harahap: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 14:
|instrument = [[Vokal]]
|yearsactive = [[1964]] - [[1975]]
|label =
|associatedacts =
|influences =
Baris 46:
Pada awal 1970-an musik pop Indonesia secara perlahan mulai dikuasai oleh grup-grup band baru macam [[Koes Bersaudara]] ([[Koes Plus]]), [[Panbers]], [[Syamsuar Hasyim|D'Lloyd]], dsb yang menawarkan warna baru. Penyanyi-penyanyi solo, termasuk Alfian pun ikut terkena imbasnya. Namanya meredup pada tahun 1970-an. Sayang, ketika bermunculan grup musik seperti Koes Plus dan Panbers itu ia justru tidak percaya diri untuk tetap menekuni karir bernyanyi solo yang telah mempopulerkan namanya.
Alfian memilih lengser dari studio rekaman dan dunia tarik suara. Ia kemudian bekerja di [[PT Bonded Warehouse Indonesia]] di kawasan [[Tanjung Priok]] – Jakarta, menjadi pengawas bongkar muat kapal yang masuk. Karena pekerjaan sebagai pengawas
Sejak itu namanya
Baris 68:
Salah satu kelebihannya adalah kebanyakan lagunya menggambarkan hidup dan cinta di tengah kesederhanaan namun sangat mengena di hati. Hal ini tampak pada tembang-tembang seperti ''Kasih Ibu'', ''Kisah di Bulan April'', ''Sahlawati'', ''Anak Desa'', ''Suling Bambu'', ''Relakan'', ''Hadiah Ulang Tahun'', hingga ''Gadis Pujaan''.
Alfian juga dikenal sebagai musisi yang memiliki banyak lagu romantis berlatar keindahan tempat dan panorama alam di Tanah Air. Umumnya mengangkat kisah cinta dengan mengambil setting beberapa tempat di Indonesia seperti ''Senja di
Lewat tembang “Semalam di Cianjur” (1964), Alfian menceritakan [[Cianjur]] sebagai kota tempat kenangan cintanya. Berkat lagu ini Alfian Harahap pernah disambut luar biasa oleh khalayak anak muda Cianjur pada suatu malam sekitar pertengahan 1960-an. Hal itu karena ia telah membuat harum nama Cianjur ke seantero negeri. Konon, saat manggung di Wisma Karya Cianjur, Alfian sempat berkenalan dan ”digosipkan” jatuh cinta dengan seorang mojang Cianjur keturunan [[Tionghoa]]. Beberapa saat setelah Alfian manggung di Wisma Karya, tiba-tiba penyanyi kenamaan yang dalam aksi-aksinya sering meniru gaya Elvis Presley dan Pat Boone itu muncul dalam sebuah lagu berjudul Semalam di Tjiandjoer.<ref>https://www.kaskus.co.id/thread/514149c06112432f0f000008/kisah-dibalik-lagu-lawas-quotsemalam-di-cianjurquot/</ref>
Baris 74:
Sama seperti lagu Semalam di Kota Cianjur, dalam lagu "Semalam di Kota Bogor" Alfian juga menceritakan tentang kisah cintanya di kota hujan. Bedanya, Pada lagu itu, [[Bogor]] dengan [[Kebun Raya Bogor]] dimunculkan, sebagai kota yang mengakhiri keindahan di antara banyak kota lainnya.
Satu lagu lain sangat berkesan adalah "Anak Desa". Lagu ini menceritakan seseorang yang mengembara di perantauan. Di tengah hidupnya yang sulit, ia tetap tabah. Dan ia berjanji, kelak akan berkumpul kembali dengan sanak keluarga. Cukup Mengharukan.
Lagu lainnya, ''Senja di Kaimana'', menceritakan kenangan akan kisah cinta di [[Kaimana]], [[Papua Barat]] dalam suasana [[sunset]] yang sangat mungkin lokasinya di pantai. Kedatangan seorang kekasih yang memberi usapan lembut bagi pribadi yang terluka. Sungguh romantis. Apalagi ternyata, lagu ini diciptakan oleh prajurit Trikora yang saat itu berjuang dalam Pembebasan [[Irian Barat]]. Cinta kasih tak lekang walau di tengah gejolak konflik yang memanas.
|