Alfian Harahap: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
replaced: karir → karier (2) |
||
Baris 29:
'''Alfian''' atau lengkapnya '''Alfian Harahap''', ada juga yang menyebutnya Alfian Nasution, adalah penyanyi, pemusik, dan pencipta lagu kelahiran [[Kota Binjai|Binjai]] Sumatera Utara 27 April 1943 dari pasangan Siti Chodijah Nasution dan Zaenal Abidin Harahap. Ia meninggal di [[Jakarta]] pada 11 Januari 1992. Dikenal lewat lagu paling hits-nya berjudul “Semalam di Cianjur” yang direkam sekitar tahun 1965. Beberapa single lainnya yang terkenal adalah Salawati, Bimbang, Senja di Kaimana, Dara Singapura, Sebiduk di Sungai Musi, Terpesona, dan Tiada Tangis Mengiringi Perpisahan.
==[[Biografi]]==
=== Masa Kecil ===
Tidak banyak yang diketahui tentang masa kecilnya di Sumatera Utara. Hanya diketahui bahwa is mulai menunjukkan bakat menyanyi pada usia 20 tahun. Saat itu ia kerap mencontoh gaya [[Elvis Presley]], [[Cliff Richard]], dan [[Pat Boone]], yang tengah digandrungi anak-anak muda pada era awal 1960-an.
Pada usia 20-an tahun itu Alfian sudah mulai menulis lagu seperti 'Terkenang Ibu', 'Relakan', 'Di Mana Kasih'. Berkarir di daerah asalnya tidak mampu mengangkat namanya menjadi seorang penyanyi seperti yang diinginkannya.
=== Karier Bermusik ===
Bermodalkan kemampuan olah vokal dan menulis lagu, pada 1964 Alfian memutuskan merantau ke [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Di ibukota ia berhasil meyakinkan perusahaan rekaman untuk merekam suaranya dan mengorbitkannya sebagai seorang penyanyi. Ia merekam suara emasnya di [[PT Remaco]], perusahaan rekaman [label] terkenal masa itu. Debut perdananya dengan album ''Senja di Kaimana'' [ciptaan [[Surni Warkiman]]] sangat sukses. Lagu lain ''Sebiduk di [[Sungai Musi]]'', ''Senja di [[Pantai Sanur]]''.
Setahun kemudian, 1965, Alfian meraih beberapa penghargaan termasuk salah satunya dari [[Radio Republik Indonesia]] ([[RRI]]). Hal itu membuat Remaco semakin bersemangat mengontraknya untuk merilis album berikutnya. Saat mulai masuk kembali ke studio rekaman, Alfian secara spontan menulis lagu ''Semalam di Cianjur''. Dia konon menulis lagu itu apa adanya di studio. Lagu inilah yang mengangkat namanya di Indonesia serta negara-negara tetangga. Pihak [[Singapura]], Philips, menawari Alfian membuat album bareng [[Tety Kadi]].
Setelah memulai
=== Karier Bekerja di Perusahaan ===
Pada awal 1970-an musik pop Indonesia secara perlahan mulai dikuasai oleh grup-grup band baru macam [[Koes Bersaudara]] ([[Koes Plus]]), [[Panbers]], [[Syamsuar Hasyim|D'Lloyd]], dsb yang menawarkan warna baru. Penyanyi-penyanyi solo, termasuk Alfian pun ikut terkena imbasnya. Namanya meredup pada tahun 1970-an. Sayang, ketika bermunculan grup musik seperti Koes Plus dan Panbers itu ia justru tidak percaya diri untuk tetap menekuni
Alfian memilih lengser dari studio rekaman dan dunia tarik suara. Ia kemudian bekerja di [[PT Bonded Warehouse Indonesia]] di kawasan [[Tanjung Priok]] – Jakarta, menjadi pengawas bongkar muat kapal yang masuk. Karena pekerjaan sebagai pengawas di kawasan Tanjung Priok – Jakarta ini tidak mengenal waktu, praktis ia tidak bisa menyisihkan waktu untuk menyanyi.
Sejak itu namanya mulai tenggelam dari dunia musik dan tarik suara Indonesia. Akhirnya seolah terlupakan oleh berbagai pergantian generasi dan angkatan penyanyi baru yang terus bermunculan hingga saat ini.
Baris 60 ⟶ 59:
=== Pelanjut Dalam Keluarga ===
Tonny Alfian, anak sulung almarhum, kemudian berupaya meneruskan jejak ayahnya di blantika musik Indonesia dengan memperkenalkan 'The Best of Alfian'. Album ini berisi kompilasi lagu-lagu : ''Semalam di Cianjur'', ''Sebiduk di Sungai Musi'', ''Hadiah Ulang Tahun'', ''Senja di Kaimana'', ''Yang Ditinggalkan'', ''Semalam di Kota Bogor''. dll.
== Lagu yang Melegenda ==
Baris 66 ⟶ 64:
=== Keunggulan Lagu-lagunya ===
Salah satu kelebihannya adalah kebanyakan lagunya menggambarkan hidup dan cinta di tengah kesederhanaan namun sangat mengena di hati. Hal ini tampak pada tembang-tembang seperti ''Kasih Ibu'', ''Kisah di Bulan April'', ''Sahlawati'', ''Anak Desa'', ''Suling Bambu'', ''Relakan'', ''Hadiah Ulang Tahun'', hingga ''Gadis Pujaan''.
Alfian juga dikenal sebagai musisi yang memiliki banyak lagu romantis berlatar keindahan tempat dan panorama alam di Tanah Air. Umumnya mengangkat kisah cinta dengan mengambil setting beberapa tempat di Indonesia seperti ''Senja di Kaimana'', ''Semalam di Cianjur'', ''Sebiduk di Sungai Musi'', ''Semalam di Kota Bogor'', dan ''[[
Lewat tembang “Semalam di Cianjur” (1964), Alfian menceritakan [[Cianjur]] sebagai kota tempat kenangan cintanya. Berkat lagu ini Alfian Harahap pernah disambut luar biasa oleh khalayak anak muda Cianjur pada suatu malam sekitar pertengahan 1960-an. Hal itu karena ia telah membuat harum nama Cianjur ke seantero negeri. Konon, saat manggung di Wisma Karya Cianjur, Alfian sempat berkenalan dan ”digosipkan” jatuh cinta dengan seorang mojang Cianjur keturunan [[Tionghoa]]. Beberapa saat setelah Alfian manggung di Wisma Karya, tiba-tiba penyanyi kenamaan yang dalam aksi-aksinya sering meniru gaya Elvis Presley dan Pat Boone itu muncul dalam sebuah lagu berjudul Semalam di Tjiandjoer.<ref>https://www.kaskus.co.id/thread/514149c06112432f0f000008/kisah-dibalik-lagu-lawas-quotsemalam-di-cianjurquot/</ref>
Baris 76 ⟶ 74:
Satu lagu lain sangat berkesan adalah "Anak Desa". Lagu ini menceritakan seseorang yang mengembara di perantauan. Di tengah hidupnya yang sulit, ia tetap tabah. Dan ia berjanji, kelak akan berkumpul kembali dengan sanak keluarga. Cukup Mengharukan.
Lagu lainnya, ''Senja di Kaimana'', menceritakan kenangan akan kisah cinta di [[Kaimana]], [[Papua Barat]] dalam suasana [[sunset]] yang sangat mungkin lokasinya di pantai. Kedatangan seorang kekasih yang memberi usapan lembut bagi pribadi yang terluka. Sungguh romantis. Apalagi ternyata, lagu ini diciptakan oleh prajurit Trikora yang saat itu berjuang dalam Pembebasan [[Irian Barat]]. Cinta kasih tak lekang walau di tengah gejolak konflik yang memanas.
Selepas berakhirnya konfrontasi' Indonesia dan [[Malaysia]] pada tahun 1965/66 sempat diadakan pertukaran artis kedua negara. Acara ini disiarkan di stasiun televisi saat itu yakni [[TVRI]]. Alfian adalah salah satu artis yang mewakili Indonesia dengan membawakan lagunya 'Sahlawati'.
=== Disukai Berbagai Generasi ===
Baris 84 ⟶ 82:
Dr. [[Muliaman D. Hadad]], Ketua Dewan Komisioner [[Otoritas Jasa Keuangan]] (2012-2017) yang pernah menjabat Deputi Gubernur [[Bank Indonesia]], sangat sering (suka) menyanyikan lagu ini. Selama 15 tahun terakhir, apabila beliau didaulat menyanyi di atas panggung, belian selalu membawakan lagu "Semalam di Tjiandjoer".<ref>:http://philipsrobert.blogspot.com/2015/06/penyanyi-masa-lalu-alfian.html</ref>
== Referensi ==
|