Raden Abdul Jalil: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Serat Centhini: Perbaikan tata bahasa
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Serat Centhini: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 82:
[[Serat Centhini]] jilid 1 menuliskan kisah Syeh Siti Jenar pada pupuh 38 (1-44). Karya sastra ini tidak menyebut asal mula Syeh Siti Jenar melainkan langsung pada peristiwa yang menyebabkan dirinya dihukum mati. Pada suatu ketika, Prabu Satmata ([[Sunan Giri]]) memanggil delapan wali yang lain untuk menghadap ke Giri Gajah, di istana Argapura. Kedelapan wali tersebut adalah [[Sunan Bonang]], [[Sunan Kalijaga]], [[Sunan Ampel|Sunan Ngampeldenta]], [[Sunan Kudus]], [[Syekh Siti Jenar]] , [[Syekh Bentong]], [[Parameswara|Pangeran Palembang]], dan [[Panembahan Madura]] . Masing-masing wali menyampaikan pengetahuan yang mereka miliki hingga giliran Syeh Siti Jenar yang berkata, "''Menyembah Allah dengan bersujud beserta ruku'nya, pada dasarnya sama dengan Allah, baik yang menyembah maupun yang disembah. Dengan demikian hambalah yang berkuasa dan yang menghukum pun hamba juga.''" Semua yang hadir terkejut sehingga menuduhnya sebagai pengikut aliran [[Qadariyah]], menyamakan dirinya dengan Allah, serta keterangannya ''terlalu jauh''. Syeh Siti Jenar membela diri dengan berkata bahwa <nowiki>''biar jauh tetapi benar sementara yang dekat belum tentu benar''</nowiki>. Hal tersebut membuat Prabu Satmata hendak menghukumnya mati supaya kesalahan prinsip ajaran Syeh Siti Jenar jangan sampai tersebar.<ref name=centhini>{{cite book|url=|authors=Ngabei Ranggasutrasna, dkk|title=Centhini: Tambangraras-Amongraga, Jilid I, hal. 120-123|first=|last=|year=1991|location=Jakarta|issn=|isbn=979-407-358-X|publisher=Balai Pustaka|date=|accessdate=}}</ref>
 
Setelah itu diadakan pertemuan kedua untuk menghakimi tindakan Syeh Siti Jenar. Pertemuan hanya dihadiri tujuh orang wali dengan dihadiri [[Syekh Maulana Magribi]]. Saat Syekh Maulana menegaskan nama Siti Jenar, ia menjawab, "''Ya, Allah nama hamba, tidak ada Allah selain Siti Jenar, sirna Siti Jenar, maka Allah yang ada.''" Hal tersebut membuatnya dihukum penggal bersama dengan tiga orang sahabatnya. Dikisahkan pula seorang anak penggembala kambing yang mendengar hal tersebut segera berlari datang ke pertemuan dengan mengatakan bahwa masih ada Allah ketinggalan karena sedang menggembalakan kambing. Prabu Satmata mengatakan bahwa anak itu harus dipenggal pula dan jenasahnya diletakkan di dekat jenasah Siti Jenar. Pernyataan tersebut disetujui oleh suara Siti JenahJenar yang terdengar dari langit.<ref name=centhini/>
 
Tiga hari kemudian, Prabu Satmata melihat jasad Siti Jenar masih utuh. Ia mendengar suara Siti Jenar memberinya salam, mengucapkan selamat tinggal, kemudian menghilang.<ref name=centhini/>