Bonus demografi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lukas2312 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Lukas2312 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Namun, Bonus Demografi tidak dapat serta merta terjadi ketika jumlah penduduk usia produktif besar, melainkan harus diiringi dengan peningkatan [[produktivitas]] dari penduduk usia kerja tersebut.<ref name=":1">{{Cite book|title=Memetik Bonus Demografi: Membangun Manusia Sejak Dini|last=Adioetimo|first=Sri Moertiningsih|date=Maret 2018|publisher=PT RajaGrafindo Persada|isbn=978-602-425-241-0|location=Depok|pages=|url-status=live}}</ref> UNFPA menyatakan bahwa suatu negara dapat menikmati bonus demografi ketika setiap orang menikmati kesehatan yang baik, pendidikan yang berkualitas, pekerjaan yang layak, dan kemandirian anak muda. Kondisi ini dapat terjadi ketika suatu negara yang memiliki potensi jumlah penduduk tersebut juga memiliki kebijakan yang baik.<ref name=":0" />
 
Setiap negara pasti melalui era Bonus Demografi dan ini hanya terjadi sekali dalam sejarah suatu bangsa.<ref name=":2">{{Cite web|url=https://tirto.id/bonus-demografi-berpotensi-memunculkan-konflik-sosial-buiE|title="Bonus Demografi Berpotensi Memunculkan Konflik Sosial"|last=Hidayat|first=Reja|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-04-26}}</ref> Apabila suatu negara tersebuttidak siap dalam menghadapi bonus demografi, maka yang terjadi adalah bencana, salah satunya adalah banyaknya pengangguran yang mengakibatkan konflik sosial.<ref name=":2" /><ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/pedang-bermata-dua-bernama-bonus-demografi-btVG|title=Pedang Bermata Dua Bernama Bonus Demografi|last=Hidayat|first=Reja|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-04-26}}</ref> Negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, saat ini sedang berada dalam era Bonus Demografi.
 
== Bonus Demografi di Indonesia ==
Baris 12:
Pemerintahan [[Joko Widodo]] mengadopsi konsep ini ke dalam kebijakan pembangunannya. Dalam pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2019 pada Sidang Bersama DPR-RI dan DPD-RI, Joko Widodo menyampaikan keoptimisannya dalam ketercapaian Bonus Demografi. Joko Widodo mennyatakan bahwa pemerintahannya akan fokus untuk meningkatkan kualitas [[Sumber daya manusia|Sumber Daya Manusia]] (SDM) dengan menekankan pentingnya akses dan kualitas pendidikan serta kesehatan.<ref>{{Cite web|url=https://mediaindonesia.com/read/detail/253668-presiden-optimistis-bonus-demografi-jadi-lompatan-kemajuan-bangsa|title=Presiden Optimistis Bonus Demografi Jadi Lompatan Kemajuan Bangsa|last=developer|first=mediaindonesia com|date=2019-08-16|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2020-04-25}}</ref>
 
Prof. [[Sri Moertiningsih Adioetomo]], menyatakanyang bahwamerupakan kualitasdosen sumberdan dayapeneliti manusia[[Fakultas yangEkonomi baikdan demiBisnis tercapainyaUniversitas Indonesia]], mencetuskan istilah bonus demografi dihasilkandalam melaluipidato konseppengukuhannya sebagai [[Profesor|guru besar]] [[ilmu kependudukan]].<ref name=":2" /> Sejak saat itu, konsep bonus demografi dimasukkan dalam perencanaan pembangunan pemerintah. Beliau menyarankan konsep pembangunan manusia berdasarkan daur hidup]] untuk menghasilkan sumber daya manusia yang baik, demi tercapainya bonus demografi. Pembangunan hidup manusia ini harus diperhatikan untuk setiap tahapan daur hidup manusia, yaitu dimulai dengan [[seribu hari pertama kehidupan]], [[Pendidikan anak usia dini|pendidikan usia dini]], [[pendidikan formal]], [[Remaja|masa remaja]], transisi menuju dunia [[kerja]], pada [[usia produktif]] dan masa kerja, [[perkawinan]], dan [[lanjut usia]].<ref Konsepname=":1" pembangunan manusia ini juga tidak hanya menyangkut pada pendidikan dan kesehatan, melainkan diperluas dengan kecakapan, keterampilan non-teknis (''soft skills''), dan kemampuan (kapabilitas)./>
 
<br />
 
== Referensi ==