Masjid Raya Sultan Ahmadsyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
Untuk bagian Arsitekturnya, masjid ini memiliki ciri khas masjid Melayu, dimana bangunannya berbentuk persegi panjang, kemudian pinggiran atapnya memiliki khas bangunan melayu yaitu memiliki pahatan Pucuk Rebung. Masjid ini memiliki keunikan tersendiri dalam bentuk bangunannya yang mana tidak adanya tonggak atau pilar penyangga loteng yang berada ditengah bangunan masjid. Struktur bangunan masjid yang demikian mempunyai makna bahawa Allah tidak memerlukan penyangga untuk berdiri. Selain itu makna yang lainya ialah agar shaf sholat tidak terhalang atau terputus oleh tonggak atau tiang tersebut.<ref name=":0" />
 
Keunikan lainnya dari arsitektur Masjid Raya Sultan Ahmadsyah ialah pondasi dari masjid ini tidak dibuat dengan menggunakan semen melainkan hanya menggunakan pasir, tanah liat dan batu bata. Hal tersebut sampai sekarang masih kokoh dan membuat masjid tersebut masih tetap berdiri. Kemudian tata letak kubah masjid ini juga berbeda dengan kebanyakan masjid lainnya, kalau kebanyakan masjid letak kubahnya nya persis di tengah-tengah bangunan masjid maka untuk masjid Sultan Ahmadsyah in letak kubah masjidnya berada di bagian depan bangunan. Pada bagian dalam masjid sendiri terdapat sebuah mimbar yang berornamen Cina. Mimbar ini didatangkan langsung oleh Sultan dari Cina pada saat itu. Di bagian belakang mimbar terdapat panji hijau kembar terpancang kokoh. Seperti kebanyakan di masjid masjid kesultanan lainnya, pada bagian depan mimbar tersebut terpahat hiasan kaligrafi dengan gaya khas tsuluts yang indah.<ref>{{Cite web|url=https://travel.detik.com/dtravelers_photos/u-2599027/masjid-unik-di-tanjung-balai-dibangun-tanpa-semen/9|title=Masjid Unik di Tanjung Balai, Dibangun Tanpa Semen!|last=Chandra|first=Rudi|website=detikTravel|language=id|access-date=2020-05-16}}</ref>
 
Pengembangan kota sejak tahun 1970-an telah mengubah kedudukan Masjid Sultan Ahmadsyah dalam tata ruang kota Tanjung Balai. Semulayang masjidmenjadikannya sebagai aset kebudayaan yang ada di kota tersebut. Masjid ini dibangun di atas Tanah seluas 8.455 M persegi yang menjadi satu-satunya peninggalan monumental Kesultanan Negeri Asahan yang masih berdiri. Dan sepetiseperti kebanyakann masjid lama di Sumatera Timur, pada Kompleks Masjid Raya Sultan Asahan Tanjung Balai terdapat kompleks pemakaman keluarga diraja Asahan. Makam yang ditandai beragam bentuk nisan ini dapat menjadi tolak ukur untuk menilai usia masjid atau keberadaan pertapakannya.<ref name=":0" />
 
== Referensi ==