Iskandar Muhammad Djabir Sjah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 30:
Pada tanggal 2 September 1929, Djabir dinobatkan sebagai Sultan Ternate. Usaha Belanda untuk menjadikan sultan sebagai “boneka”gagal, karena Sultan tidak mau tunduk. Ketika Jepang masuk, Sultan “rela” diungsikan Sekutu ke Australia. Tetapi pikiran dan hati Sultan tetap pada rakyatnya, sehingga Sultan rela bolak-balik Australia Ternate untuk kepentingan rakyatnya.
 
Setelah [[Indonesia]] merdeka dan Sultan kembali ke Ternate, mulailah terjadi gesekan atau ketidaksesuaian dengan golongan pemuda. Para pemuda menginginkan negara berbentuk kesatuan, sedangkan Sultan teguh pada pendiriannya yaitu federal. Alasannya adalah pertimbangan kondisi alam dan geografis serta beraneka ragam kebudayaan yang ada di Indonesia. Konsep Moloku kia raha inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran dan pendapat Sultan. Walaupun begitu dalam sistem pemerintahan Sultan adalah nasional demokrat.
 
Pendapat Sultan mengenai konsep negara federal ini ternyata membawa akibat “buruk”. Gesekan semakin menjadi-jadi, bahkan Sultan difitnah terlibat gerakan [[Republik Maluku Selatan]] (RMS). Akhirnya Sultan dipanggil [[Presiden Republik Indonesia]] [[Soekarno]] ke Jakarta. Namun, sultan tetap bertahan pada ideologinya yaitu negara federal.
 
Sultan kemudian ditanya mau tinggal di [[Jakarta]] atau pulang ke Ternate. Sultan terpaksa memilih tinggal di Jakarta. Alasannya adalah bila kembali ke Ternate pasti timbul konflik dengan para pemuda. Yang kedua adalah untuk membersihkan nama baiknya. Di Jakarta Sultan bekerja di [[Kementerian Dalam Negeri]]. Sultan Iskandar Muhammad Djabir Syah wafat 4 Juli 1975. Tahun 1995 kerangkanya dipulangkan ke Ternate dengan penghormatan yang besar sesuai adat kerajaan.<ref>http://otobiografitokohdunia.blogspot.com/2014/03/dari-moloku-kie-raha-hingga-negara.html?m=1</ref>
 
== Referensi ==