Pulau Jeju: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Aster Kyung (bicara | kontrib)
menyunting artikel
Baris 31:
Terletak di Selat Korea, sebelah barat daya Provinsi [[Jeolla Selatan]], yang dahulunya merupakan satu provinsi sebelum terbagi pada tahun 1946. Ibu kota Jeju adalah [[Kota Jeju]] (Jeju-si).
 
Topografi Pulau Jeju terbentuk sekitar 2 juta tahun lalu oleh aktivitas [[vulkanis]]. Di tengah-tengah pulau muncul [[Gunung Halla|Hallasan]] (Gunung Halla), gunung tertinggi di seluruh Korea (1.950 m). Pulau ini bercuaca hangat sepanjang tahun dan pada musim dingin jarang turun salju, sehingga tanaman-tanaman yang tumbuh di daerah subtropis bisa bertahan hidup.
 
Pulau Jeju dijuluki ''Samdado'', "Pulau yang Berlimpah dengan Tiga Hal" yaitu, ''[[bebatuan]]'', ''[[wanita]]'' dan ''[[angin]]''. Karena memiliki keindahan [[alam]] dan [[kebudayaan]] yang unik, Pulau Jeju adalah salah satu objek wisata paling terkenal di Korea. Dalam catatan sejarah, Jeju disebut dalam berbagai nama, mulai dari '''Doi''', '''Dongyeongju''', '''Juho''', '''Tammora''', '''Seomna''', '''Tangna''' atau '''Tamra'''.
 
Kota pelabuhan terdekat Jeju dengan daratan utama Korea adalah [[Mokpo]], provinsi Jeolla Selatan. Panjang garis pantai 253 km, luas keseluruhan 1.825 km². Suhu di Jeju dapat bervariasi, mulai dari tropis sampai subtriopissubtropis. Suhu rata-rata per tahunnya adalah 14,6 °C dan 4,7° di [[musim dingin]]. Keanekaragaman [[flora]] yang tumbuh di Jeju sangat berbeda dengan yang ada di Semenanjung Korea. Karena iklimnya yang baik, pulau ini ditumbuhi lebih dari 1.700 jenis tanaman, sehingga Jeju dijuluki sebagai "Pulau Botani" karena kekayaan floranya.
 
Selama berabad-abad, penduduk Pulau Jeju dijuluki sebagai ''yukgoyeok'' ("enam jenis pekerja keras") yang merujuk kepada warga yang mengerjakan berbagai [[pekerjaan]] sulit dan berat untuk hidup, seperti mencari [[abalon]] dan [[kerang]] dengan cara menyelam ke dasar [[laut]], membangun pelabuhan, beternak, membuat kapal dan bertani. Seringkali mereka diperas demi membayar upeti kepada penguasa di ibu kota. Bencana alam seperti kekeringan dan angin topan juga sering mengakibatkan gagal panen dan kelaparan yang memakan banyak korban jiwa.
 
Peristiwa paling kelam dalam sejarah rakyat Jeju adalah insiden berdarah pada periode pembentukan [[Republik Korea]] pada tahun 1948 sampai periode Perang [[Korea]] (1950-1953) di mana banyak warganya dibantai karena dianggap sebagai sarang pemberontak atau pengikut [[komunis]]. Karena mengalami kehidupan yang keras oleh tekanan penguasa, warga Jeju dikenal sebagai orang-orang yang tabah dan mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Rakyat Jeju menyatakan tentang kehidupan mereka dengan ungkapan:{{Cquote|Kebahagiaan itu kecil seperti butir pasir, sementara kesedihan itu sebesar batu karang}}