Tayuban (Kota Salatiga): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ambil alih watchlist.
Preposisi dan konjungsi
Baris 25:
Pada sore hari sekitar pukul 15.00 WIB, beberapa warga yang ditunjuk oleh panitia membawa ''ambengan'' ke kantor kelurahan. Sementara itu, kepala desa melalui panitia juga telah menyiapkan ''ambengan'' berupa ''tumpeng lancip'' dan ''papak'', ''tumpeng robyong'', ''tumpeng mong-mong'', ''sekul golong'', ''sekul liwet'', bubur, jajan pasar, dan pisang raja. Semua ambengan ditata di atas panggung yang akan digunakan untuk tayuban. Setelah semua siap, selamatan dimulai dengan pembacaan doa secara Islam oleh takmir Masjid Sufi dan dilanjutkan dengan makan ''ambengan'' bersama.<ref>{{Cite web|url=https://scientiarum.com/2008/02/20/merti-desa-nggaras-sebuah-eksistensi-budaya-lokal-di-tengah-hegemoni-budaya-populer/|title=Merti Desa Nggaras|last=Permana|first=Bagus Ferry|date=20 Februari 2008|website=Scientiarum|access-date=28 Mei 2020}}</ref>
 
Puncak dari rangkaian kegiatan saparan di Kelurahan Tegalrejo adalah tayuban yang dimulai pada pukul 20.00 WIB. Masyarakat Kelurahan Tegalrejo beranggapan jika tidak menyelenggarakan tayuban dalam tradisi saparan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pertunjukan tayuban dipercaya sebagai upacara kesuburan yang berpengaruh pada melimpahnya hasil panen.<ref>{{Cite web|url=https://www.rmoljateng.com/read/2019/08/04/21011/Tayub,-Sedekah-Bumi-Desa-Rahtawu-Untuk-Kesejahteraan-Masyarakat-|title=Tayub, Sedekah Bumi Desa Rahtawu Untukuntuk Kesejahteraan Masyarakat|last=RMOL Jateng|first=|date=044 Agustus 2019|website=RMOL Jateng|access-date=28 Mei 2020}}</ref>
 
Tujuan masyarakat menyelenggarakan tradisi saparan dengan pertunjukan tayuban pada dasarnya adalah untuk mencari ketenangan dengan memahami tatanan alam dan kehidupan yang harmonis. Kegiatan tersebut merupakan warisan nilai-nilai luhur dan menjadi proses masyarakat untuk lebih memahami dan menghayati kehidupan serta mendekatkan diri dengan alam dan Tuhan. Selain itu, tayuban sebagai tari ritual juga diharapkan menumbuhkan budaya spiritual masyarakat dan menjadi sarana dalam membersihkan desa.<ref>{{Cite web|url=http://www.salatigakota.go.id/InfoBerita.php?id=1198&|title=Meriah, Merti Desa di Tegalrejo|last=Pemerintah Kota Salatiga|first=|date=10 Desember 2014|website=Pemerintah Kota Salatiga|access-date=28 Mei 2020}}</ref>