Dropadi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 58:
Dalam budaya [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], khususnya setelah mendapat pengaruh [[Islam]], Dewi Dropadi diceritakan agak berbeda dengan kisah dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' versi aslinya. Dalam cerita pewayangan, Dewi Dropadi dinikahi oleh [[Yudistira]] saja dan bukan milik kelima [[Pandawa]]. Cerita tersebut dapat disimak dalam lakon ''Sayembara Gandamana''. Dalam lakon tersebut dikisahkan, [[Yudistira]] mengikuti sayembara mengalahkan Gandamana yang diselenggarakan Raja [[Dropada]]. Siapa yang berhasil memenangkan sayembara, berhak memiliki Dropadi. Yudistira ikut serta namun ia tidak terjun ke arena sendirian melainkan diwakili oleh [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Bima berhasil mengalahkan Gandamana dan akhirnya Dropadi berhasil didapatkan. Karena Bima mewakili Yudistira, maka Yudistiralah yang menjadi suami Dropadi. Dalam tradisi pewayangan Jawa, putera Dropadi dengan Yudistira bernama Raden Pancawala. Pancawala sendiri merupakan sebutan untuk lima putera Pandawa.
 
<br />
Terjadinya perbedaan cerita antara kitab ''[[Mahabharata]]'' dengan cerita dalam pewayangan Jawa karena pengaruh perkembangan agama [[Islam]] di tanah [[Jawa]]. Setelah [[kerajaan Majapahit]] yang bercorak [[agama Hindu|Hindu]] runtuh, munculah [[Kerajaan Demak]] yang bercorak Islam. Pada masa itu, segala sesuatu harus disesuaikan dengan hukum agama Islam. Pertunjukan [[wayang]] yang pada saat itu sangat digemari oleh masyarakat, tidak diberantas ataupun dilarang melainkan disesuaikan dengan ajaran Islam. Menurut hukum Islam, seorang [[wanita]] tidak boleh memiliki suami lebih dari satu. Maka dari itu, cerita Dewi Dropadi dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' versi asli yang bercorak Hindu menyalahi hukum Islam. Untuk mengantisipasinya, para pujangga ataupun seniman Islam mengubah cerita tersebut agar sesuai dengan ajaran Islam.
 
== Pranala luar ==