Regulasi pesawat nirawak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
KontenMedia (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
Penggunaan [[Pesawat tanpa awak|pesawat udara tanpa awak]] (UAV) atau dengan istilah umumnya Drone, diatur oleh [[Otoritas penerbangan sipil|otoritas penerbangan nasional]] di masing-masing negara.
[[Berkas:MQ-9_Reaper_in_flight_(2007).jpg|jmpl| MQ-9 Reaper dalam penerbangan (2007) ]]
 
== Sejarah ==
Salah satu hal penting dalam perkembangan teknologi pesawat udara tanpa awak yang bersifat komersial adalah peranannya terhadap faktor keselamatan. Berbagai lembaga sertifikasi bekerja-keras untuk mengikuti tuntutan dari industri UAV yang berkembang pesat saat ini. Sehingga standard keselamatan untuk pesawat berawak mulai berlaku di lingkungan UAV. Untuk suatu sistem elektronik yang kompleks (menyediakan komunikasi dan kontrol sistem), harus mematuhi DO-178C dan DO-254 yang ditujukan untuk pengembangan perangkat lunak dan perangkat keras. <ref name="Navigating">{{Cite book|url=http://www.techbriefs.com/feedback-footer-68/939-dtb/features/feature-articles/19616-navigating-regulatory-compliance-for-uav-electronics-development|title=Navigating Regulatory Compliance for UAV Electronics Development|date=1 May 2014|work=NASA Tech Briefs}}</ref> Dalam beberapa kondisi, pesawat tanpa awak hanya dapat dioperasikan sebagai bagian yang menyatu dari suatu sistem. Oleh karena itu digunakan istilah "sistem pesawat tanpa awak" atau UAS (Unmanned Aerial System). UAS terdiri dari pesawat tak berawak (UAV), stasiun pilot jarak jauh (ground station), kontrol, dan komunikasi yang saling terhubung. Sehingga dengan demikian, pertimbangan keselamatan menjadi sangat penting dan harus dapat memperhatikan semua elemen ini. <ref name="Yearbook">{{Cite book|url=http://uvs-info.com/phocadownload/05_3a_2011/P112-P115_C&AI_ICAO-Advisory-Circular.pdf|title=2011-2012 UAS Yearbook - UAS: The Global Perspective|last=Cary|first=Leslie|last2=Coyne|first2=James|publisher=Blyenburgh & Co|pages=112–115|chapter=ICAO Unmanned Aircraft Systems (UAS), Circular 328}}</ref>
 
Pada tahun 2011, <ref name="Yearbook">{{Cite book|url=http://uvs-info.com/phocadownload/05_3a_2011/P112-P115_C&AI_ICAO-Advisory-Circular.pdf|title=2011-2012 UAS Yearbook - UAS: The Global Perspective|last=Cary|first=Leslie|last2=Coyne|first2=James|publisher=Blyenburgh & Co|pages=112–115|chapter=ICAO Unmanned Aircraft Systems (UAS), Circular 328}}</ref> [[Organisasi Penerbangan Sipil Internasional]] (ICAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa menerbitkan Circular 328. Di dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa pesawat udara tanpa awak (UAV) harus memenuhi tingkat keselamatan yang setara dengan pesawat berawak. Sehingga dengan demikian UAV wajib memenuhi peraturan pemerintah yang telah ditetapkan.
 
=== Regulasi UAV di Indonesia Indonesia ===
Pada tahun 2015, Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil di bawah Kementerian Perhubungan Indonesia, menerbitkan sebuah peraturan yang mengatur penggunaan pesawat udara tanpa awak di wilayah udara Indonesia. <ref>{{Cite web|url=http://hubud.dephub.go.id/?id/kepmen/download/898|title=PM 90 Tahun 2015|publisher=Dirjen Perhubungan Udara, Kementrian Perhubungan Republik Indonesia|pages=7|language=Indonesian|format=pdf|access-date=9 September 2015|ref=pm-90-2015-indonesia}}</ref> Di dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa pesawat tanpa awak (UAV) tidak diperbolehkan terbang di atas ketinggian 150 meter, tidak diperbolehkan terbang di dalam area terlarang (prohibited area), dan di dalam area radius 5 kilo meter dari bandara udara. Jika diperlukan UAV yang membutuhkan ketinggian terbang lebih dari 150 meter maka wajib memiliki ijin tertulis dari [[Direktorat Jenderal Perhubungan Udara|Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil]]. Selain itu pula, UAV yang dilengkapi dengan peralatan olahgambar (kamera) tidak boleh terbang dalam jarak 500m dari perbatasan area terlarang. Jika UAV digunakan dalam kegiatan pencitraan gambar maka operator atau pilot harus memiliki izin tertulis dari pemerintah setempat berupa sertifikat pilot drone. Dalam hal keperluan lainnya, UAV yang dilengkapi dengan peralatan pertanian seperti penyebar benih atau semprotan insektisida, hanya boleh beroperasi di dalam lahan pertanian, dan tidak boleh beroperasi dalam jarak minimum 500m dari area perumahan. <ref>Ron Bartsch; James Coyne; Katherine Gray; 2016. Drones in Society: Exploring the strange new world of unmanned aircraft. Taylor & Francis. p. 60. {{ISBN|978-1-315-40963-4}}.</ref>
 
Selain NFZ [[Zona larangan terbang|(No-fly zone]] ) dan No-Drone-Zone (Wilayah udara di sekitar bandara pada radius 5 kilo meter), juga terdapat peraturan lokal yang disebut KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan). Merujuk ke salah seorang Remote Pilot Certified Indonesia dan Aktivis drone Indonesia, Arya Dega, KKOP adalah area terbatas bagi UAV, yang tidak termasuk atau tercantum dalam NDZ atau NFZ. Antara lain: [[Istana Negara]], Gedung Pemerintah, beberapa [[Rumah sakit|Rumah Sakit]], dan [[Pangkalan militer|Fasilitas Militer]] . <ref>{{Cite web|url=http://suarabali.com/empat-anggota-humas-polda-bali-ikuti-basic-remote-pilot-course-fasi/|title=Empat Anggota Humas Polda Bali Ikuti Basic Remote Pilot Course FASI|last=Al-Aziz|first=Saparuddin|date=25 March 2019|website=Suarabali.com|language=id-ID|access-date=2019-06-29}}</ref> <ref>{{Cite book|url=http://hubud.dephub.go.id/?id%20regulasi_uu%20download%205|title=Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://kumparan.com/tugumalang/sosok-arya-dega-youtuber-yang-juga-aktivis-drone-indonesia-1tD2qyOaoPu|title=Sosok Arya Dega, YouTuber yang Juga Aktivis Drone Indonesia|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2020-06-10}}</ref>
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
[[Kategori:Pesawat tanpa awak]]
[[Kategori:Uav]]