Pada waktu menjabat sebagai Panglima TT VII/Indonesia Timur, Kawilarang baru saja melapor kepada Presiden [[Soekarno]] bahwa keadaan di Makassar sudah aman. Namun SoehartoSoekarno malah menyodorkan sebuah [[radiogram]] yang baru saja diterimanya yang melaporkan bahwa pasukan KNIL Belanda sudah menduduki Makassar. Ternyata Brigade Mataram, pasukan yang seharusnya mempertahankan kota Makassar, telah melarikan diri ke [[Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin|Lapangan Udara Mandai]]. Kawilarang marah besar dan segera kembali ke Makassar. Setibanya di lapangan udara ia langsung memarahi komandan Brigade Mataram, Letkol Soeharto, sambil menempelengnya. Dalam satu wawancara, Kawilarang membantah bahwa ia menyerang Soeharto, tetapi ia mengakui bahwa dia harus menegurnya pada waktu itu.<ref>[[#Jenkins1984|Jenkins (1984)]], p. 200.</ref>