Masjid Al-Atiiq: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 31:
Tak banyak yang tahu mengenai sosok pahlawan yang satu ini, beliau adalah pahlawan yang menyebarkan agama Islam serta memerangi pasukan militer Pemerintahan Hindia Belanda. Beliau adalah Kyai Rono Sentiko yang sampai sekarang belum diketahui kapan lahir dan wafatnya beliau. Kyai Rono Sentiko merupakan Abdi Dalem Keraton Surakarta pada Masa Pangeran Pakubuwana VI. Kyai Rono Sentiko diutus oleh Pakubuwana VI untuk membantu Perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Kyai Rono Sentiko di Salatiga ditugaskan untuk memata-matai gerakan militer Pemerintah Kolonial Belanda.
 
Dalam stategi perlawanannya beliau mendirikan sebuah Masjid yang terletak di Dusun Kauman (Sekarang Masjid Besar Al-Atiiq Kauman Salatiga)  yang dibangun pada tahun 1247 H/ 1832 M (tertulis dalam mihrab tempat imam memimpin shalat) atau bertepatan pada mulasetelah perang Diponegoro yakni tahun 1825 M. Masjid tersebut di bangun disamping untuk tempat ibadah juga digunakan sebagai tempat musyawarah dan tempat menyusun strategi peperangan melawan pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Salatiga. Dalam perlawanan-nya beliau ditemani oleh dua tokoh yang juga laskar prajurit Pangeran Diponegoro yakni Kyai Sirojudin/Kyai Damarjati dan Kyai Condro.
 
Beliau wafat dan di makamkan di pema-kaman umum di daerah Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Kono beliau memiliki anak angkat yang menurunkan keturunan seorang Jenderal Polisi bernama Jenderal Polisi (Purn) Prof. Drs. Budi Gunawan, S.H., M.Si, Ph.D yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 11 Desember 1959. Beliau pernah menjabat sebagai WAKAPOLRI dan Kepala BIN serta sekarang beliau menjabat sebagai Ketua Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI).