Kai Raga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 1:
'''Kai Raga ''' adalah nama atau gelar yang tercatat sebagai penyalin atau penulis [[:Kategori:Naskah Sunda|naskah-naskah Sunda kuno]]. Namanya tercantum dalam enam naskah Sunda kuno.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Kurnia|first=Atep Atep|date=2019-08-12|title=Sinurat Ring Merega; Tinjauan atas Kolofon Naskah Sunda Kuna|url=https://ejournal.perpusnas.go.id/jm/article/view/003001201202|journal=Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara|language=en-US|volume=3|issue=1|pages=77–99|doi=10.37014/jumantara.v3i1.451|issn=2685-7391}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.kairaga.com/2016/12/06/wirid-nur-muhammad.html|title=Wirid Nur Muhammad – Kairaga.com|language=id-ID|accessdate=2020-06-15}}</ref><ref name=":2">{{Cite web|url=https://www.kairaga.com/2010/03/09/kai-raga-dan-karya-karyanya.html|title=Kai Raga dan Karya-karyanya – Kairaga.com|language=id-ID|accessdate=2020-06-15}}</ref>
 
==Penelusuran Identitas==
Baris 7:
Hingga kini baru ada enam naskah Sunda yang dinisbatkan kepada Kai Raga. Keenam naskah tersebut adalah: Carita Ratu Pakuan (Kropak 410), Kropak 411, Carita Purnawijaya (Kropak 416), Kawih Paningkes (Kropak 419), Gambaran Kosmologi Sunda (Kropak 420), Darmajati (Kropak 423) dan Wirid Nur Muhammad.<ref name=":0" /><ref name=":1" />
 
===Carita Ratu Pakuan 410 & 411===
Kropak 410 berisi ''Carita Ratu Pakuan''. Sebagaimana catatan Atja (1970), ''Carita Ratu Pakuan'' dibagi menjadi dua bagian. Pertama, mengenai gunung-gunung pertapaan para pohaci yang akan menitis kepada para putri pejabat calon istri Ratu Pakuan atau Prabu Siliwangi. Kedua, mengenai kisah Putri Ngambetkasih diperistri Ratu Pakuan.<ref name=":3">{{Cite web|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=200930|title=Ratu pakuan : tjarita Sunda-Kuno dari lereng gunung Tjikesrai / Atja {{!}} OPAC Perpustakaan Nasional RI.|website=opac.perpusnas.go.id|access-date=2020-06-16}}</ref>
 
Kropak 411 sejauh ini belum diketahui keberadaannya. Karena dalam ''Perpustakaan Nasional Republik Indonesia: Katalog induk naskah-naskah Nusantara jilid 4'' (1998), naskah tersebut tidak didapatkan lagi datanya.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=Cvp6AAAACAAJ&dq=katalog+induk+naskah+nusantara+perpustakaan+nasional&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjmj-vmmofqAhXVF3IKHQWqAscQ6AEIKzAA|title=Katalog induk naskah-naskah nusantara: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|date=1990|publisher=Djambatan|isbn=978-979-428-151-2|language=id}}</ref> Akan tetapi, catatan Pleyte dalam “Poernawidjaja’s Hellevaart, of de Volledigeverlossing, Vierde bijdrage tot de kennis van het oude Soenda” (1914),<ref name=":4">{{Cite book|url=http://dx.doi.org/10.5962/bhl.title.46883|title=Bijdrage tot de kennis van het bloedvaatstelsel en de nephridia der Nemertinen / door Antonie Cornelis Oudemans.|last=Oudemans|first=A. C.|date=1885|publisher=P.W. van de Weijer,|location=Utrecht :}}</ref> jelas menyebutkan keberadaan naskah tersebut. Dengan demikian, besar kemungkinan naskah tersebut telah raib dari koleksi [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|Perpustakaan Nasional.]]<ref name=":0" /><ref name=":5">{{Cite book|url=https://perpustakaanbalaibahasadiy.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=3557&keywords=|title=MEMBUKA PETI NASKAH SUNDA KUNA DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI:UPAYA REKATALOGISASI|last=Holil|first=Munawar; Gunawan|date=2010|publisher=Masyarakat Pernaskahan Nusantara Kerjasama dengan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS|language=Indonesia}}</ref>
 
Pada Kropak 410 dan 411, ada keterangan: “sadu“''sadu pun, sugan aya sastra leuwih sudaan, kurang wuwuhan. Beunang diajar nulis di Gunung Larang Srimanganti dan beunang nganggeuskeun di sukra wage gununglarang srimanganti. Ini carik kai raga''.” (Maaflah, bila ada tulisan berlebih, mohon dikurangi, jika kurang tambahi. Hasil belajar menulis di Gunung Larang Srimanganti dan telah selesai dituliskan pada hari Jumat wage di Gununglarang Srimanganti. Ini juru tulis Kai Raga) (Atja, 1970 dan Undang A.<ref Darsa,name=":3" 2007)./>
 
===Carita Purnawijaya===
''[[Carita Purnawijaya]]'' (''Poernawidjaja’s Hellevaart'') (kropak 416) merupakan adaptasi naskah Jawa kuno yang bernapaskan agama [[Buddha]], ''[[Kuñjarakarna|Kunjarakarna]]''. Isinya menerangkan Purnawijaya yang mendapatkan pencerahan dari Dewa Utama, perjalanannya ke neraka, dan serta uraian masalah-masalah filosofis yang dia dapatkan.<ref name=":4" /> Naskah ini mirip sekali isinya dengan Darmajati (kropak 423), meski di beberapa bagian ada yang berbeda.<ref name=":6">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=z2__GgAACAAJ&dq=darmajati+undang+a+darsa&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj3rpjdm4fqAhWTF3IKHSLUCsUQ6AEIKjAA|title=Darmajati: naskah lontar kropak 423 : transliterasi, rekonstruksi, suntingan, dan terjemahan teks|last=Darsa|first=Undang A.|date=2004|publisher=Universitas Padjadjaran|language=id}}</ref>
 
''Carita Purnawijaya'' (Kropak 416) dan Darmajati (Kropak 423) menunjukkan keterangan yang sama mengenai penulis atau penyalin naskahnya. Kata-kata yang dimaksud adalah: ''“sugan aya sastra ala de ma, sugan salah gantian, sugan kurang wuwuhan. Beunang Kai Raga nulis, di gunung Larang Sri Manganti”'' (kalaulah ada tulisan jelek dan sia-sia, jika keliru perbaikilah, apabila kurang harap dilengkapi. Tulisan hasil Kai Raga, di Gunung Larang Srimanganti)<ref (Undangname=":6" A. Darsa, dkk. 2004)./>
 
Carita Purnawijaya (Kropak 416) dan Darmajati (Kropak 423) menunjukkan keterangan yang sama mengenai penulis atau penyalin naskahnya. Kata-kata yang dimaksud adalah: “sugan aya sastra ala de ma, sugan salah gantian, sugan kurang wuwuhan. Beunang Kai Raga nulis, di gunung Larang Sri Manganti” (kalaulah ada tulisan jelek dan sia-sia, jika keliru perbaikilah, apabila kurang harap dilengkapi. Tulisan hasil Kai Raga, di Gunung Larang Srimanganti) (Undang A. Darsa, dkk. 2004).
===Kawih Paningkes===
''Kawih Paningkes'' (kropak 419) dan ''Gambaran Kosmologi'' ''Sunda'' (kropak 420) pada dasarnya berisi tentang segala macam renungan mengenai masalah-masalah keagamaan. Gambaran Kosmologi Sunda berisi dialog antara Pendeta Utama dengan Pwah Batari Sri me-ngenaimengenai bagaimana semua mahluk menjalankan tugasnya masing-masing sesuai bayu, sabda, dan hedap anugerah dari Sang Pencipta. Selain itu, juga ada disebutkan me-ngenaimengenai tuntunan peribadatan yang harus dilakukan.<ref name=":2" /><ref name=":7">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=RzY-NQAACAAJ&dq=gambaran+kosmologi+sunda&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiy3efXnIfqAhVNXSsKHT2bC9QQ6AEINDAB|title=Gambaran kosmologis Sunda (Kropak 420): silsilah Prabu Siliwangi, mantera Aji Cakra, mantera Darmapamulih, ajaran Islam (Kropak 421), Jatiraga (Kropak 422) : studi pendahuluan, transliterasi, rekonstruksi, suntingan dan terjemahan teks|last=Sastra|first=Universitas Padjadjaran (Bandung) Fakultas|date=2004|publisher=Fakultas Sastra, Universitas Padjajaran : Toyota Foundation|language=id}}</ref>
 
Sementara, Kawih Paningkes, menurutMenurut Ayatrohaedi, dkk. (1987), ''Kawih Paningkes'' berisi embaran mengenai ajaran agama yang bercampur antara kepercayaan Hindu dengan kepercayaan pribumi. Hal tersebut terbukti dengan disebutkannya nama dewa dan dewi agama Hindu dengan nama-nama pohaci dan apsari yang khas Pasundan.<ref name=":8">{{Cite web|url=http://lib.ui.ac.id/|title=Kawih paningkes alihaksara dan terjemahan naskah K.419 khazanah Perpustakaan Nasional Jakarta|last=Ayatrohaedi|first=author (edit)|date=1995|website=Universitas Indonesia Library|language=en-US|access-date=2020-06-16}}</ref>
 
Menurut Atja (1970), ''Kawih Paningkes'' (Kropak 419) diakhiri dengan kata-kata: ''“ini kang nulis kai raga nu keur tapa di sutanangtung”.<ref name=":8" />'' Sedangkan ''Gambaran Kosmologi Sunda'' (Kropak 420), menurut Undang A. Darsa dan Edi S. Ekadjati (2006) diakhiri dengan kata-kata: ''“ini kang anulis Kai Raga, eukeur tapa di Sutanangtung. Sugan kurang wuwuhan, leuwih sudaan”'' (inilah penulis bernama Kai Raga, tengah bertapa di Suta Nangtung. Bila ada kekurangan mohon ditambah, jika berlebihan mohon dikurangi).<ref name=":7" />
Sementara, Kawih Paningkes, menurut Ayatrohaedi, dkk. (1987), berisi embaran mengenai ajaran agama yang bercampur antara kepercayaan Hindu dengan kepercayaan pribumi. Hal tersebut terbukti dengan disebutkannya nama dewa dan dewi agama Hindu dengan nama-nama pohaci dan apsari yang khas Pasundan.
 
Menurut Atja (1970), Kawih Paningkes (Kropak 419) diakhiri dengan kata-kata: “ini kang nulis kai raga nu keur tapa di sutanangtung”. Sedangkan Gambaran Kosmologi Sunda (Kropak 420), menurut Undang A. Darsa dan Edi S. Ekadjati (2006) diakhiri dengan kata-kata: “ini kang anulis Kai Raga, eukeur tapa di Sutanangtung. Sugan kurang wuwuhan, leuwih sudaan” (inilah penulis bernama Kai Raga, tengah bertapa di Suta Nangtung. Bila ada kekurangan mohon ditambah, jika berlebihan mohon dikurangi).
===Wirid Nur Muhammad===
“Wirid” (KBG 75).  Menurut Holil dan Gunawan (2010: 146), naskah kertas daluang, bersampul kertas marmer berwarna merah dan berjumlah 12 halaman itu berisi perihal asal-usul terciptanya alam dan manusia, ditulis Kai Raga pada hari Jum’at Kliwon, bulan Muharram. Karya yang ditulis Kai Raga tersebut bisa jadi sangat kontras dengan naskah lain yang tertulis atas namanya.<ref name=":5" />
==Perbandingan dengan Kiai Windusana==
Masa hidup dan hasil karya Kai Raga dapat dibandingkan dengan Kiai Windusana yang memelihara dan menuliskan kembali sejumlah naskah Jawa Kuna, Jawa Pertengahan, dan Jawa Modern di lereng Gunung Merbabu sebagaimana yang ditelusuri I. Kuntara Wiryamartana dan Willem van der Molen. Menurut mereka Windusana hidup di sekitar abad ke-18. Ia dikenal sebagai pendeta tinggi dalam agama Budha dan dilaporkan memiliki ribuan naskah yang aneh. Namun saat Bataviaasch Genootschap mengambil naskah-naskahnya pada tahun 1852, jumlahnya hanya berkisar empat ratusan naskah.<ref name=":0" />