Pada masa lampau, kegiatan menggoreskan aksara atau memahat suatu aksara (naskah karyasastra atau prasasti) dipegang oleh ahli pemahat aksara yang disebut citraleka. Maka itu hasil yang digoreskan atau uang pahatan aksara yang berkembang pada [[masa klasik]] bentuknya lebih dapat digolongkan sebagai karya seni kebudayaan menampilkan kekhasan atau keunikan jejak bekas tersendiri. Tentu saja setiap aksara tidak pula ter-lepas dari gaya dan tekanan pahatan yang tampak pada bagian-bagian teks aksara dicirikan oleh tebal, tipis, dengan posisi tubuh aksara tegak, agak tegak, dan miring, ataupun bentuk yang persegi, bulat, pipih memanjang, melebar, tambun, dan kokoh tegak.
== Variasi ==
Seiring perubahan zaman, budaya, dan bahasa masyarakat penggunanya, suatu aksara dapat mengalami perubahan jumlah huruf, bentuk huruf maupun bunyinya, walaupun tetap saja dianggap sebagai bagian dari aksara induknya; atau dengan kata lain, tidak terpecah menjadi aksara baru. Demikianlah misalnya [[Abjad Arab]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Arab]] sedikit berbeda dengan Abjad Arab yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Melayu]], atau juga [[Alfabet Latin]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Latin]] sedikit berbeda dengan Alfabet Latin yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Jerman]]. Dalam perjalanan sejarahnyapun Aksara Nusantara tidak luput dari kecenderungan untuk memunculkan variasi-variasi baru yang tetap mempertahankan kaidah inti aksara induknya.
Beberapa variasi Aksara Nusantara antara lain:
* Variasi [[Aksara Kawi]] (Aksara Jawa Kuno)
** Aksara Kayuwangi: Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk membundar miring. Disebut Aksara Kayuwangi karena variasi ini banyak dijumpai pada prasasti dari sebelum hingga setelah masa pemerintahan [[Rakai Kayuwangi]], [[Raja Mataram]] (855 - 885). Oleh para ahli epigrafi Indonesia, variasi ini dianggap sebagai jenis tulisan Kawi yang paling indah.
** Aksara Kuadrat: Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk huruf menyerupai kotak / bujursangkar. Dari situlah variasi ini memperoleh namanya. Variasi ini banyak dijumpai pada prasasti dari masa [[Kerajaan Kediri]] dan [[Kerajaan Singasari]].
** Aksara Majapahit: Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang tiap hurufnya ditulis dengan banyak hiasan sehingga kadang kala sulit dikenali / sulit dibaca. Disebut Aksara Majapahit karena variasi ini banyak dijumpai dari masa Kerajaan Majapahit.
* Variasi [[Aksara Batak]]
** Aksara Toba: Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Toba]].
** Aksara Karo: Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Karo]].
** Aksara Dairi: Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Dairi]].
** Aksara Simalungun: Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Simalungun]].
** Aksara Mandailing: Variasi ini merupakan Aksara Batak yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Mandailing]].
* Variasi [[Aksara Lampung]]/Ulu
** Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Pasemah
** Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Serawai
** Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Lembak
** Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Rejang
* Variasi [[Aksara Jawa]]
** Aksara Jawa untuk menuliskan [[Bahasa Jawa]].
** Aksara Jawa untuk menuliskan [[Bahasa Jawa Kuno]].
** Aksara Jawa untuk menuliskan Bahasa Jawa dialek Banten.
** Aksara Jawa untuk menuliskan Bahasa Jawa dialek Cirebon.
** Aksara Jawa untuk menuliskan [[Bahasa Sunda]] / Aksara Sunda Cacarakan.
* Variasi [[Aksara Bali]]
** Aksara Bali untuk menuliskan [[Bahasa Bali]].
** Aksara Bali untuk menuliskan [[Bahasa Bali Kuno]].
** Aksara Bali untuk menuliskan [[Bahasa Sasak]].
* [[Berkas:Aksara Lontara di Bandara Sultan Hasanuddin.jpg|jmpl|270x270px|Aksara Lontara di Bandara Sultan Hasanuddin]]Variasi [[Aksara Lontara]]
** [[Aksara Jangang-jangang]]: Variasi dengan bentuk-bentuk huruf tersendiri untuk menuliskan Bahasa Makassar.
** [[Aksara Bilang-bilang]]: Variasi dengan bentuk-bentuk tersendiri untuk menuliskan Bahasa Bugis.
** [[Aksara Lota Ende]]: Variasi dengan bentuk-bentuk huruf tersendiri untuk menuliskan [[Bahasa Ende]].
** [[Aksara Makassar]]: Variasi ini merupakan Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Makassar]].
** [[Aksara Bugis]]: Variasi ini merupakan Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Bugis]].
** Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Luwu]].
** Aksara Lontara yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Bima]].
* Variasi [[Aksara Arab|Aksara berbasis Arab]]
** [[Aksara Jawi|Aksara Jawi/Jawöe/Gundhil]]: Variasi ini merupakan aksara berbasis [[Abjad Arab|Arab]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Melayu]], [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]], dan [[Bahasa Banjar|Banjar]].
** [[Huruf Pegon|Aksara Pegon]]: Variasi ini merupakan aksara berbasis [[Abjad Arab|Arab]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Jawa]] (termasuk [[Bahasa Osing|Osing]]), [[Bahasa Madura|Madura]], dan [[Bahasa Sunda|Sunda]].
== Silsilah ==
|