Bonus demografi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
|||
Baris 11:
Prof. [[Sri Moertiningsih Adioetomo]], yang merupakan dosen dan peneliti [[Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia]], mencetuskan istilah bonus demografi dalam pidato pengukuhannya sebagai [[Profesor|guru besar]] [[ilmu kependudukan]].<ref name=":2" /> Sejak saat itu, konsep bonus demografi dimasukkan dalam perencanaan pembangunan pemerintah. Beliau menyarankan konsep pembangunan manusia berdasarkan daur hidup untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, demi tercapainya bonus demografi. Pembangunan hidup manusia ini harus diperhatikan untuk setiap tahapan daur hidup manusia, yaitu dimulai dengan [[seribu hari pertama kehidupan]], [[Pendidikan anak usia dini|pendidikan usia dini]], [[pendidikan formal]], [[Remaja|masa remaja]], transisi menuju dunia [[kerja]], pada [[usia produktif]] dan masa kerja, [[perkawinan]], dan [[lanjut usia]].<ref name=":1" />
Pemerintahan Presiden [[Joko Widodo]] mengadopsi konsep ini ke dalam kebijakan pembangunannya. Dalam pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2019 pada Sidang Bersama DPR-RI dan DPD-RI, Presiden Joko Widodo menyampaikan keoptimisannya dalam ketercapaian Bonus Demografi. Presiden
== Referensi ==
|