Cinta diri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 37:
Pada tahun 1890, [[psikolog]] [[William James]] memeriksa konsep [[harga diri]] dalam bukunya yang berpengaruh, Principles of Psychology . Robert H. Wozniak kemudian menulis bahwa teori cinta-diri William James dalam buku ini diukur dalam "... tiga aspek diri yang berbeda tetapi saling terkait: diri material (semua aspek keberadaan materi di mana kita merasakan perasaan yang kuat tentang kepemilikan, tubuh kita, keluarga kita, harta benda kita), diri sosial (hubungan sosial perasaan kita), dan diri rohani (perasaan kita tentang subjektivitas kita sendiri) ".<ref name="auto">Wozniak, R. H. (1999) Introduction to The Principles of Psychology. Classics in Psychology, 1855–1914: Historical Essays.</ref>
 
Pada tahun 1956, [[psikolog]] dan [[Filsafat sosial|filsuf sosial]] [[Erich Fromm]] mengusulkan bahwa mencintai diri sendiri berbeda dari bersikap [[wiktionary:arrogant|sombong]], sombong, atau [[Egosentrisme|egosentris]], artinya alih-alih memedulikan diri sendiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri. Fromm mengusulkan evaluasi ulang cinta-diri dalam arti yang lebih positif, dengan alasan bahwa untuk dapat benar-benar mencintai orang lain, seseorang pertama-tama perlu mencintai diri sendiri dengan cara menghargai diri sendiri dan mengenal diri sendiri (misalnya bersikap realistis dan jujur) tentang kekuatan dan kelemahan seseorang).<ref>{{Cite web|url=http://buildthefire.com/loving-yourself-more/|title=How to Stop Beating Yourself Up and Start Loving Yourself More {{!}} Build The Fire|website=Build The Fire|language=en-US|access-date=2016-03-10|archive-date=2016-03-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20160311071013/http://buildthefire.com/loving-yourself-more/|dead-url=yes}}</ref>
 
Pada 1960-an, [[Erik Erikson|Erik H. Erikson]] juga menulis tentang apresiasi pasca-narsis terhadap nilai ego,<ref>Erik H. Erikson, ''Childhood and Society'' (1964) p. 260</ref> sementara [[Carl Rogers]] melihat satu hasil terapi yang berhasil sebagai memperoleh kembali rasa senang yang tenang dalam menjadi diri sendiri.<ref>Carl Rogers, ''On Becoming a Person'' (1961) p. 87-8</ref>