Tumaluntung, Kauditan, Minahasa Utara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 182.1.201.246) dan mengembalikan revisi 16703496 oleh Wagino Bot: Tanpa sumber.
Baris 48:
Setelah beberapa lama mereka di Matalenteng, Dotu Umboh, Dotu Koloay dan Dotu Runtukahu beserta rombongan masing-masing pergi meninggalkan Matalenteng, menuju ke timur, melewati tempat bernama ''Wua' kendis'' dan terus menuju ke Sawangen. Dotu Rotti dan istrinya Karagian, bersama dengan rombongan mereka menetap di Matalenteng selama kurang lebih 50 tahun, kemudian mereka mengubah nama Matalenteng menjadi Mataluntung.
 
Pada tahun 1725, nama Mataluntung berubah menjadi Tumaluntung. Pada masa itu banyak perompak dari Mindanao berlabuh di Kema, menelusuri Kali Sawangen, mencari-cari orang dan apabila mereka menemukannya, mereka tangkap kemudian dibawa ke kapal mereka yang berlabuh di Kaburukan (Kema). Perompak-perompak itu adalah orang Loloda, Mangindanao dan Tasikela. Pemimpin mereka yag sangat terkenal bernama Santerina.
 
Pada suatu waktu Dotu Rotti menugaskan Dotu Gerung dan anak buahnya untuk mengawasi wilayah kekuasaanya yang lokasinya terbentang dari Tumaluntung ke timur sampai ke Kema. Di Kayawu (sekarang [[Kawiley, Kauditan, Minahasa Utara|Desa Kawiley]]) mereka bertemu dengan para perompak MindanaoKema. Pada pertemuan itu terjadilah perkelahian, bahkan perang hebat di antara mereka yang mengakibatkan pemimpin mereka Santerina melarikan diri meninggalkan jenazah anak buahnya bergelimpangan.
 
{{Kauditan, Minahasa Utara}}