Wayang sadat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 10:
== Refleksi Tauhid ==
Wayang sadat memiliki [[esensi]] tauhid yang termuat dalam lakon, ketokohan, dan simbol-simbol di dalamnya. Secara [[Arti harfiah|harfiah]], kata tauhid dari bahasa [[Arab]] yaitu ''Wahhada Yuwahhidu-tauhid'' yang artinya “meng-Esakan”. Jadi bertauhid artinya meng-Esakan Tuhan pencipta semesta yang tidak ada sesuatu bagi-Nya dengan keyakinan yang bulat sehingga yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah Mahakuasa tidak ada tandingannya. Tauhid merupakan suatu pegangan, pengilmuan, dan sesuatu yang bersabit dengan penghayatan tentang pengesaan dan Keesaaan Allah Ta’ala. Konsep tauhid terdiri dari tiga asas yaitu iman (kepercayaan), ilmu (pengetahuan) dan amal (perlakuan).Dalam tauhid terdapat enam rukun iman, yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada [[Malaikat]], Iman kepada [[Kitabullah]], Iman kepada [[Rasul]], Iman kepada [[Akhirat|Hari Akhir]], dan Iman kepada Takdir Tuhan. Keenam rukun iman tersebut terdapat pada pementasan wayang sadat dalam Lakon Ki Ageng Pengging.<ref>{{Cite book|title=Ilmu Tauhid|last=Jafar|first=Ahmad|date=1974|publisher=CV. Siti Syamsiah|isbn=|location=Solo|pages=11|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|title=Pengertian Tauhid|last=Al-Qardawi|first=Yusuf|date=1993|publisher=Pustaka Salam Sdn. Bhd|isbn=|location=Kuala Lumpur|pages=12|url-status=live}}</ref>
* Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah merupakan rukun iman yang pertama dan menunjukkan kewajiban bagi pemeluk agama Islam untuk percaya kepada keesaan Allah dengan segala kebesarannya. Lakon Ki Ageng Pengging ini dapat terefleksikan pada vokal tunggal dalang yang berbunyi: ''“Niyatingsun amiwiti, anyebut asmaning Allah, ingkang sipat rahman-rahiim, Mahamurah Mahaasih, (mengucapkan doa: Bismillahir rahmaanir rahiim…) maratani jagad raya.”'' Lantunan doa tersebut diucapkan oleh [[dalang]] ketika mengawali babak pertama pagelaran wayang sadat yang menunjuk adanya rasa keimanan kepada Allah yang hukumnya wajib. Dalam ajaran Islam setiap awal kegiatan harus dimulai dengan mengucap Basmallah sebagaimana sabda Nabi Muhammad: “Semua perkara yang baik yang tiada dimulai mengerjakannya dengan bacaan Bismillah hir rahman nir rahiim, maka akan terputus (sia-sisa belaka) (H.R. [[Abu Dawud]] dari [[Abu Hurairah]]).” Ucapan [[Basmalah]] memberi tuntunan kepada Islam, bahwa setiap langkah dan gerak baik yang dilakukan oleh tangan, kaki maupun ucapan yang menuju ke arah perbuatan yang baik dan terpuji. Tujuan dari pengucapan tersebut adalah agar hasil pekerjaan itu betul-betul atas ridha-Nya, sebab pada hakikatnya alat yang digunakan untuk mencapai semua itu adalah milik Allah SWT dan hasil yang diharapkan juga atas [[kodrat]] dan irodat Allah semata.<ref>{{Cite book|title=Tafsir Al-Maraghi Juz XV|last=Mustafa|first=Ahmad|date=1985|publisher=CV. Toha Putra.|isbn=|location=Semarang|pages=11|url-status=live}}</ref>
* Iman Kepada Kitab Tuhan
Umat Islam percaya bahwa dogma yang tersurat dalam [[Al-Qur'an]] merupakan firman Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam ditekankan untuk mempelajari, mendalami, dan mengamalkan perintah-larangan yang tersurat dalam ''kitabullah'' baik secara pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Dalam lakon Ki Ageng Pengging, ketiga tataran di atas digarap dalam adegan pertama melalui tokoh Ki Ageng Pengging, [[Nyi Ageng Pengging]], dan [[Nyi Ageng Tingkir]]. Berikut ini kutipan dialog yang menyebut istilah ''[[kataman]]''.<ref name=":0" />▼
▲Umat Islam percaya bahwa dogma yang tersurat dalam [[Al-Qur'an]] merupakan firman Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam ditekankan untuk mempelajari, mendalami, dan mengamalkan perintah-larangan yang tersurat dalam ''kitabullah'' baik secara pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Dalam lakon Ki Ageng Pengging, ketiga tataran di atas digarap dalam adegan pertama melalui tokoh Ki Ageng Pengging, [[Nyi Ageng Pengging]], dan [[Nyi Ageng Tingkir]]. Berikut ini kutipan dialog yang menyebut istilah ''[[kataman]]''.<ref name=":0" />
Ki Ageng Pengging: ''Ngaten mbakyu, anggen kula badhe ngawontenaken perpisahan kaliyan anak kula Mas Karebet mangke, Kula sarengaken kalian upacara kataman santri angkatan taun menika. Mila lajeng menika wonten pahargyan saben taun mbakyu.'' Percakapan antaran Ki Anggeng Pengging dengan Nyi Ageng Tingkir tersebut menyampaikan akan mengadakan upacara perpisahan antara Ki Ageng Pengging (bapak) dengan anaknya yaitu Mas Karebet. Upacara perpisahan tersebut dibarengkan dengan acara Kataman. Kataman adalah tes membaca Al Qur'an dari [[Juz 1]] sampai dengan [[Juz 30]] secara baik dan benar sesuai dengan [[tajwid]] yaitu panjang pendek pengucapan, pelafalan, intonasi, jeda, dan pemberhentian.<ref>{{Cite book|title=Dakwah Islam dalam Wayang Sadat Lakon Ki Ageng Pengging|last=Murtana|first=I Nyoman|date=2011|publisher=ISI Press|isbn=978-602-8755-33-7|location=Surakarta|pages=65|url-status=live}}</ref>
* Iman Kepada Nabi
Percaya kepada nabi dalam pertunjukan Wayang Sadat lakon Ki Ageng Pengging, dimunculkan dalam ''[[jineman]]'' (rangkaian akhir dari sulukan jejer pertama). Syair ''jineman'' dalam ''sulukan'' diambil dari syair [[selawatan]]. Syair selawatan ini juga dipakai dalam bagian akhir ''sulukan pathet sanga wantah''. Berikut ini kutipan syair selawatan: ''“Laillah haillallah, Laillah haillallah, Muhammadar rasullullah, Muhammadar rasullullah.”'' Makna yang tersirat di dalam syair salawatan itu adalah mengagungkan nabi, khususnya Nabi Muhammad SAW. Dalam ajaran Islam, membaca selawatan itu bermaksud untuk mengagungkan nama Allah dan Nabi Muhammad SAW. Ajaran itu terdapat dalam Al-Quran [[Surah Al-Ahzab|Surah Al Ahzab]] ayat 44 dan 56 yang artinya: “Menyatakan bahwa Dialah yang memberi rahmat (salawat) kepadamu dan malaikat-Nya (44). (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang (56)”.<ref>{{Cite book|title=Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran|last=Shihab|first=Quraish|date=2006|publisher=Lentera Hati|isbn=978-979-9048-08-0|location=Jakarta|pages=71|url-status=live}}</ref>
Dalam ayat di atas digunakan kata salawat. Ucapan salawat itu berasal dari Allah SWT dan malaikatnya. Orang-orang beriman dianjurkan untuk bersalawat kepada Nabi. Ucapan salawat dari malaikat berarti permohonan ampun untuk Nabi Muhammad SAW walaupun Nabi SAW terbebas dari dosa-dosa. Demikian juga orang-orang yang beriman mengucapkan salawat untuk Nabi sebagai penghormatan kepada Nabi.<ref>{{Cite book|title=Dakwah Islam dalam Wayang Sadat Lakon Ki Ageng Pengging|last=Murtana|first=I Nyoman|date=2011|publisher=ISI Press|isbn=978-602-8755-33-7|location=Surakarta|pages=67|url-status=live}}</ref>
*Iman Kepada Hari Akhir
Manusia beragama tidak akan takut terhadap kematian. Mereka menyebutnya sebagai hari akhir dan percaya bahwa sebagai makhluk hidup perlu mengingat akan akhirat, karena pada hakikatnya semua makhluk hidup akan mengalami mati. Setiap pementasan Wayang Sadat lakon Ki Ageng Penging diselipkan juga refleksi tentang akhirat. Hal ini terlihat pada dialog lakon Ki Ageng Pengging dengan Mengkreng, yang berbunyi sebagai berikut:<ref>{{Cite journal|last=Ashari|first=Hasan|last2=Joebagio|first2=Hermanu|last3=Pelu|first3=Musa|year=2019|title=Refleksi Ketauhidan Dalam Wayang Sadat Lakon Ki Ageng Pengging|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/jurnal-jantra-volume-14-nomor-2-desember-2019/|journal=Jantra|volume=14|issue=2|pages=135|doi=}}</ref>
|