Asyeik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
 
Seiring perkembangan zaman, Ritual Asyeik kini sudah mulai ditinggalkan. Ritual ini masih bertahan di beberapa daerah tersebar di Kabupaten [[Kabupaten Kerinci|Kerinci]] dan Kota [[Kota Sungai Penuh|Sungaipenuh]], seperti di [[Siulak, Kerinci|Siulak]], [[Sitinjau Laut, Kerinci|Sitinjau Laut]], dan [[Pondok Tinggi, Sungaipenuh|Pondok Tinggi]]. Pada tahun 2016, Upacara Asyeik ditetapkan sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia]].<ref name=":0" /><ref name=":1" />
 
== Asal usul ==
''Asyeik'', dalam dialek lain dalam [[bahasa Kerinci]] disebut ''aseak'', ''asyek'', atau ''aseik'', memiliki arti khusyuk atau penuh keyakinan. Hal ini dimaksudkan karena upacara ini dilakukan untuk memohon bantuan melalui kekuatan sakti dengan penuh keyakinan agar keinginan yang dituju tercapai. Pada kondisi tertimpa musibah, dipercaya upacara ini juga dapat memberikan ketenangan bagi orang tersebut.<ref name=":2" />
 
Upacara ini telah lama diadakan oleh masyarakat Kerinci sejak zaman prasejarah. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya batu megalit silinder di Desa Jujun, Kecamatan [[Keliling Danau, Kerinci|Keliling Danau]], Kabupaten [[Kabupaten Kerinci|Kerinci]]. Pada batu tersebut terdapat ukiran orang yang sedang menari yang diyakini sedang melakukan ritual Asyeik. Pada masa tersebut, masyarakat Kerinci masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.<ref name=":2" />
 
== Jenis upacara ==