Poncke Princen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
ANFRA (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Johan Cornelis (Jan) Princen''', lebih dikenal sebagai '''Poncke Princen''' ( [[21 November]] [[1925]] – [[Jakarta]], [[21 Februari]] [[2002]]) adalah seorang oposan sejati berkebangsaan [[Belanda]] sejak muda hingga tua, melawan berbagai rezim yang melakukan penindasan dan penyelewengan, mulai dari [[Nazi]] hingga [[Orde Baru]], mulai dari rezim sayap kanan hingga rezim yang cenderung ke-kiri-kiri-an. Dia hanya hidup di Belanda sejak lahir hingga masa muda, selebihnya dia habiskan di [[Indonesia]]. Di Indonesia, dia terutama terkenal sebagai pejuang [[Hak Asasi Manusia]]. Princen menikah dengan Sri Mulyati dan dikaruniai empat anak.
 
Princen lahir dan tumbuh di [[Belanda]]. Dia sempat mengenyam pendidikan di Seminari dari 1939-1943. Pada tahun 1943, tentara [[Nazi]] Jerman mulai menginvasi dan menduduki Belanda. Seminari tempat dia sekolah diisolasi dan anak-anaknya dikurung di asramanya karena Belanda berada sepenuhnya dalam suasana perang. Pada tahun yang sama dia mencoba melarikan diri dan tertangkap oleh Nazi. Dia pun dikirim ke kamp konsentrasi di [[Vught]], lalu dikirim lanjut ke penjara kota [[UtretchUtrecht]]. Di akhir 1944, sesaat setelah dia bebas dari Jerman, dia kembali ditahan oleh pemerintah - kali ini pemerintah Belanda, karena dia menolak wajib militer di tengah kondisi yang sangat kritis tersebut. Ia pun dengan paksa masuk dinas militer dan dikirim ke jajahan Belanda di timur yang berusaha untuk memerdekakan diri, yaitu Indonesia. Di negara jajahan ini ia tergabung dalam tentara kerajaan Belanda [[Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger|KNIL]].
 
Indonesia lewat [[proklamasi]] sudah memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, tetapi perang antara penjajah dan negara bekas jajahan masih terus menerus berkecamuk. Pada tahun 1948, Princen yang muak menyaksikan sikap dan berbagai kebrutalan yang dilakukan bangsanya, meninggalkan KNIL dan bergabung dengan [[Tentara Nasional Indonesia]] pada tahun [[1948]]. Pada tahun 1948 pula dia, walaupun seorang Belanda, secara langsung menerima penghargaan [[Bintang Gerilya]] dari Presiden Sukarno.