Toto Santoso menginap di lombok lalu mendapat wangsit untuk mendirikan sebuah kerajaan yang mewarisi kekuasaan Majapahit pada tahun 2018. Gerakan ini mendasarkan pada perjanjian pengalihan kekuasaan oleh Dyah Ranawijaya yang tak lain adalah raja dari kerajaan [[Majapahit]] yang melepaskan kekuasannya kepada [[Portugal|Portugis]] pada tahun 1518 Masehi dengan syarat, [[Portugal|Portugis]] harus mengembalikan kekuasaan tersebut 500 tahun kemudian.<ref>{{Cite web|url=https://www.jawapos.com/jpg-today/13/01/2020/geger-keraton-agung-sejagat-begini-kata-polres-purworejo/|title=Geger Keraton Agung Sejagat, Begini Kata Polres Purworejo|last=JawaPos.com|date=2020-01-13|website=JawaPos.com|language=id|access-date=17 Januari 2020}}</ref> Karena hal itu, tahun 2018 dianggap oleh Santoso sebagai momentum yang tepat untuk mendirikan kembali "Majapahit" baru dengan nama "Keraton Agung Sejagat". Tak lama setelah gerakan itu didirikan, banyak orang yang berasal dari luar kota [[Purworejo]] untuk tertarik mengikuti gerakan ini. Menurut para ahli, banyaknya anggota gerakan semacam ini adalah wajar mengingat tersebarnya mitos ramalan [[Jayabaya]] mengenai kedatangan [[Ratu Adil]] atau Satria Piningit sebagai penyelamat dunia yang sudah mengalami kerusakan.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/mengapa-ada-yang-terpikat-keraton-agung-sejagat-et5E|title=Mengapa Ada yang Terpikat Keraton Agung Sejagat?|last=Alaidrus|first=Fadiyah|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-03-15}}</ref>