Baabullah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 48:
Selagi pengepungan tersebut berlangsung, pasukannya menyerang wilayah-wilayah yang menjadi pusat misi [[Yesuit]] di [[Pulau Halmahera|Halmahera]], dan memaksa penguasa Bacan yang sudah dibaptis untuk beralih kembali ke Islam pada sekitar tahun 1571.{{sfnp|Andaya|1993|p=132}} Pada tahun 1571 sebuah armada Ternate dengan enam ''kora-kora'' besar di bawah pimpinan Kapita Kalasinka menyerbu Ambon.<ref>A.B. de Sá (1956) ''Documentação para a história das missões Padroado portugues do Oriente'', Vol. IV. Lisboa: Agencia Geral do Ultramar, p. 210.</ref> Pasukan Ternate juga berhasil menaklukkan wilayah Hoamoal (di [[Pulau Seram|Seram]]), [[Ambelau]], [[Manipa]], [[Kelang]] dan [[Boano]]. Tentara Portugis yang dikomandoi Sancho de Vasconcellos berusaha dengan susah payah untuk mempertahankan benteng-benteng mereka, dan kehilangan kuasa mereka di laut atas perdagangan cengkeh.<ref>Gerrit Knaap (2004) ''Kruidnagelen en Christenen: De VOC en de bevolking van Ambon 1656-1696''. Leiden: KITLV Press, p. 17-9.</ref> Dengan bantuan penduduk setempat yang sudah masuk Kristen, Vasconcellos sempat berhasil menangkal serangan Ternate di [[Pulau Buru]] selama beberapa waktu,<ref>A.B. de Sá (1956), p. 331, 396-7.</ref> akan tetapi wilayah tersebut jatuh ke Ternate tak lama setelah serangan baru dilancarkan di bawah pimpinan Kapita Rubohongi.{{sfnp|Jacobs|1974|p=691}}<ref>Georgius Everhardus Rumphius (1910) "De Ambonsche historie", ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'', 64, p. 18-9.[https://brill.com/view/journals/bki/64/1/article-p1_1.xml] Buru later fell under Tidore's suzerainty for a while; see Hubert Jacobs (1980) ''Documenta Malucensia'', Vol. II. Rome: Jesuit Historical Institute, p. 22; </ref>
 
Pada tahun 1575 sebagian besar tanah Portugis di Maluku telah diambil alih oleh Ternate, dan suku-suku serta negeri-negeri yang mendukung Portugis telah benar-benar tersudut. Hanya São João Baptista saja yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun sebelumnya orang Portugis beserta keluarga mereka mengalami kesulitan hidup di dalam benteng yang terputus dari dunia luar tersebut. Sultan Baabullah menuntut agar orang-orang Portugis di dalam benteng segera menyerahkan diri untuk meninggalkan Ternate, dan berjanji akan memberikan kapal serta suplai agar mereka dapat mencapai Ambon. Sementara itu penduduk benteng yang berasal dari Ternate diperbolehkan tinggal selama mereka mengakui pemerintahan kesultanan. Kapten Nuno Pereira de Lacerda menerima persyaratan tersebut.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=92}}{{sfnp|Andaya|1993|p=133}}
 
Maka, orang-orang Portugis pun menyerah dan pergi meninggalkan Ternate tak lama kemudian. Sultan Baabullah memegang janjinya dan tidak ada satu pun dari mereka yang dilukai. Ia menyatakan bahwa orang-orang Portugis tetap dapat berkunjung sebagai pedagang dan harga cengkeh untuk mereka tidak akan berubah. Sebuah kapal dari Melaka datang menjemput sisa-sisa orang Portugis di Ternate dan membawa mereka berlayar menuju Ambon.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian IV:6, hlm. 455–45⁠6}}{{sfnp|Andaya|1993|p=133}} Sebagian dari mereka melanjutkan perjalanan ke Melaka sementara yang lain pergi menuju [[Solor]] dan [[Pulau Timor|Timor]] untuk berpartisipasi dalam perdagangan kayu cendana.<ref>Arend van Roever (2002) ''De jacht op sandelhout: De VOC en de tweedeling van Timor in de zeventiende eeuw''. Zutphen: Walburg Pers.</ref> Baabullah menahan sejumlah kecil orang Portugis di dalam benteng hingga pembunuh ayahnya diadili. Setelah orang-orang yang terlibat dengan pembunuhan tersebut dihukum, barulah mereka dibiarkan pergi.{{sfnp|Andaya|1993|p=133}}