Baabullah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Swarabakti (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 19:
== Kehidupan awal ==
=== Masa muda ===
Menurut tradisi, Baabullah dilahirkan pada 10 Februari 1528. Meski begitu, tanggal ini mungkin terlalu awal, karena ayahnya, [[Khairun Jamil dari Ternate|Sultan Khairun Jamil]] (memerintah 1535–1570), lahir pada sekitar tahun 1522 menurut catatan Portugis.{{sfnp|Tiele|<nowiki>1877–1887</nowiki>|loc=Bagian II:5, hlm. 39}} ''Kaicili'' (pangeran) Baab merupakan putra tertua, atau setidaknya salah satu yang tertua, dari Sultan Khairun dan permaisurinya Boki Tanjung,<ref>Naïdah (1878) "Geschiedenis van Ternate", ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'', 4:1, p. 441.[https://brill.com/view/journals/bki/26/1/article-p381_30.xml]</ref> putri Sultan Alauddin I dari [[Kepulauan Bacan|Bacan]].{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. II, hlm. 16}} Menurut satu catatan hikayat yang disusun jauh di kemudian hari oleh penulis Ternate [[Naidah]], Baab juga merupakan anak angkat dari Sultan Bacan.{{sfnp|Naidah|1878|p=411, 449}} Tak banyak yang diketahui mengenai masa kecilnya, kecuali bahwa ayahnya memberikan pendidikan dalam hal-hal keagamaan; ia diajari untuk "berdakwah kepada masyarakat", yang ditafsirkan sebagai tanda bahwa ia memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang al-Qur'an.{{sfnp|Jacobs|1974|p=239}} ''Kaicili'' Baab dan saudara-saudaranya kemungkinan mendapatkan pemahaman ilmu agama dari [[mubalig]] dan ilmu peperangan dari ahli militer.<ref>Cf. Hubert Jacobs (1971) ''A treatise on the Moluccas (c. 1544)''. Rome: Jesuit Historical Institute, p. 123.</ref>
Sejak kecil, ia menemani ayahnya kemana-mana, termasuk ketika sang sultan diasingkan untuk sementara ke [[Goa, India|Goa]] pada tahun 1545 hingga 1546.<ref>A.B. de Sá (1956) ''Documentação para a história das missões Padroado portugues do Oriente'', Vol. IV. Lisboa: Agencia Geral do Ultramar, p. 185.</ref> Beranjak dewasa, ia membantu ayahnya menjalankan pemerintahan kesultanan, dan ikut menandatangani surat perjanjian vasalisasi Ternate kepada Portugis pada tahun 1560—surat Indonesia tertua dengan stempel kesultanan yang masih bertahan.<ref>Annabel Teh Gallop (2019) ''Malay seals from the Islamic world of Southeast Asia''. Singapore: NUS Press, Nos 1836-1837.</ref> Sumber-sumber Portugis semasa mengenali Baab sebagai calon pewaris takhta (''herdeiro do reino'') Ternate, walaupun ada pula sumber lain yang menyebut bahwa ia memiliki satu atau dua saudara dengan klaim takhta yang lebih kuat.{{sfnp|Jacobs|1974|p=61}}{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. II, hlm. 16–17}}
=== Hubungan Ternate-Portugis ===
Ternate yang merupakan pusat utama [[Perdagangan rempah|perdagangan]] [[cengkeh]] memiliki ketergantungan yang kuat pada Portugis sejak mereka mendirikan benteng batu di sana pada tahun 1522.{{sfnp|Andaya|1993|p=117}} Pada awalnya, elit Ternate menganggap bahwa Portugis yang memegang kuasa atas bandar persinggahan di [[Melaka Portugis|Melaka]] serta memiliki persenjataan yang relatif lebih unggul dapat dijadikan sebagai sekutu yang berguna. Namun, setelah beberapa waktu, perilaku para serdadu Portugis yang tidak disukai masyarakat setempat memicu penolakan. Hubungan antara Sultan Khairun dan kapten-kapten Portugis tidak begitu mulus, walaupun mereka tetap membantunya mengalahkan negeri-negeri lain di Maluku, seperti [[Kesultanan Tidore]] dan [[Jailolo]].{{sfnp|Andaya|1993|p=122}}{{sfnp|Tiele|<nowiki>1877–1887</nowiki>|loc=Bagian IV:1, hlm. 399–400}}
Konflik antara Ternate dan Portugis pecah pada tahun 1560-an, ketika Muslim di [[Pulau Ambon|Ambon]] meminta bantuan dari Sultan untuk mencegah orang-orang Eropa yang mencoba mengkristenkan daerah tersebut. Sultan Khairun pun mengirimkan sebuah armada di bawah pimpinan ''Kaicili'' Baab untuk mengepung desa Kristen Nusaniwi pada tahun 1563. Namun, pengepungan ini dibatalkan setelah tiga kapal Portugis datang.{{sfnp|Tiele|<nowiki>1877–1887</nowiki>|loc=Bagian IV:1, hlm. 405}} Selama beberapa waktu setelah tahun 1564, orang-orang Portugis terpaksa meninggalkan Ambon secara keseluruhan, walaupun mereka kembali menetap di sana pada tahun 1569.{{sfnp|Jacobs|1974|p=12}} Baab juga ikut andil dalam sebuah ekspedisi ke bagian utara Sulawesi pada 1563 untuk membawa wilayah tersebut ke dalam kuasa kesultanan pimpinan ayahnya. Petinggi Portugis memahami bahwa penaklukan semacam ini akan diikuti dengan penyebaran agama Islam yang dapat menggoyahkan posisi mereka di Nusantara, sehingga mereka pun berusaha mendahuluinya dengan usaha pengkristenan penduduk [[Manado]], [[Pulau Siau]], Kaidipang, dan Toli-Toli, antara lain.{{sfnp|Tiele|<nowiki>1877–1887</nowiki>|loc=Bagian IV:3, hlm. 418–420; Bagian IV:5, hlm. 440}}
[[File:Native Soldier.jpg|thumb|right|upright=1.2|Lukisan tentara pribumi dari Maluku dalam [[Kodeks Boxer]], akhir abad ke-16]]
Terlepas dari segala perselisihan ini, hubungan Ternate-Portugis tidak sepenuhnya rusak. Saat Gonçalo Pereira mengirimkan sebuah ekspedisi ke [[Filipina]] pada tahun 1569, misalnya, penguasa Tidore, Bacan dan Ternate diminta untuk ikut menyertai. Dari Ternate, ''Kaicili'' Baab memimpin armada dengan lima belas ''[[kora-kora]]'' (perahu bercadik besar). Namun, karena Ternate tidak begitu tertarik pada ekspedisi ini, Baab membelokkan armadanya di tengah perjalanan untuk menuju [[Selat Melaka]] dan melakukan aksi bajak laut di sana. Terlepas dari desersinya, ia tetap kehilangan sekitar 300 orang dalam perjalanan ini. Ekspedisi Portugis pun berakhir dengan kegagalan, yang diam-diam disyukuri oleh Sultan Khairun.{{sfnp|Tiele|<nowiki>1877–1887</nowiki>|loc=Bagian IV:5, hlm. 438}} Meski begitu, Baab tetap merasa tidak senang ayahnya terlalu ramah dengan orang-orang Eropa.{{sfnp|Jacobs|1974|p=624}}
=== Kematian Sultan Khairun ===
Selepas perselisihan mengenai kepemilikan Pulau Ambon, Khairun semakin meningkatkan kekuatan Ternate hari demi hari. Perkembangan ini membuat pemimpin-pemimpin Portugis khawatir. Wilayah pengaruh Portugis di [[Halmahera]] diserang oleh pasukan-pasukannya. Sebagai penguasa jalur laut, Khairun juga dapat menghentikan pengiriman suplai bahan pangan yang vital dari Moro di Halmahera ke pemukiman Portugis di Ternate.{{sfnp|Tiele|<nowiki>1877–1887</nowiki>|loc=Bagian IV:4, hlm. 441–443}} Pada tahun 1570 Kapten Diogo Lopes de Mesquita (1566-1570) secara resmi melakukan rekonsiliasi dengan sang Sultan, tetapi hal ini tidak menurunkan ketegangan antar kedua pihak.
Lopes de Mesquita mengundang Khairun ke kediamannya di [[Benteng Kastela|São João Baptista]] (Benteng Kastela) pada tanggal 25 February 1570 untuk sebuah jamuan, dengan dalih bahwa ia hendak mengajak sang sultan mendiskusikan masalah serius. Khairun menyanggupi undangan ini dan datang sendiri ke dalam benteng, sebab pengawal tidak diperbolehkan masuk. Martim Afonso Pimentel, keponakan sang kapten, diperintahkan untuk berjaga di sisi dalam gerbang. Begitu Khairun hendak beranjak keluar, Pimentel menikamnya dengan belati hingga sang sultan gugur.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=87}}<!--Mesquita that by removing Hairun, Maluku would lose its only prominent leader and resistance be scattered. Here, however, he underestimated the anti-Portuguese resentment which had built up during the last decades, in particular canalized through Prince Baab.-->
Baris 50:
Pada tahun 1575 sebagian besar tanah Portugis di Maluku telah diambil alih oleh Ternate, dan suku-suku serta negeri-negeri yang mendukung Portugis telah benar-benar tersudut. Hanya São João Baptista saja yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun sebelumnya orang Portugis beserta keluarga mereka mengalami kesulitan hidup di dalam benteng yang terputus dari dunia luar tersebut. Sultan Baabullah menuntut agar orang-orang Portugis di dalam benteng segera menyerahkan diri untuk meninggalkan Ternate, dan berjanji akan memberikan kapal serta suplai agar mereka dapat mencapai Ambon. Sementara itu penduduk benteng yang berasal dari Ternate diperbolehkan tinggal selama mereka mengakui pemerintahan kesultanan. Kapten Nuno Pereira de Lacerda menerima persyaratan tersebut.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=92}}{{sfnp|Andaya|1993|p=133}}
Maka, orang-orang Portugis pun menyerah dan pergi meninggalkan Ternate tak lama kemudian. Sultan Baabullah memegang janjinya dan tidak ada satu pun dari mereka yang dilukai. Ia menyatakan bahwa orang-orang Portugis tetap dapat berkunjung sebagai pedagang dan harga cengkeh untuk mereka tidak akan berubah. Sebuah kapal dari Melaka datang menjemput sisa-sisa orang Portugis di Ternate dan membawa mereka berlayar menuju Ambon.{{sfnp|Tiele|<nowiki>1877–1887</nowiki>|loc=Bagian IV:6, hlm. 455–456}}{{sfnp|Andaya|1993|p=133}} Sebagian dari mereka melanjutkan perjalanan ke Melaka sementara yang lain pergi menuju [[Solor]] dan [[Pulau Timor|Timor]] untuk berpartisipasi dalam perdagangan kayu cendana.<ref>Arend van Roever (2002) ''De jacht op sandelhout: De VOC en de tweedeling van Timor in de zeventiende eeuw''. Zutphen: Walburg Pers.</ref> Baabullah menahan sejumlah kecil orang Portugis di dalam benteng hingga pembunuh ayahnya diadili. Setelah orang-orang yang terlibat dengan pembunuhan tersebut dihukum, barulah mereka dibiarkan pergi.{{sfnp|Andaya|1993|p=133}}
=== Kunjungan Francis Drake ===
Baris 76:
Di bawah kepemimpinan Baabullah, Kesultanan Ternate menggapai masa jayanya. Kombinasi dari pengaruh sosiopolitik agama Islam, imbas dari keberadaan Portugis (yang sebelumnya menyuplai persenjataan serta mendorong penyeragaman pertanian cengkeh demi efisiensi), serta harga cengkeh yang semakin melonjak, memperkuat dan memperluas cengkeraman Ternate atas jalur perdagangan rempah.{{sfnp|Lieberman|2009|p=853–854}} Pada awal masa pemerintahannya, Sultan mengirimkan armada untuk menaklukan Buru, Seram, dan sebagian wilayah Ambon. Pada tahun 1580 negeri-negeri di [[Sulawesi Utara]] juga ditaklukkan. Tradisi setempat menyebutkan bahwa Ternate menggabungkan strategi interferensi atas persaingan kekuasaan internal dan politik perkawinan untuk mendapatkan pengaruh. Raja Humonggilu dari [[Limboto, Gorontalo|Limboto]], misalnya, meminta bantuan Ternate untuk mengalahkan saingannya, Raja Pongoliwu dari [[Gorontalo]]. Humonggilu lalu menikahi adik Baabullah, Jou Mumin.{{sfnp|Liputo|1949|loc=Vol. XI, hlm. 40}} Sementara, saudari dari raja yang dikalahkan dibawa ke Ternate untuk dinikahkan dengan seorang bangsawan. Baabullah sendiri dsiebut-sebut menikahi seorang putri dari [[Teluk Tomini]] bernama Owutango, yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di kawasan tersebut.{{sfnp|Liputo|1950|loc=Vol. XII, hlm. 23, 26–7}} Pada ekspedisi tahun 1580 wilayah [[Kerajaan Banggai|Banggai]], [[Bungku|Tobungku]] (keduanya di Sulawesi Timur), Tiworo (Sulawesi Tenggara) dan [[Kesultanan Buton|Buton]] juga jatuh ke dalam kuasa Sultan. Pengaruh Ternate bahkan mencapai [[Solor]], yang menjadi gerbang bagi perdagangan [[cendana]] di Timor,<ref>Arend de Roever (2002) ''De jacht op sandelhout; De VOC en de tweedeling van Timor in de zeventiende eeuw''. Zutphen: Walburg Pers, p. 72.</ref> serta [[Kepulauan Banda]] tempat penghasil [[pala]].<ref>Peter Lape ''Contact and conflict in the Banda Islands, Eastern Indonesia, 11th-17th centuries''. PhD thesis, Brown University, p. 64.</ref>
Daftar wilayah jajahan Ternate yang disusun oleh sumber Spanyol pada sekitar tahun 1590 juga menyebut Mindanao, [[Raja Ampat|Kepulauan Papua]] (Raja Ampat) serta [[Kesultanan Bima|Bima]] dan Kore di [[Pulau Sumbawa|Sumbawa]], walaupun sepertinya wilayah-wilayah ini tidak terlalu terikat dengan Ternate.{{sfnp|Tiele|<nowiki>1877–1887</nowiki>|loc=Bagian V:1, hlm. 161–162}} Meski kawasan-kawasan yang jauh dari Ternate hanya merupakan [[negara pembayar upeti]] yang lumayan merdeka, banyak pula wilayah yang diperintah oleh wakil (bergelar ''sangaji'') yang ditunjuk langsung oleh Sultan. Karena luas wilayah kekuasaannya, Baabullah juga dijuluki sebagai "Penguasa 72 Pulau", sebagaimana dicatat oleh sejarawan dan ahli geografi Belanda [[François Valentijn]] (1724).<ref>François Valentijn (1724) ''Oud en Nieuw Oost-Indien'', Vol. I. Amsterdam: Onder de Linden, p. 208.[https://archive.org/details/oudennieuwoostin01vale/page/208/mode/2up]; similarly denominated in Bartholomew Leonardo de Argensola (1708), p. 55.[https://archive.org/details/aad4285.0001.001.umich.edu/page/55/mode/2up]</ref> Pada masa ini, Ternate merupakan negara terkuat di kawasan Timur Nusantara. Menurut sumber-sumber Spanyol, Baabullah memiliki kekuatan untuk memanggil 2.000 ''kora-kora'' dan 133.300 tentara dari [[Sulawesi]] hingga [[Pulau Papua|Papua]] di bawah panjinya.{{sfnp|Tiele|<nowiki>1877–1887</nowiki>|loc=Bagian V:1, hlm. 161–162}}
== Ternate pasca Baabullah ==
Baris 83:
Sultan Baabullah Datu Syah digantikan puteranya [[Sultan Said Barakati]] ([[1583]] – [[1606]]) yang terus mengobarkan perang terhadap [[Portugis]] dan [[Spanyol]].
==
{{Reflist}}
=== Daftar pustaka ===
* {{cite book |last=Andaya |first=Leonard |year=1993 |title=The world of Maluku |location=Honolulu |publisher=University of Hawai'i Press |ref=harv}}
* {{cite thesis |last=van Fraassen |first=Christiaan F. |year=1987 |title=Ternate, de Molukken en de Indonesische Archipel : van soa-organisatie en vierdeling : een studie van traditionele samenleving en cultuur in Indonesië |type=Disertasi doktor |location=Leiden |publisher=Universiteit Leiden |ref=harv}}
* {{cite book |last=Hanna |first=Willard A. |last2=Alwi |first2=Des |year=1990 |title=Turbulent times past in Ternate and Tidore |location=Banda Naira |publisher=Yayasan Warisan dan Budaya Banda Naira |ref=harv}}
* {{cite book |last=Lessa |first=William A. |year=1984 |chapter=Drake in the South Seas |editor=Norman J. W. Thrower |title=Sir Francis Drake and the Famous Voyage, 1577-1580: Essays Commemorating the Quadricentennial of Drake's Circumnavigation of the Earth |location=Berkeley |publisher=University of California Press |isbn=9780520048768 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Liputo |first=M. H. |year=1949 |title=Sedjarah Gorontalo Doea Lima Pohalaa |volume=11 |location=Gorontalo |publisher=Pertjetakan Rakjat |ref=harv}}
* {{cite book |last=Liputo |first=M. H. |year=1950 |title=Sedjarah Gorontalo Doea Lima Pohalaa |volume=12 |location=Gorontalo |publisher=Pertjetakan Rakjat |ref=harv}}
* {{cite book |last=Jacobs |first=Hubert |year=1974 |title=Documenta Malucensia |volume=1 |location=Rome |publisher=Jesuit Historical Institute |ref=harv}}
* {{cite book |last=Jacobs |first=Hubert |year=1980 |title=Documenta Malucensia |volume=2 |location=Rome |publisher=Jesuit Historical Institute |ref=harv}}
* {{cite journal |author=Naidah |translator=P. van der Crab |year=1878 |title=Geschiedenis van Ternate, in Ternataanschen en Maleischen Tekst Beschreven door den Ternataan Naidah met Vertaling en Aanteekeningen |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume=26 |pages=381–493 |ref=harv}}
* {{cite journal |last=Tiele |first=Pieter Anton |year=1877–1887 |title=De Europëers in den Maleischen Archipel |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume='''25''': 321–420 (Bagian I); '''27''': 1–69 (Bagian II); '''28''': 261–340 (Bagian III), 395–482 (Bagian IV); '''29''': 153–214 (Bagian V); '''30''': 141–242 (Bagian VI); '''32''': 49–118 (Bagian VII); '''35''': 257–355 (Bagian VIII); '''36''': 199–307 (Bagian IX) |ref=harv}}
== Bacaan lanjutan ==
|