Kesultanan Jailolo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambah teks, referensi dan pranala dalam |
k menambah teks dan referensi |
||
Baris 3:
== Kehidupan Masyarakat ==
Kesultanan Jailolo merupakan salah satu pusat perkembangan kekuasaan [[Islam]] yang paling awal di Maluku Utara. Masyarakat Jailolo mulai meninggalkan pemikiran primitif sejak Islam diterapkan dalam kehidupan sosial dan politik.{{Sfn|Handoko, Wuri|(2014
Maluku, wilayah-wilayah pusat kekuasaan Islam seperti yang disebutkan diawal, dapat dikatakan mewakili anggapan itu."}} Kesultanan Jailolo menjalankan [[syariat Islam]] dalam kehidupan masyarakatnya. [[Al-Qur'an]] dan nasihat para leluhur menjadi sumber hukum utama dalam menjalankan hubungan sosial. Kehidupan masyarakat sepenuhnya diatur oleh adat yang dikenal sebagai [[Adat Se Atorang]].{{Sfn|Junaidi, Muhammad|(2009)|p=232.|ps="Sebagai kerajaan islam, maka kepada empat kerjaan Moloku Kie Raha masing-masing menjaga empat pilar dalam Islam yakni Jailolo menjaga syariat, Tidore menjaga tarekat, Bacan menjaga hakikat, Dalam praktek kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan sosial mengacu pada aturan adat yang mengatur kehidupan dikenal dengan Adat Se Atorang. Aturan adat bersumber dari falsafah leluhur dan Al-Qur'an."}}
Baris 14:
oleh eksodus besar-besaran masyarakat Ternate."}} Pada tahun 1620, Kesultanan Ternate kembali melakukan serangan dan dibantu oleh [[Belanda]]. Kedua serangan ini akhirnya mengakhiri kekuasaan dari Kesultanan Jailolo.{{Sfn|Mansyur, Syahruddin|(2016)|p=134.|ps="Setidaknya terdapat dua serangan besar yang dilancarkan oleh pihak Ternate (dibantu oleh sekutu bangsa Eropa), yaitu tahun 1551 (bersama Portugis),dan tahun 1620 (bersama Belanda). Para ahli sejarah berpandangan bahwa dua serangan ini bahkan telah merusak struktur kekuasaan internal Kesultanan Jailolo."}} Pada tahun yang sama, Kesultanan Ternate menggabungkan bekas wilayah Kesultanan Jailolo menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya.{{Sfn|Mansur dan Said|(2018)|p=137|ps="Adapun Kesultanan Jailolo telah dianeksasi oleh Kesultanan Ternate sejak 1620."}}
== Pendirian Kembali ==
Kesultanan
== Silsilah ==
Baris 20:
== Peninggalan ==
Kesultanan Jailolo tidak memiliki banyak peninggalan arkeologi. Bekas Istana Kesultanan Jailolo tidak ditemukan sama sekali. Peninggalan yang tersisa hanya berupa benteng, masjid, dan makam kuno.{{Sfn|Handoko, Wuri|(2010)|p=7.|ps="Dari segi tinggalan arkeologi, Kerajaan Jailolo meninggalakn sedikit jejak-jeka material dibandingkan dengan Ternate dan Tidore, hanya mesji, makam kuno, benteng Portugis, adapun bekas istana Jailolo sudah tidak ada."}}
=== Benteng Gamlamo ===
Baris 42 ⟶ 43:
* {{cite journal|last=As'ad|first=Muhammad|date=2010|title=Tradisi Tlis Masyarakat Maluku Utara|url=|journal=Al-Qalam|volume=16|issue=26|pages=171—180|doi=|issn=|ref={{sfnref|As'ad, Muhammad|(2010)}}|url-status=live}}
{{reflist|1}}
{{reflist|1}}
* {{cite journal|last=Handoko|first=Wuri|date=2014|title=Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Hoamoal di Seram Bagian Barat|url=|journal=Kapata Arkeologi|volume=10|issue=2|pages=99—112|doi=|issn=|ref={{sfnref|Handoko, Wuri|(2014)}}|url-status=live}}▼
* {{cite journal|last=Handoko|first=Wuri|date=2010|title=Perebutan Wilayah pada Masa Transisi Islam-Kolonial di Wilayah Kerajaan Jailolo|url=|journal=Kapata Arkeologi|volume=10|issue=2|pages=99—112|doi=https://doi.org/10.24832/kapata.v6i11.142|issn=1858-4101|ref={{sfnref|Handoko, Wuri|(2010)}}|url-status=live}}
▲* {{cite journal|last=Handoko|first=Wuri|date=2014|title=Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Hoamoal di Seram Bagian Barat|url=|journal=Kapata Arkeologi|volume=
{{reflist|1}}
* {{cite journal|last=Jalil|first=Laila Abdul|date=2017|title=Nisan Kuno di Jailolo: Bukti Perkembangan Islam Abad Ke-18 di Maluku Utara|url=|journal=Berkala Arkeologi|volume=37|issue=2|pages=195—207|doi=|issn=|ref={{sfnref|Jalil, Laila Abdul|(2017)}}|url-status=live}}
|