Transisi dari Sui ke Tang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Masa transisi Sui-Tang''' ([[Hanzi]]: 隋末唐初, ''Sui mo Tang chu'') adalah masa peralihan dari [[Dinasti Sui]] ke [[Dinasti Tang]] yang penuh konflik dan pertumpahan darah. Pada masa itu, [[
== Invasi
Hingga tahun [[611]],
Namun perang itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sumber daya manusia dan kebutuhan perang, seperti makanan, bahan-bahan untuk membangun armada dan alat-alat perang dikirim ke basis operasi di pos militer Zhuo (sekarang [[Beijing]]). Hal ini menyebabkan kekacauan peredaran hasil pertanian karena sebagian besar dipakai untuk berperang, kelaparan melanda berbagai wilayah terutama di bagian utara
Tanpa mempedulikan penderitaan rakyat, Kaisar tetap mengirimkan ekspedisi militer pertamanya ke Goguryeo tahun [[612]] dengan pasukan berjumlah sekitar satu juta orang. Pasukan besar itu menyeberangi Sungai Liao dan memasuki perbatasan Goguryeo. Kaisar sendiri secara pribadi memimpin pasukannya mengepung kota Liaodong (sekarang [[Liaoyang]], [[Liaoning]]), sementara itu ia mengirimkan Jenderal [[Yuwen Shu]] dan [[Yu Zhongwen]] memimpin sisa pasukannya memasuki wilayah Goguryeo menuju ke ibukotanya, [[Pyongyang]]. Disana mereka bergabung dengan armada yang dipimpin oleh Jenderal [[Lai Hu’er]]. Namun Kaisar Yang tidak pernah bisa merebut Liaodong, Yuwen dan Yu sebelum mencapai Pyongyang sudah dihadang oleh Jenderal [[Eulji Mundeok]] dari Goguryeo, mereka kalah dalam [[Pertempuran Salsu]] hingga terpaksa harus mundur dengan meninggalkan banyak korban di pihaknya. Musim gugur tahun itu, kaisar terpaksa membatalkan kampanye militer itu dan mundur. Dalam perang ini
Tahun 613, Kaisar Yang kembali mengirimkan kampanye militer kedua ke Korea, padahal pemberontakan petani di dalam negeri semakin banyak dan serius. Sekali lagi ia memimpin pasukannya ke Liaodong untuk mengepung kota itu kedua kalinya, sementara itu Yuwen Shu dan [[Yang Yichen]] diperintahkan untuk menyerbu Pyongyang. Namun ketika kaisar sedang di Liaodong, Jenderal [[Yang Xuan'gan]], yang bertugas mengatur lalu-lintas perbekalan di dekat ibukota timur, [[Luoyang]], memberontak, ia memimpin pasukannya menyerbu Luoyang. Mendengar kabar ini, kaisar terpaksa menarik mundur pasukannya dari Liaodong. Yuwen Shu dan Qutu Tong diperintahkan untuk menyelamatkan Luoyang. Keduanya bergabung dengan Fan Zigai dan Wei Wensheng yang masing-masing adalah komandan tertinggi penjaga kota Luoyang dan ibukota barat Chang’an (sekarang [[Xi'an]], [[Shaanxi]]). Pemberontakan ini pada akhirnya berhasil ditumpas, Yang bunuh diri dalam pelariannya, keluarga dan pengikutnya dihukum mati dengan kejam, namun pemberontakan demi pemberontakan terus meletus di berbagai daerah menentang kesewenang-wenangan sang kaisar.
Baris 13:
== Pecahnya Kekaisaran Sui ==
Karena semakin meluasnya pemberontakan petani di wilayah utara
Sementara itu, Jenderal Yang Yichen sedang berjuang mati-matian memadamkan pemberontakan di utara [[Sungai Kuning]] dan ia berhasil meraih banyak kemenangan gemilang. Namun sayangnya, Kaisar Yang dan perdana menterinya, [[Yu Shiji]] malah iri dengan prestasi dan jasa-jasa Yang. Sehingga Yang dipanggil pulang dengan dalih untuk menerima promosi, namun yang didapat adalah penonaktifan dirinya. Yang meninggal tak lama kemudian dalam kesedihan. Dengan tidak adanya jenderal yang mampu, aktivitas pemberontak di utara Sungai Kuning semakin merajarela dan tak terkendali, pemimpin terkuat di wilayah itu adalah [[Dou Jiande]].
Baris 34:
Kaisar Yang merasa dirinya aman-aman saja dibawah perlindungan pasukan elit Xiaoguo di Jiangdu, padahal keadaan negara saat itu sudah semakin gawat. Ia tidak terlalu peduli untuk menangani pemberontakan dan hanya mengirim Jenderal [[Wang Shichong]] ke Luoyang untuk mempertahankan kota itu dari serbuan pasukan Li Mi. Kaisar bahkan tidak berniat untuk kembali ke utara dan bermaksud memindahkan ibukota ke Danyang (sekarang [[Nanjing]], [[Jiangsu]]), di wilayah selatan [[Sungai Yangtze]]. Namun anggota pasukan Xiaoguo yang sebagian besar berasal dari utara dan mengkhawatirkan keluarga mereka disana, mulai melakukan desersi, mereka yang tertangkap dikenai hukuman berat. Keresahan melanda tubuh pasukan elit itu sehingga para perwiranya berkomplot untuk melakukan kudeta, mereka mendukung [[Yuwen Huaji]], Adipati Xu (putra Yuwen Shu) sebagai pemimpin kudeta. Musim semi [[618]], mereka melaksanakan rencana itu dan membunuh Kaisar Yang. Kemudian Yuwen mengangkat keponakan Kaisar Yang, [[Yang Hao]], Pangeran Qin sebagai kaisar boneka, dan ia sendiri sebagai walinya. Ia lalu bertolak dari Jiangdu ke utara bersama pasukan Xiaoguo untuk memerangi pemberontak.
Kabar kematian kaisar segera menyebar ke seantero wilayah
Di tempat lain, Xue Ju telah wafat pada awal [[618]] dan digantikan oleh putranya, [[Xue Rengao]]. Li Shimin, Pangeran Qin, putra Li Yuan, mengalahkan dan membunuh Xue, seluruh wilayah kekuasaannya pun dianeksasi oleh Tang. Pada saat yang sama, Dou Jiande mengkonsolidasikan wilayahnya di utara Sungai Kuning, ia mengalahkan dan menghukum mati Yuwen yang telah meracuni Yang Hao dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Xu, namun Dou tidak pernah berhasil mengalahkan Luo Yi. Luo sendiri akhirnya menyerah pada pemerintah Tang. Sementara Zhu Can menghadapi perlawanan sengit dari rakyat yang membenci kekejamannya, ia mempertimbangkan antara menyerah pada Yang Tong di Luoyang atau pada Dinasti Tang, dan akhirnya ia memilih pilihan pertama. Pada musim panas [[619]], Wang menggulingkan Yang Tong dan mendirikan dinastinya sendiri, Dinasti Zheng, dengan dirinya sebagai kaisar.
Baris 47:
Pada tahun itu juga, Jenderal [[Li Xiaogong]], Pangeran Zhao, sepupu Kaisar Gaozu, menyerang Kerajaan Liang pimpinan Xiao Xi, ia mengepung ibukota Liang, Jiangling (sekarang [[Jingzhou]], Hubei). Xiao yang berhasil dikelabuhi siasat Jenderal [[Li Jing]], tidak menyadari bahwa bala bantuan sedang mendekat, menyerah dan sebagian besar wilayahnya jatuh ke tangan Tang dan sebagian lainnya pada Lin Shihong. Pada saat hampir bersamaan, Li Fuwei berhasil mengalahkan Li Zitong dan memaksanya menyerah, wilayahnya pun dikuasai oleh pemerintah Tang.
Musim semi 622, Li Shimin berhasil mengalahkan Liu Heita dan memaksanya kabur ke wilayah Tujue. Namun Liu kembali ke
Musim gugur 623, salah satu letnan Li Fuwei bernama [[Fu Gongshi]] memberontak di Danyang, ia mengangkat diri sebagai Kaisar Song dan menguasai daerah bekas kekuasaan Li. Tahun berikutnya ia dikalahkan dan dibunuh oleh Li Xiaogong dan wilayahnya kembali dikuasai Tang. Sementara itu Gao dikudeta oleh bawahannya, Zhang Jinshu, dan melakukan bunuh diri. Kerajaan Yan yang didirikannya juga dianeksasi oleh Tang. Liang Shidu yang aman dalam perlindungan Tujue Timur terus bertahan dari Tang yang sering mengalami gangguan dari serbuan suku barbar itu.
Tahun [[626]], terjadi [[Kudeta di Gerbang Xuanwu]] yang merupakan puncak perselisihan antara Li Shimin dengan kakaknya, Li Jiancheng. Li Shimin membunuh Li Jiancheng dan adiknya, [[Li Yuanji]] yang mendukung kakaknya, lalu memaksa ayahnya mengangkatnya sebagai pewaris tahta. Setelah ayahnya mengundurkan diri bulan berikutnya, Li naik tahta sebagai Kaisar Tang Taizong. Kini situasi mulai berbalik, Tujue Timur dilanda konflik internal karena perselisihan antara [[Jiali Khan]], Ashina Duobi (adik Ashina Duojishi) dan Tuli Khan, Ashina Shibobi (putra Ashina Duojishi). Mereka kini tidak sanggup lagi melindungi Liang Shidu dari serbuan Tang yang mengepungnya. Liang Luoren, sepupu Liang, membunuhnya dan menyerahkan diri pada Tang. Seluruh
[[Kategori:Sejarah
[[Kategori:Perang di Cina]]
[[Kategori:Perang Saudara]]
|