Baabullah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 85:
Selama pemerintahannya, pedagang-pedagang dari negeri Muslim yang jauh seperti [[Kesultanan Utsmaniyah|Turki Utsmani]] sempat singgah di istana, dan Portugis mencatat adanya kontak erat antara Ternate dan tokoh-tokoh Muslim dari Aceh, Tanah Melayu, dan bahkan [[Mekkah]]. Orang-orang Jawa dari [[Kerajaan Kalinyamat|Jepara]] dan negara bandar lainnya juga membantu Ternate secara militer melalui Ambon. Kepergian Portugis dan pembukaan kembali bandar Ternate untuk perdagangan bebas membangkitkan jalur-jalur dagang lama yang mempertalikan wilayah-wilayah Asia sejak abad ke-15, beserta jalinan budaya dan agama yang dibawa melaluinya. Penyebaran Islam sendiri mengalami kemajuan pesat pada zaman Baabullah, sebagian alasannya kemungkinan sebagai respons terhadap penyebaran agama Kristen.{{sfnp|Andaya|1993|p=134–139}}
 
== Kematian dan suksesipenerus ==
Sultan Baabullah mangkat pada bulan Juli tahun 1583.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian V:3, hlm. 180}} Terdapat versi yang berbeda-beda mengenai penyebab dan tempat kematiannya. Menurut sebuah riwayat meragukan yang muncul jauh di kemudian hari (catatan François Valentijn, 1724), ia diperangkap oleh Portugis dalam kapal mereka dan dibawa ke [[Goa]], tetapi meninggal di perjalanan. Riwayat-riwayat lainnya menyatakan bahwa ia dibunuh ketika berada di kediamannya, entah melalui racun atau sihir.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=106}}<!--Whatever the circumstances, the strong and crafty Babullah was an inspiring leader who left a void that his successors could not entirely fill. In the history of Indonesia up to the 20th century, he was the only major leader who was able to win an absolute and uncontested victory over a Western power. His success in making Ternate into an extensive realm that reached its height of success in the late 16th century is only part of the picture. He also succeeded in instilling his people's confidence and rise up against a foreign power that strove to dominate their lives.<ref>Leonard Andaya (1993), p. 136-7.</ref> After the time of Sultan Babullah, no other leaders in Ternate and Maluku matched his caliber. In the face of new Spanish and Dutch advances in the early 17th century, the fabric of the Ternate polity proved too fragile to withstand colonial subordination.-->