Akademi Angkatan Udara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
Baris 53:
{{main|Abdulrahman Saleh}}
'''"Karbol"''' adalah sebutan untuk taruna Angkatan Udara. Karbol sendiri adalah nama panggilan akrab yang melekat pada [[Marsekal Madya|Laksamana Madya Udara]] Profesor Doktor [[Abdulrahman Saleh]] (almarhum). Sejak semasa dia masih mahasiswa Kedokteran di "''[[Geneeskundige Hoogeschool te Batavia|Geneeskundige Hogeschool te Batavia]]'' (sekarang "Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia"), dia dikenal sebagai satu-satunya ahli ilmu "Faal" pada saat itu pada zaman jajahan pemerintahan Hindia Belanda.{{Sfn|Loebis|2006|p=37}} Sebagai mahasiswa senior dia dikenal sebagai orang yang menekuni radiotelegrafi. Bahkan pada zaman pendudukan pemerintah militer Jepang, dia berhasil merakit stasiun radio amatir di asrama Salemba [[Jakarta]]. Stasiun radio ini sangat berguna untuk para pejuang gerakan bawah tanah pemuda-pemuda Indonesia selama 3,5 tahun pendudukan Jepang (antara lain para pemuda seperti [[Sutan Syahrir]], [[Adam Malik]] dan kawan-kawan). Di samping itu dia juga dikenal sebagai mahasiswa yang menekuni mesin-mesin mobil dan mesin-mesin pabrik pada zaman Belanda pada waktu itu boleh dikatakan "Langka". Segala sesuatu yang berkaitan dengan perlistrikan, baik dalam ilmu pengetahuan maupun praktiknya dia kuasai.
Secara fisik, Abdulrahman Saleh yang lahir pada [[1 Juli]] [[1909]] di [[Kwitang, Senen, Jakarta Pusat|Kwitang]], [[Jakarta Pusat]], adalah seorang pemuda yang bertubuh tegap, tinggi, berbadan atletis, kulit sedikit gelap dengan rambut keriting (ikal). Dikalangan para dosen (yang kebanyakan orang Belanda) Abdulrachman Saleh dikenal karena otaknya yang cemerlang, inovatif sekaligus kreatif. Meskipun ia adalah orang pribumi, namun pribadi nya tidak kalah dengan mahasiswa lain yang kebanyakan orang Belanda.
Baris 59:
Karena berbagai ciri keunggulan, salah seorang dosennya yang orang Belanda sering memanggil [[Abdulrahman Saleh]] dengan sebutan "''Cruel Boy''" (Si Kriting yang Cerdas), yang akhirnya menjadi sebutan "karbol". Sampai sekarang, para taruna Angkatan Udara mendapat nama panggilan yang sama dengan harapan, mereka bisa mewarisi sifat dan teladan dari beliau.{{Sfn|Bachtiar|2015|p=xx}}
=== Ide dari [[Marsekal TNI]] (Purn) Saleh Basarah ===
[[Letnan Kolonel|Letnan Kolonel Udara]] [[Saleh Basarah]] yang pada tahun 1963 menjabat sebagai Perwira Udara Wing Dik 001 merangkap anggota pelaksana proyek Akademi Angkatan Udara mempuyai gagasan agar sebutan Karbol digunakan dilingkungan para Cadet Angkatan Udara.
Ide ini diilhami, ketika
Setelah kembali ke Indonesia, Letkol Udara Saleh Basarah tertarik dengan cara yang dilakukan oleh USAF Academy. Letkol Udara Saleh Basarah pun ingat dengan tokoh idolanya yaitu [[Kolonel|Komodor Muda Udara]] Prof. Dr. [[Abdulrahman Saleh]] yang punya sebutan '''Pak Karbol'''. Maka ia pun mengusulkan kepada Komandan Komando Pendidikan TNI AU agar sebutan Karbol digunakan untuk menyebut Kadet AU.
Usul itupun diterima, tanpa melalui surat keputusan apapun, akhirnya tahun 1963 panggilan Karbol langsung disosialisasikan dikalangan Kadet AU melalui Senat Taruna dalam sebuah Apel Pagi dilapangan Maguwo. Dan sejak tahun 1963 sebutan Karbol telah melekat pada diri Taruna AAU.
|