Panglima Batur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 12:
Dengan perantaraan Haji Kuwit salah seorang saudara [[sepupu]] Panglima Batur Belanda berusaha menangkapnya. Atas suruhan Belanda, [[Haji]] Kuwit mengatakan bahwa apabila Panglima Batur bersedia keluar dari persembunyian dan bersedia berunding dengan Belanda, barulah [[tahanan]] yang terdiri dari [[keluarga]]nya dikeluarkan dan dibebaskan, dan sebaliknya apabila [[Panglima]] tetap berkeras kepala, tahanan tersebut akan ditembak [[mati]]. Hati Panglima Batur menjadi gundah dan dia sadar bahwa apabila dia bertekad lebih baik dia yang menjadi [[korban]] sendirian dari pada keluarganya yang tidak berdosa ikut menanggungnya. Dengan diiringi orang-orang tua dan orang se[[kampung]]nya Panglima Batur berangkat ke Muara Teweh. Sesampainya di sana bukan perundingan yang didapatkan tetapi ia ditangkap sebagai [[tawanan]] dan selanjutnya dihadapkan di meja [[pengadilan]]. Ini terjadi pada tanggal [[24 Agustus]] [[1905]]. Setelah dua [[minggu]] ditawan di Muara Teweh, Panglima Batur diangkut dengan [[kapal]] ke [[Banjarmasin]].
 
Di [[kota Banjarmasin]], dia diarak keliling [[kota]] dengan pemberitahuan bahwa inilah [[pemberontak]] yang keras kepala dan akan dijatuhkan [[hukuman mati]]. Pada tanggal [[15 September]] [[1905]] Panglima Batur dinaikkan ke tiang gantungan. Permintaan terakhir yang diucapkannya [[dia]] minta dibacakan ''Dua Kalimah Syahadat'' untuknya. Dia dimakamkan di belakang [[masjid Jami Banjarmasin]], tetapi sejak [[21 April]] [[1958]] [[jenazah]]nya dipindahkan ke kompleks [[Komplek Makam Pangeran Antasari|Makam Pahlawan Banjar]].
 
[[Kategori:Dayak]]