Puri Agung Tabanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Angayubagia (bicara | kontrib)
Baris 25:
 
== Puri Agung Pindah Ke Tabanan ==
Selanjutnya ''Sirarya Ngurah Langwang'', Raja Tabanan III, menggantikan Ayahnya Sri Megada Natha menjadi raja, yang kemudian mendapat perintah dari Dalem Raja Bali agar memindahkan Kerajaannya / Purinya di Pucangan ke daerah selatan, hal ini kemungkinan disebabkan secara geografis dan demografis sulit dicapai oleh Dalem dari Gegel dalam kegiatan inspeksi. Akhirnya Arya Ngurah Langwang mendapat pewisik, ''"dimana ada asap (tabunan) mengepul agar disanalah membangun puri"''.
'''Puri Agung Beserta Pura Batur Kawitan Di Pucangan Pindah Ke Tabanan'''
 
Dia menggantikan Ayahnya Sri Megada Natha menjadi raja, yang kemudian mendapat perintah dari Dalem Raja Bali agar memindahkan Kerajaannya / Purinya di Pucangan ke daerah selatan, hal ini kemungkinan disebabkan secara geografis dan demografis sulit dicapai oleh Dalem dari Gegel dalam kegiatan inspeksi. Akhirnya Arya Ngurah Langwang mendapat pewisik, ''dimana ada asap (tabunan) mengepul agar disanalah membangun puri''. Setelah melakukan pengamatan dari Kebon Tingguh, terlihat di daerah selatan asap mengepul ke atas, kemudian dia menuju ke tempat asap mengepul tersebut,. ternyataTernyata asap tersebut keluar dari sebuah sumur yang terletak di dalam area Pedukuhan yaitu Dukuh Sakti( (di Pura Pusar Tasik Tabanan sekarang ). Akhirnya ditetapkan disitulah dia membangun Puri, setelah selesai, dipindahlah secara resmi Puri Agung / Kerajaannya beserta '''Batur Kawitan'''nya dari Pucangan ke Tabanan (sekitar Sekitar Abadabad 14 ). Oleh karena asap terus mengepul dari sumur seperti ''tabunan''Tabunan sehingga puri dia diberi nama ''Puri Agung Tabunan'', yang kemudian pengucapannya berubah menjadi '''Puri Agung Tabanan''', sedangkan Kerajaannya disebut '''Puri Singasana''' dan Raja bergelar '''Sang Nateng Singasana'''.
Selanjutnya ''' Sirarya Ngurah Langwang, Raja Tabanan III.'''
Dia menggantikan Ayahnya Sri Megada Natha menjadi raja, yang kemudian mendapat perintah dari Dalem Raja Bali agar memindahkan Kerajaannya / Purinya di Pucangan ke daerah selatan, hal ini kemungkinan disebabkan secara geografis dan demografis sulit dicapai oleh Dalem dari Gegel dalam kegiatan inspeksi. Akhirnya Arya Ngurah Langwang mendapat pewisik, ''dimana ada asap (tabunan) mengepul agar disanalah membangun puri''. Setelah melakukan pengamatan dari Kebon Tingguh, terlihat di daerah selatan asap mengepul ke atas, kemudian dia menuju ke tempat asap mengepul tersebut, ternyata keluar dari sebuah sumur yang terletak di dalam area Pedukuhan yaitu Dukuh Sakti( di Pura Pusar Tasik Tabanan sekarang ). Akhirnya ditetapkan disitulah dia membangun Puri, setelah selesai, dipindahlah secara resmi Puri Agung / Kerajaannya beserta '''Batur Kawitan'''nya dari Pucangan ke Tabanan ( Sekitar Abad 14 ). Oleh karena asap terus mengepul dari sumur seperti ''tabunan'' sehingga puri dia diberi nama ''Puri Agung Tabunan'', yang kemudian pengucapannya berubah menjadi '''Puri Agung Tabanan''', sedangkan Kerajaannya disebut '''Puri Singasana''' dan Raja bergelar '''Sang Nateng Singasana'''.
 
Semenjak itu pula Arya Ngurah Langwang beserta saudara-saudaranya ( Ki Gusti Made Utara, Ki Gusti Nyoman Pascima dan Ki Gusti Wetaning Pangkung) dan seketurunannya berpura kawitan di '''Pura Batur''' di Puri Singasana Tabanan ( Puri Agung Tabanan ).
Sedangkan bekas lahan Pura Batur di Buahan/Pucangan, diserahkan penggunaannya kepada putra upon-upon Ki Tegehan di Buahan.