Suku Polahi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 35:
Masyarakat Polahi hidup nomaden. Mereka tinggal dalam gubuk-gubuk kayu sederhana supaya mudah untuk ditinggalkan.<ref name=":3">{{Cite web|title=Kisah Masyarakat Polahi di Gorontalo yang Punya Tradisi Nikah Sedarah|url=https://kumparan.com/kumparannews/kisah-masyarakat-polahi-di-gorontalo-yang-punya-tradisi-nikah-sedarah-1543383670778186373|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2020-09-22}}</ref> Ketika ada anggota polahi yang meninggal dunia, maka akan dikuburkan disitu, kemudian mereka meninggalkan tempat itu. Polahi pindah untuk mencari lokasi baru lag dengan membawa alat masak, pakaian, terus piring gelas, dan alat yang bisa dipakai.
Rasa takut yang mendalam terhadap jenazah menjadi penyebab masyarakat Polahi untuk meninggalkan rumah mereka.<ref name=":3" /> Polahi sering berpindah ke tempat yang lain, lalu membangun gubuk-gubuk baru. Dengan pola hidup demikian, masyarakat Polahi hanya berkutat dengan kelompoknya. Hal tersebut kemudian melahirkan tradisi pernikahan sedarah atau antarsaudara.<ref name=":3" />
Kawin dengan saudara kandung adalah hal yang biasa dalam Suku Polahi. Sesepuh pada salah satu Kelompok Polahi yaitu Kelompok 9 adalah seorang kakek tiga bersaudara, dua saudaranya itu
Baris 46 ⟶ 44:
== Budaya sehari makan sekali ==
Masyarakat suku Polahi memiliki kebiasaan unik, diantaranya masyarakat Polahi yang hanya makan sehari sekali. Dalam sehari orang Polahi cuma makan sekali yaitu di sore hari saat jam 5 saat menjelang maghrib. Mereka mengonsumsi umbi-umbian yang sebelumnya telah mereka tanam dan tidak terbiasa mengonsumsi beras. Diketahui mereka bercocok tanam menanam umbi-umbian (ubi jalar), pepaya, dan pisang. <ref name=":3" />
== Referensi ==
|