Seni rupa Kristen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 31:
[[Kejatuhan Konstantinopel]] pada tahun 1453 menghentikan peningkatan mutu karya seni rupa Romawi Timur yang diproduksi sanggar-sanggar perupa kekaisaran di kota itu. Seni rupa Kristen Ortodoks, yang disebut seni [[ikon]] tanpa membedakan media yang digunakan, tetap lestari sampai sekarang, nyaris tanpa perubahan subjek maupun gaya. Rusia lambat laun menjadi pusat produksi karya seni rupa Kristen Ortodoks yang terkemuka.
 
Di belahan Dunia Barat, jumlah karya seni rupa sekuler mengalami peningkatan pada masa Renaisans, meskipun karya-karya seni rupa Kristen masih tetap diproduksi dalam jumlah besar atas pesanan gereja-gereja, kaum rohaniwan, dan para menak. Reformasi Protestan ber[[Seni rupa dalam gerakan Reformasi Protestan dan Kontra Reformasi|dampak besar terhadap seni rupa Kristen]]. Di Jerman, [[Martin Luther]] mengizinkan dan menganjurkan pemasangan citra-citra keagamaan di gereja-gereja, meskipun dalam jumlah yang lebih sedikit daripada yang sudah-sudah, karena ia berpandangan bahwa gereja Lutheran yang berasaskan Injil adalah kelanjutan dari "Gereja rasuli purba".<ref name="Lamport2017"/> [[seni rupa Lutheran|Karya-karya seni altar Lutheran]] (misalnya [[Perjamuan Terakhir (Cranach)|lukisan ''Perjamuan Terakhir'' dari tahun 1565, karya Lucas Cranach Muda]]) dihasilkan di Jerman, teristimewakhususnya oleh [[Lucas Cranach Tua|Lucas Cranach]], sahabat Martin Luther, guna menggantikan karya-karya seni altar Katolik. Karya seni altar Lutheran seringkali memuat potret para tokoh gerakan Reformasi Protestan yang ditampilkan sebagai para rasul atau tokoh-tokoh protagonis lainnya, tetapi masih mempertahankan [[Yesus dalam karya seni|penggambaran sosok Yesus]] yang tradisional. Dengan demikian, "ibadat Lutheran menjadi suatu koreografi ritual kompleks yang dipentaskan di dalam ruangan gereja berinterior mewah."<ref name="Spicer2016">{{cite book|last=Spicer|first=Andrew|title=Lutheran Churches in Early Modern Europe|date=5 Desember 2016|publisher=Taylor & Francis|language=English|isbn=9781351921169|page=237|quote=Ketika tumbuh dan berkembang di kawasan timur laut Jerman, ibadat Lutheran menjadi suatu koreografi ritual kompleks yang dipentaskan di dalam ruangan gereja berinterior mewah. Hal ini sangat terbukti dari lukisan latar belakang sebuah epitaf yang dikerjakan pada tahun 1615 oleh Martin Schulz untuk Nikolaikirche di Berlin (lihat gambar 5.5.).}}</ref> Umat Lutheran menggunakan [[crucifix|krusifiks]] dengan bangga karena berguna untuk menonjolkan [[Teologi Salib]] mereka.<ref name="Lamport2017"/><ref name="MarquardtJordan2009">{{cite book|last1=Marquardt|first1=Janet T.|last2=Jordan|first2=Alyce A.|title=Medieval Art and Architecture after the Middle Ages|date=14 Januari 2009|publisher=Cambridge Scholars Publishing|language=English|isbn=9781443803984|page=71|quote=Nyatanya umat Lutheran kerap membenarkan tindakan meneruskan pemanfaatan krusifiks-krusifiks Abad Pertengahan dengan dalil-dalil yang sudah dipakai sejak Abad Pertengahan, terbukti dari krusifiks pada altar Salib Suci di gereja Sistersien Doberan.}}</ref> Jadi bagi umat Lutheran, "Reformasi Protestan itu memperbaharui, bukannya menyingkirkan citra keagamaan."<ref name="Dixon2012">{{cite book|last=Dixon|first=C. Scott|title=Contesting the Reformation|date=9 Maret 2012|publisher=John Wiley & Sons|language=English|isbn=9781118272305|page=146|quote=Menurut Koerner, yang menggeluti seni rupa Lutheran, Reformasi Protestan sesungguhnya memperbaharui alih-alih menyingkirkan citra keagamaan.}}</ref> Di lain pihak, umat Kristen yang berlatar belakang [[Calvinisme|Kalvinis]] pada umumnya ikonoklastis. Umat Kalvinis menghancurkan citra-citra keagamaan yang sudah ada, dan biasanya cuma menghasilkan lebih banyak citra keagamaan dalam bentuk ilustrasi buku.<ref name="Lamport2017">{{cite book|last=Lamport|first=Mark A.|title=Encyclopedia of Martin Luther and the Reformation|date=31 Agustus 2017|publisher=Rowman & Littlefield Publishers|language=English|isbn=9781442271593|page=138|quote=Umat Lutheran masih tetap beribadat di dalam gereja-gereja pra-Reformasi, pada umumnya dengan segelintir perubahan pada interior. Bahkan pernah muncul pernyataan bahwa di Jerman, sampai hari ini, orang lebih banyak mendapati karya-karya seni altar kuno bertema Bunda Maria di dalam gereja-gereja ketimbang di dalam gereja-gereja Katolik. Jadi di Jerman dan Skandinavia, banyak karya seni rupa dan arsitektur Abad Pertengahan yang terlestarikan. [[Joseph Leo Koerner]] pernah mengemukakan bahwa umat Lutheran, karena memandang dirinya berada di dalam tradisi Gereja rasuli purba, berusaha mempertahankan sekaligus mereformasi pemanfaatan citra-citra. "Gereja yang kosong terputihbersihkan dinyatakan sebagai kultus yang sepenuhnya dirohanikan-washed church proclaimed a wholly spiritualized cult, bertentangan dengan doktrin Martin Luther tentang kehadiran nyata Kristus di dalam sakramen-sakramen" (Koerner 2004, 58). Nyatanya, pada abad ke-16, sejumlah penentangan paling keras terhadap perusakan citra-citra justru bukan berasal dari umat Katolik melain dari umat Lutheran terhadap umat Kalvinis. "Wahai kamu sekalian Kalvinis hitam, kamu mengizinkan orang meremukkan citra-citra kami dan menetak salib-salib kami, kami akan balas meremukkan kamu dan imam-imam Kalvinis kamu" (Koerner 2004, 58). Karya-karya seni masih tetap dipajang di dalam gereja-gereja Lutheran, seringkali disertai sebuah krusifiks yang besar dan megah di area panti imam, jelas merujuk kepada ''theologia crucis'' Martin Luther. ... Sebaliknya, gereja-gereja Reformed (Kalvinis) sangat jauh berbeda. Lazimnya tidak dihiasi dan terkesan tidak berestetika. Nyaris tidak ada gambar-gambar, arca-arca, dan karya-karya seni altar yang indah-indah. Hanya ada satu dua buah lilin, bahkan tidak ada lilin sama sekali. Nyaris tidak ada juga krusifiks maupun salib.}}</ref>
 
Para perupa menerima lebih banyak pesanan karya-karya seni bergenre sekuler seperti [[potret]], [[lukisan pemandangan]], dan subjek-subjek dari [[Mitologi Klasik]] (karena kebangkitan [[Neoplatonisme]]). Di negeri-negeri Katolik, produksi seni rupa keagamaan terus berlanjut, bahkan meningkat semasa [[Kontra Reformasi]]. Meskipun demikian, seni rupa Katolik mulai dikekang hierarki Gereja dengan pengawasan yang lebih ketat daripada yang sudah-sudah. Sejak abad ke-18, jumlah karya seni keagamaan yang dihasilkan perupa terkemuka merosot tajam, sekalipun para perupa masih menerima pesanan-pesanan penting, dan sejumlah perupa masih terus menghasilkan karya-karya seni rupa keagamaan dalam jumlah yang banyak atas inisiatif pribadi.