PadaDahulu kala pada masa kejayaan Kesultanan Gorontalo pada abad ke-XVI (1524-1581Masehi – 1581 Masehi),Gorontaloyang dibawahdipimpin pemerintahanoleh Raja Sultan Amai yang memilikimempunyai tiga3 orang anak yaitu, seorang1 putraanak laki-laki yang bernama Matolodulakiki, danserta dua2 orang putrianak perempuan yang masing –masing bernama Ladihulawa dan Pipito. DiSuatu zamanketika itusang setiapraja orangSultan diberiAmai kebebasaningin menjadimengadakan hulubalangsayembara rajauntuk denganmencari syaratseseorang memilikiyang kemampuanakan dalamdijadikan ilmusebagai beladiri,Hulubalang. danUntuk diikutkanmenjadi dalamseorang sayembarahulubalang untukmaka menjadianak hulubalangSultan raja.Amai Selanjutnyayang olehbernama Matolodulakiki,sayembaramembuat mengujisuatu parapersyaratan pemudayang ituakan diangkatdiuji untuk menjadi salah satu tradisihulubalang yang hinggakemudian saattradisi iniitu dikenal dengan sebutan Molapi Saronde. HalMelihat kenyataan itu, menimbulkandua perasaananak cemburuperempuan padadari duaSultan orangAmai putritersebut rajamerasa sehinggacemburu dan mereka pun memohonmeminta izinijin padakepada rajasang Raja untuk mengimbangimengadakan kemajuansuatu persyaratan tertentu seperti juga pada kaum laki-laki. denganAnak putri sultan amai itupun menciptakan suatu tarian yang dikenalbernama dengan ''Tidi lo Polopalo''. MelaluiDengan ''Tidimenciptakan lotarian Polopalo''tersebut, putri rajasultan amai ini menyampaikan hendakbentuk menggambarkanrasa kehalusan budi pekerti kaum wanita, keramah tamahannya serta pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang akan diembannya setelah berumah tangga.<ref name=":0" />