Suku Polahi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
 
== Perkawinan Sedarah ==
Masyarakat suku Polahi hidup secara nomaden. Mereka tinggal dalam gubuk-gubuk kayu sederhana supaya mudah untuk ditinggalkan.<ref name=":3">{{Cite web|title=Kisah Masyarakat Polahi di Gorontalo yang Punya Tradisi Nikah Sedarah|url=https://kumparan.com/kumparannews/kisah-masyarakat-polahi-di-gorontalo-yang-punya-tradisi-nikah-sedarah-1543383670778186373|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2020-09-22}}</ref> Ketika ada anggota keluarga suku polahi yang meninggal dunia, maka akan dikuburkan disitudi tempat itu, kemudian mereka akan meninggalkan tempat itu. Suku Polahi pindah untuk mencari lokasi baru laglagi dengan membawa alatperalatan masak, pakaian, terus piring, gelas, dan alat lain yang bisa dipakai.
 
Rasa takut yang mendalam terhadap jenazah menjadi penyebab masyarakat Polahi untuk meninggalkan rumah mereka.<ref name=":3" /> Suku Polahi sering berpindah ke-pindah tempat yang lain, lalu membangun gubuk-gubuk baru. Dengan pola hidup demikian, masyarakat Polahi hanya berkutatsaling berkomunikasi dengan kelompoknya. Hal tersebut kemudian yang melahirkan tradisi pernikahan sedarah atau antarsaudaraantar saudara.<ref name=":3" />
 
Kawin dengan saudara kandung adalah hal yang biasa dalam Suku Polahi. Sesepuh pada salah satu Kelompok Polahi yaitu Kelompok 9 adalah seorang kakek tiga bersaudara, dua saudaranya itu perempuan. Dia mengawini kedua saudara kandungnya ini sekaligus. Istrinya yang satu tak mempunyai anak, sedangkan satu lagi mempunyai enam anak, dua laki-laki dan empat perempuan. Anaknya mengawini anaknya, sehingga anaknya menjadi menantunya. Meski hidup mengasingkan diri dan bertradisi berbeda dengan masyarakat pada umumnya, masyarakat Polahi terbilang terbuka dengan masyarakat di luar lingkupnya.<ref>http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/01/13/0003.html</ref>.