Daijō Tennō: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alex Neman (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
||
Baris 3:
Menurut [[Kode Taihō]], meskipun pensiun, ''Daijō Tennō'' masih dapat memegang kekuasaan. Contoh pertamanya adalah [[Permaisuri Jitō]] pada abad ke-7. Kaisar yang pensiun sering kali masih komunitas kebiaraan Buddha, menjadikannya [[Kaisar bersuluk]]. Praktik tersebut merupakan hal umum pada [[zaman Heian]].
Kaisar terakhir yang menjabat sebagai Jōkō adalah [[Akihito]] (1989–2019), sebelumnya [[Kaisar Kōkaku]] (1779–1817). Kaisar kemudian membuat insiden yang disebut "insiden ''Songo''" ("insiden gelar kehormatan"). Kaisar dipersengketakan Keshogunan Tokugawa terkait pemberian gelar Kaisar Turun Takhta (''Daijō-tennō'') kepada ayahnya, yang merupakan seorang Pangeran Kekaisaran Sukehito.<ref>
Sebanyak 63 kaisar Jepang turun takhta.
Baris 25:
== Pranala luar ==
* National Archives of Japan [http://jpimg.digital.archives.go.jp/kouseisai/category/emaki/sakuramachi_e.html ... Scroll showing procession of Emperor Kōkaku who abdicated in ''Bunka'' 14 (1817)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080119222417/http://jpimg.digital.archives.go.jp/kouseisai/category/emaki/sakuramachi_e.html |date=2008-01-19 }}
{{DEFAULTSORT:Daijo Tenno}}
|