Tidi lo Polopalo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
Tarian Tidi lo Polopalo pada awalnya hanya digunakan di lingkungan istana namun saat ini masyarakat biasa sudah dapat untuk melaksanakannya dengan memenuhi persyaratan yang ada.Persyaratan tersebut telah dikenal  dengan istilah ''Mopodungga lo tonggu'' (membayar perizinan adat) yang harus dilakukan oleh penyelenggara Tidi lo Polopalo. Selanjutnya yaitu dikenal dengan ''Mopodungga lo tonggu'' yang dilakukan dengan rangkaian adat yaitu keluarga pengantin harus menyerahkan sejumlah uang (sesuai ketetapan adat yang berlaku) yang diletakkan pada malam berhias, kepada pemangku adat. Selanjutnya uang tersebut akan diserahkan ke [[Baitulmal|Baitul Maal]] sebagai uang kas mesjid atau lembaga peradatan.<ref name=":0" />
 
Tidi lo polopalo sekarang banyak yang dilaksanakan pada acara pesta perkawinan selain tarian Tidi O'ayabu yang menggunakan polopalo yang digambarkan sebagai alat penangkis segala godaan selama mengarungi bahtera rumah tangga dan juga menggunakan “ladenga” yang berbentuk segi empat yang menggambarkan kehidupan rumah tangga yang akan dibangun dari segala arah.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Manangi|first=Dian A.|date=2012-09-20|title=Perbandingan Syair Tarian Tidi Lopolopalo Dan Tidi Lo o’ayabu.|url=https://repository.ung.ac.id/skripsi/show/311407013/perbandingan-syair-tarian-tidi-lopolopalo-dan-tidi-lo-oayabu.html|journal=Skripsi|language=en|volume=1|issue=311407013}}</ref>
 
Syair-syair yang dibawakan untukoleh pengiring penari tidi lo polopalo banyak mengandung tema dan amanat tentang kehidupan khususnya kepada calon pengantin dalam menghadapi cobaan dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Contoh kutipan syair pada tidi lopolopalo yaitu:<ref name=":1" />

''wonu odungga lo bali/''

''po’otahangi usabari/''

''dila popotimangulu/''

''dahai utakaburu.''
 
== Rujukan ==