Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Pengembangan: wikifisasi link
Baris 47:
Buku Iqro beserta metodenya berasal dari [[As'ad Humam]], seorang [[ulama]] dan pedagang dari [[Yogyakarta]] dan dikembangkan oleh tim bernama "Team Tadarus AMM" yang juga berasal dari Yogyakarta.{{sfn|Republika|2016}}{{sfn|Gade|2004|p=153}} Buku Iqro pertama diterbitkan pada awal 1990-an,{{sfn|Gade|2004|p=117}} tetapi menurut Team Tadarus AMM sejarahnya berawal sebelum itu. Pada 1953, sebuah kelompok belajar Al-Qur'an didirikan di Yogyakarta dengan menggunakan teknik tradisional Baghdadi.{{sfn|Gade|2004|p=153}} Pada 1973, As'ad Humam memulai diskusi di rumahnya tentang tantangan-tantangan yang dihadapi kelompok ini dalam mengajarkan cara membaca Al-Qur'an.{{sfn|Gade|2004|p=153}} Alhasil, didirikan Team Tadarus AMM yang kemudian menyusun laporan tentang kondisi mengajar. Di antara isi laporan tersebut adalah bahwa teknik pengajaran yang ada saat itu tidak memadai.{{sfn|Gade|2004|p=154}}
 
Tim ini kemudian mencoba-coba teknik pengajaran baru, dan hasilnya adalah sebuah sistem yang kemudian menyebar ke kota-kota lain di Pulau Jawa. Pada 1988, tim ini menerima penghargaan dari Dinas Agama [[Daerah Istimewa Yogyakarta]].{{sfn|Gade|2004|p=154}} Pada 1992, buku Iqro telah dijual di seluruh Indonesia. Menyebarnya buku ini terjadi seiring munculnya sistem sekolah agama baru yang disebut [[Taman Pendidikan Al-Qur'an|Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)]].{{sfn|Gade|2004|p=154}} TPA awalnya diadakan di masjid-masjid lokal dengan pembina dari penduduk setempat.{{sfn|Gade|2004|p=154}} Kemudian, sekolah-sekolah ini mulai membentuk persatuan setengah resmi yang disebut Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI).{{sfn|Gade|2004|p=117}}{{sfn|Gade|2004|pp=154–155}} BKPRMI melatih guru-guru TPA menggunakan bahan-bahan dan teknik Iqro.{{sfn|Gade|2004|p=155}}
 
Pengajaran dengan buku Iqro selanjutnya menyebar cepat dan sangat banyak digunakan di seluruh Indonesia. Kesuksesan ini umumnya dikaitkan dengan meningkatkannya kecepatan siswa untuk belajar membaca Al-Qur'an jika dibandingkan dengan metode tradisional.{{sfn|Gade|2004|p=117}} Sebagian pendukung metode tradisional berpendapat bahwa metode dengan Iqro memiliki kelemahan karena kurang "dalam" dan mengurangi pemahaman terhadap hal-hal yang dipelajari,{{sfn|Gade|2004|p=151}} tetapi pada umumnya para pengusung Iqro menghindari konflik langsung dengan pengajar-pengajar yang telah menggunakan metode tradisional.{{sfn|Gade|2004|p=158}} Pada saat yang sama, metode ini juga menyebar ke negeri jiran Indonesia yaitu Malaysia. Pada 1994, pemerintah Malaysia menetapkannya sebagai metode resmi pengajaran cara baca Al-Qur'an di sekolah dasar.{{sfn|Gade|2004|p=155}}{{sfn|Nakata|2009|p=31}} Buku Iqro Malaysia sedikit berbeda dengan versi asli Indonesia, contohnya, instruksi dalam [[bahasa Malaysia]] diberikan dalam [[huruf Jawi]] (umum digunakan dalam buku-buku pendidikan Islam di Malaysia) alih-alih [[Alfabet Latin|huruf Latin]].{{sfn|Nakata|2009|p=32}}