Sudirman Nasir lahir pada 31 Desember 1973 di [[Kabupaten Soppeng]], [[Sulawesi Selatan]]. Sudi adalah seorang ilmuwan [[Indonesia]] di bidang [[Ilmu kesehatan masyarakat]] dengan keahlian, antara lain, perilaku berisiko remaja dan obat terlarang, [[HIV]]-[[AIDS]], kesehatan ibu, serta penyakit tidak menular.
== Pendidikan ==
Masa kecil Sudi dihabiskan di sebuah kampung di Soppeng, pedalaman Sulawesi Selatan, dan masa remajanya dilewatkan di [[Kota Makassar]]. Selepas SMA pada 1991, Sudi melanjutkan kuliah di [[Fakultas Kedokteran, [[Universitas Hasanuddin]], Makassar, dan lulus pada tahun 1998.
Sudi melanjutkan penelitian terkait penggunaan obat-obatan terlarang di ''lorong'' (kawasan ekonomi bawah) di Makassar dalam disertasinya yang berjudul ''Drug use and non-drug use among young people in a lorong (slum area) in Makassar, Indonesia.'' Setelah berhasil mempertahankan disertasinya pada 2011, Sudi memperoleh gelar PhD dari [[University of Melbourne]] dengan beasiswa dari University of Melbourne dan Nossal Institute of Global Health[https://mspgh.unimelb.edu.au/centres-institutes/nossal-institute-for-global-health]
== Kiprah Penelitian ==
Meskipun lulus sebagai seorang sarjana kedokteran, Sudi memilih melanjutkan studi pascasarjananya di bidang kesehatan masyarakat. Fokus penelitian Sudi bermula dari ketertarikannya pada perilaku berisiko remaja di kawasan menengah ke bawah di Makassar, lingkungan tempat tinggal Sudi pada akhir 1980-an hingga pertengahan 1990-an. Pada masa itu, pandemi HIV-AIDS mulai muncul di Indonesia dan semakin banyak anak muda yang terpapar, terutama dari kalangan berperilaku risiko tinggi seperti pengguna narkotika suntik. Terdapat sejumlah faktor biomedis[[Biomedis]] maupun sosial-ekonomi yang memengaruhi kerentanan kelompok tersebut. Sudi mengeksplorasi aneka faktor itu dalam tesis dan disertasinya di University of Melbourne dan menghasilkan sejumlah publikasi ilmiah. <ref>{{Cite journal|last=Nasir|first=Sudirman|last2=Rosenthal|first2=Doreen|date=2009-05-01|title=The social context of initiation into injecting drugs in the slums of Makassar, Indonesia|url=http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0955395908000327|journal=International Journal of Drug Policy|series=Risk Environment and Drug Harms|language=en|volume=20|issue=3|pages=237–243|doi=10.1016/j.drugpo.2008.02.001|issn=0955-3959}}</ref><sup>,</sup> <ref>{{Cite journal|last=Nasir|first=Sudirman|last2=Rosenthal|first2=Doreen|last3=Moore|first3=Timothy|date=2011-11-01|title=The social context of controlled drug use amongst young people in a slum area in Makassar, Indonesia|url=http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0955395911001873|journal=International Journal of Drug Policy|series=Sociological Approaches to the Study of Drug Use and Drug Policy|language=en|volume=22|issue=6|pages=463–470|doi=10.1016/j.drugpo.2011.10.006|issn=0955-3959}}</ref> Sudi juga terlibat dalam sejumlah program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Sulawesi Selatan dan Indonesia sejak pertengahan 1990-an.
Pada 2013 hingga 2018, Sudi tergabung sebagai peneliti senior dalam sebuah konsorsium penelitian lintas negara, yaitu dua negara Asia, empat negara Afrika, dan dua negara Eropa (ReachOut Consortium[http://www.reachoutconsortium.org/], didukung oleh European Commission [https://en.wiki-indonesia.club/wiki/European_Commission]). Konsorsium ini melakukan penelitian lapangan di fasilitas-fasilitas[[Fasilitas pelayanan kesehatan]] tingkat primer di sepuluh negara tersebut. Di Indonesia, penelitian lapangan dilakukan di fasilitas kesehatan berbasis masyarakat (puskesmas[[Puskesmas]], posyandu[[Posyandu]], polindes[[Polindes]]) di [[Kabupaten Cianjur]], [[Jawa Barat]], dan di [[Kabupaten Sumba Barat Daya]], [[Nusa Tenggara Timur]]. Penelitian ini merupakan kolaborasi antara Liverpool School of Tropical Medicine (UK) [https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Liverpool_School_of_Tropical_Medicine] dan Royal Tropical Institute, Belanda, yang membuahkan sejumlah publikasi ilmiah dan program peningkatan kapasitas serta kualitas layanan kesehatan di wilayah penelitian. <ref>{{Cite journal|date=2016-09-01|title=Limits and opportunities to community health worker empowerment: A multi-country comparative study|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277953616303732|journal=Social Science & Medicine|language=en|volume=164|pages=27–34|doi=10.1016/j.socscimed.2016.07.019|issn=0277-9536}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Nasir|first=Sudirman|last2=Kea|first2=Aschenaki Zerihun|last3=Steege|first3=Rosalind|last4=Limato|first4=Ralalicia|last5=Tumbelaka|first5=Patricia|last6=Datiko|first6=Daniel Gemechu|last7=Syafruddin|last8=Kok|first8=Maryse|last9=Ahmed|first9=Rukhsana|date=2020-05-03|title=Cultural norms create a preference for traditional birth attendants and hinder health facility-based childbirth in Indonesia and Ethiopia: a qualitative inter-country study|url=https://doi.org/10.1080/14635240.2020.1719862|journal=International Journal of Health Promotion and Education|volume=58|issue=3|pages=109–123|doi=10.1080/14635240.2020.1719862|issn=1463-5240}}</ref>
|