KRI Irian (201): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmad.baddawi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Ahmad.baddawi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 103:
# Mantan [[Panglima TNI]] dan [[Menkopolkam]] di [[Kabinet Indonesia Bersatu]], [[Laksamana]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Widodo AS]] yang saat itu menjabat sebagai ''Perwira Senjata'' pada tahun [[1968]].<ref>{{id}}[http://www.polkam.go.id/polkam/ProfileKabinet.asp?pg=4 ''Kabinet Indonesia Bersatu'', 2005-2009]</ref>
# [[Kartono Mohamad|dr. Kartono Mohamad]], kakak kandung dari [[Goenawan Mohamad]], pendiri [[Majalah Tempo]]. Dia dokter definitif memang untuk kapal perang ini. Ia pernah menjadi dokter di kapal penjelajah RI Irian 201 semasa bertugas di [[TNI-AL]] ([[1964]]-[[1975]]).<ref>[http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/04/03/0015.html PDAT Tempo, Kartono Mohamad]</ref>
# [[Tarmizi Taher|dr. Tarmizi Taher]], mantan [[Menteri Agama Republik Indonesia|Menteri Agama]] di [[Kabinet Pembangunan VI]], sebagai Perwira Kesehatan Sementara saat Paduka Yang Mulia Presiden RI Dr. Ir. H. SukarnoSoekarno dalam perjalanan dari Jawa ke Makassar di KRI Irian.<ref>{{id}}[http://www.ghabo.com/gpedia/index.php/Tarmizi_Taher Tarmizi Taher]</ref>
# Semua kelasi dan perwira yang berjasa sejak pendidikan di Rusia sejak pemberangkatan dari Surabaya menuju Rusia di Sevastopol hingga kembali ke tanah air baik yang menggunakan atau mengoperasikan kapal perang ini maupun yang kembali ke tanah air dengan kereta api Trans Benua Asia. Hingga kapal penjelajah ini selamat sampai tujuan di Indonesia. Mereka semua pahlawan pejuang kemerdekaan yang tidak dapat disebut satu persatu dan mereka memiliki jiwa pejuang untuk berjuang demi bangsa dan negara Indonesia secara ''keep silent'' (operasi rahasia) untuk ALRI dan gugur dengan ''keep silent'' pula. Tidak banyak diceritakan oleh mereka sebab mereka memahami bahwa dipundaknya para kru kapal penjelajah adalah hidup untuk mati demi kejayaan bangsa dan negara. Biarlah kejayaan Armada Laut Pejuang Samudera ALRI cukup mereka nikmati saat itu.<ref>{{id}}</ref>