Jabir bin Abdullah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
A154 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
A154 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 54:
<span class="notranslate" onmouseover="_tipon(this)" onmouseout="_tipoff()"><span class="google-src-text" style="direction: ltr; text-align: left">Pada saat [[perang Uhud]], Jabir bin Abdullah tidak diizinkan oleh ayahnya untuk berjihad dikarenakan </span>Jabir memiliki tujuh saudara perempuan (beberapa sejarahwan mengatakan sembilan) dan ayahnya menginginkan Jabir untuk mengurus dan menjaga saudara-saudara perempuannya. Oleh karena itu, Jabir bertugas memberikan minum pada para prajurit yang kehausan. Abdullah Anshari (Ayah Jabir) mencapai kesyahidan dalam pertempuran Uhud bersama dengan saudara iparnya yakni [[Amru bin al-Jamuh]], umur keduanya hampir mendekati 100 tahun.</span>
 
===== '''Era [[Ali bin Abu Thalib]]''' =====
Dalam era ini, Jabir bin Abdullah selalu berada pada pihak 'Ali bin Abu Thalib dalam tiga perang sipil pertama dalam Islam, yaitu pada perang[[Perang Jamal]], [[PerangPertempuran Siffin|SiffinShiffin]], dan [[PerangPertempuran Nahrawan|Nahrawan]].
 
===== '''Era [[Husain bin Ali]] (bin [[Abu Thalib]] )''' =====
Di karenakan usia yang sudah tua dan menderita kebutaan, Jabir bin Abdullah tidak dapat ikut berpartisipasi membela Husain bin 'Ali dalam [[Pertempuran Karbala]] ([[10 Oktober]] [[680|680 Masehi]]) di mana cucu [[Nabi Muhammad]], yakni [[Husain bin Ali]] mati syahid.
 
===== '''Era [[Ali bin Husain]] (bin Ali)''' =====
Jabir bin Abdullah di anugrahi umur yang panjang hingga penglihatannya memudar di usia tuanya. Tapi dia taat menunggu kedatangan imam ke lima Syi'ah yakni Muhammad bin Ali yang dikenal dengan nama Muhammad al-Baqir. Setiap pagi ia keluar dari rumahnya, duduk di pinggir jalan dan menunggu setiap suara langkah kaki untuk mengenali Imam ke lima. Suatu hari saat ia menunggu sedang di suatu jalan di kota [[Madinah]], ia mendengarkan langkah kaki seseorang berjalan ke arahnya, suara langkah kakinya mengingatkannya pada cara [[nabi Muhammad]] berjalan. Jabir bin Abdullah pun berdiri menghentikan langkah pria itu menanyakan namanya. Pria itu menjawab, "[[Muhammad]]", Jabir bin Abdullah bertanya kembali, "Anak siapa?". Dia menjawab "[[Ali bin Husain]]". Jabir bin Abdullah langsung mengenali bahwa pria itu adalah Imam ke lima yang ia tunggu, ia adalah Muhammad bin Ali. Dia [[cium tangan|mencium tangannya]] dan menyampaikan pesan dari [[nabi Muhammad]].