Bantimurung, Maros: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 35:
 
== Sejarah ==
=== TerbentukStatus Kecamatan ===
Dahulu Kecamatan Bantimurung adalah wilayah yang sangat luas dan berbatasan langsung dengan [[Camba, Maros|Kecamatan Camba]] dan [[Maros Baru, Maros|Kecamatan Maros Baru]]. Wilayah [[Kabupaten Maros]] dalam sejarahnya telah mengalami pemekaran wilayah, termasuk didalamnya wilayah Bantimurung. Pada tanggal [[4 Juli]] [[1959]], secara administratif [[Kabupaten Maros]] resmi dibentuk sebagai Daerah Swantantra tingkat II, ibu kota berkedudukan di Kota Maros, dan kuota jumlah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah 15 orang anggota melalui dasar hukum '''Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959 Bab I Pasal 1, 2 & 3'''. Kabupaten Maros pada saat itu membawahi beberapa distrik adat gemeenschap yaitu: Distrik Simbang, Distrik Bontoa, Distrik Tanralili, Distrik Raya (Lau), Distrik Turikale, Distrik Marusu, Distrik-distrik dari federasi Gallarang Appaka, dan Distrik-distrik dari federasi Lebbotengae.
 
Baris 44:
# Distrik Tanralili dan beberapa wilayah dari federasi Gallarang Appaka dilebur menjadi '''Kecamatan Mandai'''.
 
=== Tahun 1963 ===
Selanjutnya pada tahun 1986 mulai dilakukan perencanaan pemekaran menjadi tujuh kecamatan. Pada tahun [[1989]], terjadi pemekaran wilayah kecamatan dengan dibentuknya 3 Kecamatan Perwakilan yakni:
Berikut adalah 14 kelurahan/desa di Kecamatan Bantimurung sejak 1 Juni 1963 sampai 30 Desember 2000:
# [[Tanralili, Maros|Kecamatan Tanralili]]
# [[MallawaAlatengae, Bantimurung, Maros|KecamatanDesa MallawaAlatengae]]
# [[BontoaBaruga, Maros|KecamatanBantimurung, Maros|Desa UtaraBaruga]]
# [[Bonto Tallasa, Simbang, Maros|Desa Bonto Tallasa]]
# [[Jenetaesa, Simbang, Maros|KecamatanDesa SimbangJenetaesa]]
# [[Mangeloreng, Bantimurung, Maros|Desa Mangeloreng]]
# [[Mattoangin, Bantimurung, Maros|Desa Mattoangin]]
# [[Minasa Baji, Bantimurung, Maros|Desa Minasa Baji]]
# [[Samangki, Simbang, Maros|Desa Samangki]]
# [[Sambueja, Simbang, Maros|Desa Sambueja]]
# [[Simbang, Simbang, Maros|Desa Simbang]]
# [[Tanete, Simbang, Maros|Desa Tanete]]
# [[Tukamasea, Bantimurung, Maros|Desa Tukamasea]]
# [[Kalabbirang, Bantimurung, Maros|Kelurahan Kalabbirang]]
# [[Leang-Leang, Bantimurung, Maros|Kelurahan Leang-Leang]]
 
=== Tahun 2000 ===
Kemudian padaPada hari kamis, tanggal 22 agustusAgustus 1996, DPD II [[KNPI]] Kabupaten Maros mengadakan “Seminar"Seminar Pemekaran dan Perubahan Nama Kecamatan”Kecamatan" dengan berlandaskan latar belakang kesejarahan sekaligus sebagai pemantapan “jati"Jati diriDiri Maros”Maros" melalui kilas balik sejarah. Upaya DPD II KNPI Maros pada waktu itu mendapat apresiasi dan sambutan hangat dari para [[budayawan]] dan pemerhati sejarah. Nama yang sarat dengan muatan historis memang punya arti tersendiri, terutama bagi orang-orang yang menghormati jati dirinya.
 
Bertolak dari hasil seminar tersebut, maka Bupati KDH Tingkat II Maros, alm. H. [[Nasrun A. Amrullah]] (cucu langsung dari H. Andi Page Manyanderi Petta Ranreng, Petta Imam Turikale III), lewat Surat Bupati KDH Tingkat II Maros, No.146.1/276/Pem. Tgl. 19 September 1996, meminta Persetujuan DPRD Tingkat II Maros untuk Pembentukan/Pemekaran Kecamatan. DPRD Tingkat II Maros kemudian membentuk panitia khusus yang kemudian membahas dan menetapkan pembentukan/pemekaran kecamatan yang telah ada serta diberi nama sesuai dengan nama distrik yang pernah ada.
 
Pada 30 Desember 2000 secara resmi wilayah Kecamatan Bantimurung mengalami pemekaran wilayah dengan dibentuknya Kecamatan Simbang. Kecamatan Simbang mengambil 6 (enam) desa di wilayah Kecamatan Bantimurung, yaitu [[Bonto Tallasa, Simbang, Maros|Desa Bonto Tallasa]], [[Jenetaesa, Simbang, Maros|Desa Jenetaesa]], [[Samangki, Simbang, Maros|Desa Samangki]], [[Sambueja, Simbang, Maros|Desa Sambueja]], [[Simbang, Simbang, Maros|Desa Simbang]], dan [[Tanete, Simbang, Maros|Desa Tanete]] dengan pusat pemerintahan berada di Desa Jenetesa. Dasar hukum pemekaran wilayah Kecamatan Bantimurung ini didasarkan pada '''Peraturan Daerah Kabupaten Maros No. 30 Tahun 2000''' dengan rincian Bab II Pasal 4 Ayat 1, 2, dan 3 dan Bab III Pasal 7 Ayat 3.
Pada tahun [[2000]] menjadi 12 kecamatan dan pada tanggal 3 agustus 2001, dilakukan pembentukan Kecamatan Moncongloe dan Kecamatan Lau serta perubahan nama Kecamatan Maros Utara menjadi Kecamatan Bontoa melalui '''Peraturan Daerah Kabupaten Maros No. 17 Tahun 2001'''. Pada Perda ini, wilayah Kecamatan Lau diambil dari sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru (Kelurahan Allepolea, Kelurahan Soreang, Kelurahan Maccini Baji, dan Kelurahan Mattiro Deceng) dan sebagian wilayah Kecamatan Maros Utara (Desa Marannu dan Desa Bonto Marannu). Wilayah Kecamatan Lau ini diterapkan pada bab II pasal 2 ayat 1, 2, dan 3. Untuk wilayah Kecamatan Moncongloe diambil dari sebagian wilayah Kecamatan Mandai (Desa Moncongloe, Desa Moncongloe Lappara, Desa Moncongloe Bulu, Desa Bonto Bunga, dan Desa Bonto Marannu). Wilayah Kecamatan Lau ini diterapkan pada bab II pasal 3 ayat 1, 2, dan 3. Untuk perubahan nama Kecamatan Maros Utara menjadi Kecamatan Bontoa ini diterapkan pada bab III pasal 4 ayat 1. Wilayah Kecamatan Bontoa berkurang setelah Desa Marannu dan Bonto Marannu masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Lau. Sekarang wilayah Kecamatan Bontoa meliputi Kelurahan Bontoa, Desa Bonto Bahari, Desa Ampekale, Desa Tunikamaseang, Desa Tupabbiring, Desa Minasa Upa, Desa Salenrang, Desa Pajukukang, dan Desa Bontolempangan. Wilayah Kecamatan Bontoa ini diterapkan pada bab III pasal 4 ayat 2. Wilayah Kecamatan Maros Baru berkurang setelah Kelurahan Allepolea, Kelurahan Soreang, Kelurahan Maccini Baji, dan Kelurahan Mattiro Deceng masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Lau. Sekarang wilayah Kecamatan Maros Baru meliputi Kelurahan Pallantikang, Kelurahan Baju Bodoa, Kelurahan Baji Pamai, Desa Mattirotasi, Desa Majannang, Desa Borikamase, dan Desa Borimasunggu. Wilayah Kecamatan Maros Baru ini diterapkan pada bab IV pasal 6 ayat 2. Wilayah Kecamatan Mandai berkurang setelah Desa Moncongloe, Desa Moncongloe Lappara, Desa Moncongloe Bulu, Desa Bonto Bunga, dan Desa Bonto Marannu masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Moncongloe. Sekarang wilayah Kecamatan Mandai meliputi Kelurahan Bontoa, Kelurahan Hasanuddin, Desa Tenrigangkae, Desa Bonto Matene, Desa Baji Mangai, dan Desa Pattontongan. Wilayah Kecamatan Mandai ini diterapkan pada bab IV pasal 7 ayat 2.
 
Berikut adalah 8 kelurahan/desa di Kecamatan Bantimurung sejak 30 Desember 2000 sampai sekarang:
Sekarang ini terdapat 14 kecamatan yang telah terbentuk di Kabupaten Maros, dimana beberapa diantaranya telah kembali diberi nama sesuai dengan tapak sejarahnya.
# [[Alatengae, Bantimurung, Maros|Desa Alatengae]]
{{col-css3-begin|4}}
# [[Baruga, Bantimurung, Maros|KecamatanDesa BantimurungBaruga]]
# [[BontoaMangeloreng, Bantimurung, Maros|KecamatanDesa BontoaMangeloreng]]
# [[CambaMattoangin, Bantimurung, Maros|KecamatanDesa CambaMattoangin]]
# [[CenranaMinasa Baji, Bantimurung, Maros|KecamatanDesa Minasa CenranaBaji]]
# [[LauTukamasea, Bantimurung, Maros|KecamatanDesa LauTukamasea]]
# [[MallawaKalabbirang, Bantimurung, Maros|KecamatanKelurahan MallawaKalabbirang]]
# [[MandaiLeang-Leang, Bantimurung, Maros|KecamatanKelurahan MandaiLeang-Leang]]
# [[Maros Baru, Maros|Kecamatan Maros Baru]]
# [[Marusu, Maros|Kecamatan Marusu]]
# [[Moncongloe, Maros|Kecamatan Moncongloe]]
# [[Simbang, Maros|Kecamatan Simbang]]
# [[Tanralili, Maros|Kecamatan Tanralili]]
# [[Tompobulu, Maros|Kecamatan Tompobulu]]
# [[Turikale, Maros|Kecamatan Turikale]]
{{col-css3-end}}
 
=== Asal-Usul Kata BantimurungEtimologi ===
'''Bantimurung''' berasal dari [[Bahasa Bugis]] dari kata '''''benti''''', artinya "tetesan (air)" dan '''''merrung''''', artinya "bunyi gemuruh". Jadi '''Bantimurung''' berarti air yang bergemuruh. Nama tersebut diusulkan oleh Karaeng Simbang, Patahoeddin Daeng Paroempa. Simbang adalah salah satu kerajaan dalam distrik adat Gemenschaap dan berada dalam wilayah kerajaan Marusu'. Berawal dari kata '''''benti merrung''''' itulah kemudian berubah bunyi menjadi Bantimurung seperti sekarang. Sejarah dan asal-usul kata "Bantimurung" dimulai sejak masa [[Perjanjian Bungaya]] I dan II (1667-1669) saat Maros ditetapkan sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh [[Hindia Belanda]]. Ketika itu, wilayah Kerajaan Marusu' diformulasikan dalam bentuk Regentschaap yang dipimpin oleh penguasa bangsawan lokal bergelar Regent (setingkat bupati). Setelah itu, Maros berubah menjadi Distrik Adat Gemeschaap yang dipimpin oleh seorang kepala distrik yang dipilih oleh bangsawan lokal dengan gelar Karaeng, Arung atau Gallarang. Kerajaan Simbang merupakan salah satu distrik adat Gemenschaap yang berada dalam wilayah Kerajaan Marusu'. Distrik ini dipimpin oleh seorang bangsawan lokal bergelar "karaeng". Pada sekitar tahun 1923, Patahoeddin Daeng Paroempa, diangkat menjadi Karaeng Simbang. Dia mulai mengukuhkah kehadiran kembali Kerajaan Simbang dengan melakukan penataan dan pembangunan di wilayahnya. Salah satu program yang dijalankannya ialah dengan melaksanakan pembuatan jalan melintas Kerajaan Simbang agar mobilitas dari dan ke daerah-daerah sekitarnya menjadi lancar. Pembuatan jalan ini, rencananya akan membelah daerah hutan belantara. Sayangnya, pekerjaan tersebut terhambat akibat terdengarnya bunyi menderu dalam hutan yang menjadi jalur pembuatan jalan tersebut. Saat itu, para pekerja tidak berani melanjutkan pekerjaan pembuatan jalan, karena suara gemuruh tersebut begitu keras. Karaeng Simbang yang memimpin langsung proyek ini lalu memerintahkan seorang pegawai kerajaan untuk memeriksa ke dalam hutan belantara dan mencari tahu dari mana suara bergemuruh itu berasal. Setelah melakukan perjalanan singkat ke dalam kawasan hutan untuk mencari tahu dari mana suara bergemuruh berasal, pegawai kerajaan langsung kembali melapor kepada Karaeng Simbang. Namun sebelum melapor, Karaeng Simbang terlebih dahulu bertanya. “Aga ro merrung?,” tanyanya. ([[Bahasa Bugis]]; yang berarti: "apa itu yang bergemuruh?"). “Benti, puang (air, tuanku)," jawab sang pegawai kerajaan. (Benti adalah Bahasa Bugis untuk air). Merasa penasaran, Karaeng Simbang mengajak seluruh anggota rombongan untuk melihat langsung air bergemuruh tersebut. Sesampainya di tempat asal suara, Karaeng Simbang langsung terpanah dan takjub menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang mengalir jatuh dari atas gunung. “Makessingi kapang narekko iyae onroangnge' diasengi benti merrung! (mungkin ada baiknya jika tempat ini dinamakan air yang bergemuruh)," ujar Karaeng Simbang, Patahoeddin Daeng Paroempa. Berawal dari kata '''''benti merrung''''' itulah kemudian berubah bunyi menjadi '''''bantimurung'''''. Penemuan air terjun tersebut membuat rencana pembuatan jalan tidak dilanjutkan. Malahan, daerah di sekitar air terjun dijadikan sebagai sebuah perkampungan baru dalam wilayah Kerajaan Simbang. Kampung ini dikepalai oleh seorang Kepala Kampung bergelar "Pinati Bantimurung."