Uyeng Suwargana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
+infobox |
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
||
Baris 108:
Sebagai lulusan dari sekolah guru, Uyeng sempat menjadi guru di [[Hollandsch-Inlandsche School]] (HIS) Banjarsari Bandung. Salah seorang yang pernah menjadi siswanya saat itu adalah [[Ali Sadikin]],<ref name=tempo/> yang kemudian menjadi gubernur DKI. Uyeng tak selamanya menjadi guru kelas yang berdiri untuk mengajar di hadapan murid-murid, namun keterlibatannya dalam dunia penulisan dan penerbitan yang ditekuninya telah menjadikannya seorang guru bagi ribuan murid yang membaca bahan ajar yang dibuatnya. Berbagai buku telah ditulisnya, dari bidang politik, [[bahasa]], [[pendidikan]], sejarah, dan sebagainya. Sebagai mantan guru kelas, Uyeng dikenal sebagai salah seorang yang menolak [[matematika]] modern diajarkan di sekolah tingkat rendah, karena menurutnya anak-anak belum mampu untuk berpikir abstrak. Ia bahkan menulis buku tentang kegagalan matematika modern.<ref name=mat>{{cite web
|
|
|
|
|
|
}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Sebagai penulis buku pelajaran sejarah, Uyeng Soewargana termasuk penulis yang dipinggirkan pada 1960-an. Menurut Harry Poeze dalam buku "Madiun 1948: PKI Bergerak", bukunya dilarang karena ia tidak mau mengubah sebutan "[[Pemberontakan PKI 1948|Pemberontakan Madiun]]" menjadi "Peristiwa" atau "Affair" yang melekat pada Partai Komunis Indonesia (PKI). "Perkataan 'pemberontakan' tidak diperbolehkan. Kata 'pemberontakan' harus diganti dengan 'peristiwa' (affair)," tulis Poeze mengutip pelarangan itu oleh pemerintah.<ref name=tirto/>
|