Kusumanto Setyonegoro: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 3:
== Kehidupan pribadi ==
Kusumanto Setyonegoro lahir di [[Semarang]] sebagai anak sulung dari empat bersaudara pada tanggal 3 Oktober 1924. Ayah beliau adalah R. Soedjadi Setijonegoro, seorang pendidik yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1898 di [[Pekalongan]]. Ibunya bernama Sadjika Setijonegoro. Soedjadi pernah menjabat sebagai kepala HIS (''[[Hollandse Indische School|Hollands Indische School]]''), HCS (''[[Hollands Chinese School]]''), Direktur ''[[Noormal School]]'' Muhammadiyah di Solo, direktur ''
Soedjadi punya pengaruh besar terhadap putra sulungnya tersebut, terutama dalam hal keilmuan. Prof. Soedjadi sendiri adalah putera dari Ibu Ragil Kuning yang bersaudara dengan Achmad Budi Aryo, yang merupakan kakek dari Prof. [[Moelyono Notosoedirdjo]], MPH, seorang pejuang kesehatan jiwa di Indonesia yang bertugas di Universitas Airlangga, Surabaya, hal ini membuat Kusumanto terobsesi memajukan dunia psikiatri.<ref name=":0" />
Kusumanto menikah dengan RA Bintarti Soemardjo (yang kemudian sering dipanggilnya dengan panggilan ''Lief'' atau ''Schaat'') pada tanggal 5 Maret 1954 di Jakarta. Pernikahan mereka dibuahi 4 orang anak yaitu Anindita K. Budiman, Ari Mahatmanto, Didi Armanto, dan Dudi Aryanto.<ref name=":0" />
Semasa kecil Prof. Kusumanto mengalami kelemahan pada kedua tungkai kakinya sehingga agak terlambat mulai berjalan. Kelak saat usianya mulai lanjut, hal ini kelak menjadi kendala yang amat besar. Terlebih ketika Kusumanto didiagnosis mengalami HNP (''[[Hernia Nucleus Pulposes]]'') yang diikuti dengan operasi pada tahun 1997 yang kurang berhasil. Kondisi ini membawa banyak derita pada Kusumanto. Sebagian waktu senjanya harus dilalui dengan berbagai terapi. Tetapi kelemahan fisik ini tidak menyurutkan semangatnya dalam mengembangkan psikiatri sampai akhir hayatnya.<ref name=":0" />
== Pendidikan ==
Kusumanto memulai pendidikannya di ''[[Europese Lagere School]]'' di [[Jember]] dan dilanjutkan di [[Surabaya]] hingga tahun 1938. Kemudian ia melanjutkan di ke ''[[Hogereburgerschool|Hogere Burgere School]]'' di Surabaya sampai tahun 1943. Kusumanto selanjutnya bersekolah di ''[[Konig Willem Drie]]'' di [[Jakarta]]. Setelah Jepang menduduki Indonesia, pada tahun 1947, Kusumanto pun beralih ke [[Sekolah Menengah Tinggi]] di Jakarta. Namun usai kejatuhan bala tentara Jepang dalam [[Perang Dunia II]], Kusumanto memilih meninggalkan sekolahnya di Jakarta dan ikut berjuang untuk Indonesia di [[Karawang]] dan [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]].<ref name=":0" />
Kusumanto di masa kecilnya memang bercita-cita menjadi [[dokter]], atau [[guru]]. Alasannya, kedua profesi itu bersifat independen. <ref name=":1">{{Cite web|title=Apa dan Siapa - R. KUSUMANTO SETYONEGORO|url=http://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/R/20030625-51-R_2.html|website=ahmad.web.id|access-date=2020-12-26}}</ref>Diberi kebebasan penuh oleh orangtuanya untuk memilih hari depannya, pria kelahiran Semarang itu lalu memilih masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), rampung pada 1953. Sejak tahun itu pula ia menjadi asisten di almamaternya, sampai kemudian diangkat sebagai guru besar pada universitas yang sama (1965).<ref name=":1" />
Kusumanto adalah penerima beasiswa ''[[Colombo Plan]]'' di bidang psikiatri di [[Universitas California, Berkeley|University of California, Berkeley]], [[San Francisco|San Fransisco]] pada tahun 1959. Pada tahun berikutnya (1960) dia melanjutkan ke [[New York College of Neurology and Psychiatry]], dan pada 1965 ke [[University of South Wales]] di [[Sydney]], Australia.
== Karier ==
Baris 23:
Pada tahun 1965 Kusumanto diangkat sebagai Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), saat beliau masih menuntut ilmu di Amerika Serikat.
Sejak 1950-an Kusumanto membuat terobosan, antara lain dengan membuat psikiatri sebagai spesialisasi kedokteran tersendiri yang semula berada di bawah ilmu [[penyakit dalam]]. Pada masa itu atau sebelumnya [[psikiater]] atau dokter jiwa masih dipandang sebagai orang yang bekerja di rumah sakit - rumah sakit jiwa saja. Dan tidak semua universitas kedokteran mengakui bahwa psikiatri adalah bidang spesialisasi yang tersendiri. Pada masa sebelumnya bukan saja psikiatri itu tidak diakui sebagai sebuah organisasi tapi juga dianggap bahwa penanganan gangguan jiwa adalah ranah yang berada di luar kedokteran.
== Pandangan dalam bidang psikiatri ==
"Kurang baik," kata Prof. Dr. R. Kusumanto Setyonegoro, kalau pasien yang sakit kepala langsung diberi obat sakit kepala, yang sakit perut segera diminumi obat sakit perut. Ahli kedokteran jiwa (psikiatri) itu lalu menganjurkan pendekatan kejiwaan. Karena, "Tiada penyakit yang tidak mempengaruhi jiwa manusia, dan tiada penyakit yang karena itu tidak mengembangkan sejumlah gejala psikologis maupun emosional."<ref name=":1" />
Sejak Kusumanto mengepalai Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan, 1971, pendekatan [[eklektik-holistik]] dinilai cocok diterapkan di Indonesia. Keduanya adalah prinsip yang "tidak terpisahkan, berjalan sejajar, bersamaan (simultan), interaktif, dan integratif". Prinsip eklektik bermaksud memandang pasien secara selektif. Sedangkan prinsip holistik berupaya menempatkan manusia, baik sehat maupun sakit, sebagai suatu keseluruhan yang utuh, dan mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Kesehatan jiwa dimaknai sebagai kesehatan jiwa manusia seutuhnya, bukan sebatas menangani [[skizofrenia]]. Kedua prinsip tersebut telah diuji secara ilmiah di Universitas Indonesia. Yaitu lewat disertasi "Pendekatan Eklektik-Holistik di Indonesia dengan Minat Khusus terhadap Masalah Schizofrenia", yang menghasilkan gelar doktor bagi Kusumanto pada 1957.<ref name=":1" />
|