Kusumanto Setyonegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 28:
"Kurang baik," kata Prof. Dr. R. Kusumanto Setyonegoro, kalau pasien yang sakit kepala langsung diberi obat sakit kepala, yang sakit perut segera diminumi obat sakit perut. Ahli kedokteran jiwa (psikiatri) itu lalu menganjurkan pendekatan kejiwaan. Karena, "Tiada penyakit yang tidak mempengaruhi jiwa manusia, dan tiada penyakit yang karena itu tidak mengembangkan sejumlah gejala psikologis maupun emosional."<ref name=":1" />
 
Sejak Kusumanto mengepalai Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan, 1971, pendekatan [[eklektik-holistik]] dinilai cocok diterapkan di Indonesia. Keduanya adalah prinsip yang "tidak terpisahkan, berjalan sejajar, bersamaan (simultan), interaktif, dan integratif". Prinsip eklektik bermaksud memandang pasien secara selektif. Sedangkan prinsip holistik berupaya menempatkan manusia, baik sehat maupun sakit, sebagai suatu keseluruhan yang utuh, dan mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan.<ref name=":0" /><ref name=":1" />
 
Kesehatan jiwa dimaknai sebagai kesehatan jiwa manusia seutuhnya, bukan sebatas menangani [[skizofrenia]]. Kedua prinsip tersebut telah diuji secara ilmiah di Universitas Indonesia. Yaitu lewat disertasi "Pendekatan Eklektik-Holistik di Indonesia dengan Minat Khusus terhadap Masalah Schizofrenia", yang menghasilkan gelar doktor bagi Kusumanto pada 1957.<ref name=":1" />