Johor Bahru: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
universitas teknologi malaysia terletak di skudai (iskandar puteri), bukan johor bahru
Baris 132:
}}
 
=== PemerintahanMalaya InggrisBritania ===
[[Berkas:Johor Bahru town in the 1920s.jpg|jmpl|kiri|250px|Sungai Segget di persimpangan Jalan Wong Ah Fook dengan Jalan Ungku Puan di Johor Bahru sekitar tahun 1920]]
Pada permulaan pemerintahan Abu Bakar, Inggris hanya mengakuinya sebagai ''[[maharaja]]'' ketimbang ''[[sultan]]''. Pada 1855, [[Kantor Kolonial|Kantor Kolonial Inggris]] mulai mengakui statusnya sebagai sultan setelah pertemuan Abu Bakar dengan [[Ratu Victoria]].<ref name="SyedAkhtar2011">{{cite book|author1=Muzaffar Husain Syed|author2=Syed Saud Akhtar|author3=B D Usmani|title=Concise History of Islam|url=https://books.google.com/books?id=eACqCQAAQBAJ&pg=PA316|date=14 September 2011|publisher=Vij Books India Pvt Ltd|isbn=978-93-82573-47-0|pages=316–}}</ref> Setelah terjadinya [[Perang Saudara Jementah|sebuah perang saudara]], Abu Bakar berhasil merebut kembali wilayah Kesang dengan bantuan dari Inggris, dan ia lalu membenahi infrastruktur dan ekonomi pertanian kota tersebut.<ref name="SyedAkhtar2011"/><ref name="Dominique Grele 292">{{cite book|author=Dominique Grele|title=100 Resorts Malaysia: Places with a Heart|url=https://books.google.com/books?id=7C22s1cDfmgC&pg=PT292|date=1 January 2004|publisher=Asiatype, Inc.|isbn=978-971-0321-03-2|pages=292–}}</ref> Infrastruktur seperti [[Masjid Negeri Sultan Abu Bakar|Masjid Negeri]] dan [[Istana Besar]] dibangun dengan bantuan dari Wong Ah Fook, yang telah membina hubungan yang erat dengan sultan semenjak kedatangannya pada masa kekuasaan Temenggong.<ref>{{cite book|author=Cheah Jin Seng|title=Malaya: 500 Early Postcards|url=https://books.google.com/books?id=94luAAAAMAAJ|date=15 March 2008|publisher=Didier Millet Pte, Editions|isbn=978-981-4155-98-4}}</ref> Abu Bakar lalu memerintah dengan mengikuti contoh Inggris, dan juga menerapkan sebuah konstitusi yang dikenal dengan nama ''[[Undang-undang Tubuh Negeri Johor]]'' (Konstitusi Negari Johor).<ref name="Ludher2015"/><ref name="SyedAkhtar2011"/> Meskipun Inggris telah lama menjadi penasihat Kesultanan Johor, wilayah tersebut belum dikendalikan secara langsung oleh pemerintah kolonial Inggris.<ref>{{cite book|author1=Fr Durand|author2=Richard Curtis|title=Maps of Malaysia and Borneo: Discovery, Statehood and Progress|url=https://books.google.com/books?id=d-BUAgAAQBAJ&pg=PA177|date=28 February 2014|publisher=Editions Didier Millet|isbn=978-967-10617-3-2|pages=177–}}</ref> Kekuasaan secara langsung baru dimulai pada tahun 1914 (pada masa pemerintahan [[Ibrahim dari Johor|Sultan Ibrahim]]), setelah status penasihat diangkat menjadi status yang mirip dengan "[[Residen (gelar)|Residen]]" di [[Negeri-Negeri Melayu Bersekutu]].<ref>{{cite web|url=http://eresources.nlb.gov.sg/history/events/3c4985cc-517f-4e68-8edd-7a85c67897ea|title=Johor is brought under British control|publisher=National Library Board|date=12 Mei 1914|accessdate=30 Juni 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150630043001/http://eresources.nlb.gov.sg/history/events/3c4985cc-517f-4e68-8edd-7a85c67897ea|archivedate=30 Juni 2015|deadurl=yes}}</ref>
 
Di Johor Bahru, [[Jalur Kereta Api Negeri-Negeri Melayu Bersekutu|proyek perpanjangan jalur kereta api Semenanjung Malaya]] diselesaikan pada 1909,<ref>Winstedt (1992), hlm. 141</ref> dan pada 1923 pembangunan [[Jalan Layang Johor–Singapura]] juga telah dituntaskan.<ref>Winstedt (1992), hlm. 143</ref> Johor Bahru mengalami perkembangan yang biasa-biasa saja pada masa [[periode antarperang|antara Perang Dunia Pertama dan Kedua]]. Gedung sekretariat yang disebut [[Gedung Sultan Ibrahim]] diselesaikan pembangunannya pada 1940, karena pemerintah kolonial Inggris berupaya menyederhanakan sistem pemerintahan Johor.<ref>Oakley (2009), hlm. 181</ref>
 
=== PerangPendudukan Dunia IIJepang ===
[[Berkas:Japanese troops final stages to conquest Singapore, Johore Bahru (AWM 127900).JPG|jmpl|kiri|Pasukan Jepang saat berada di jalan Johor Bahru dalam tahap-tahap terakhir mereka pada [[Pertempuran Malaya]] untuk [[Pertempuran Singapura|menaklukkan Singapura]]: gambar diambil pada 31 Januari 1942.]]
Pembangunan kota Johor terhenti setelah [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] yang berada di bawah pimpinan Jenderal [[Tomoyuki Yamashita]] menyerang kota tersebut pada 31 Januari 1942. Jepang sendiri telah memasuki Johor barat laut pada 15 Januari, sehingga mereka dapat dengan mudah menaklukkan kota-kota besar di Johor seperti [[Batu Pahat]], [[Yong Peng]], [[Kluang]], dan [[Ayer Hitam]].<ref name="LimWong2000">{{cite book|author1=Patricia Pui Huen Lim|author2=Diana Wong|title=War and Memory in Malaysia and Singapore|url=https://books.google.com/books?id=ADkiembZcLYC&pg=PA140|date=1 Januari 2000|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-981-230-037-9|pages=140–145}}</ref> Inggris dan [[Sekutu Perang Dunia II|pasukan Sekutu]] lainnya terpaksa hijrah ke Johor Bahru; namun, setelah Jepang terus menerus membombardir posisi pasukan Sekutu pada 29 Januari, pasukan Inggris mundur ke Singapura dan meledakkan jalan layang di antara kedua kota tersebut pada hari berikutnya sebagai upaya terakhir untuk menghentikan pergerakan pasukan Jepang.<ref name="LimWong2000"/> Jepang kemudian menggunakan kediaman Sultan di [[Istana Bukit Serene]], Johor Bahru, sebagai pangkalan sementara mereka untuk menjalankan rencana [[Pertempuran Singapura|penaklukan Singapura]] sesambil menunggu penghubungan kembali jalan layang yang telah terputus.<ref>{{cite web|url=http://ajrp.awm.gov.au/ajrp/AJRP2.nsf/5c2a7f65120f209aca256b6d0020a228/e2909070f075fdbeca256946001ef8ab?OpenDocument|title=War for the Empire: Malaya and Singapore, Dec 1941 to Feb 1942|author=Richard Reid|work=[[Australian War Memorial]]|publisher=Australia-Japan Research Project|accessdate=2 Juli 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150702004451/http://ajrp.awm.gov.au/ajrp/AJRP2.nsf/5c2a7f65120f209aca256b6d0020a228/e2909070f075fdbeca256946001ef8ab?OpenDocument|archivedate=2 July 2015|deadurl=yes}}</ref><ref>{{cite book|author=Bill Yenne|title=The Imperial Japanese Army: The Invincible Years 1941–42|url=https://books.google.com/books?id=LTZfBAAAQBAJ&pg=PA140|date=20 September 2014|publisher=Osprey Publishing|isbn=978-1-78200-982-5|pages=140–}}</ref> Jepang memilih istana tersebut sebagai pangkalan, karena mereka tahu Inggris tidak akan berani menyerang tempat tersebut mengingat mereka menjalin hubungan yang erat dengan Johor.<ref name="LimWong2000"/>
Baris 146:
Dalam waktu kurang dari sebulan, Jepang memperbaiki jalan layang tersebut dan dapat dengan mudah memasuki pulau Singapura.<ref name="Moore1998">{{cite book|author=Wendy Moore|title=West Malaysia and Singapore|url=https://books.google.com/books?id=WAts5fch8fsC&pg=PA186|year=1998|publisher=Tuttle Publishing|isbn=978-962-593-179-1|pages=186–187}}</ref> Seusai perang pada 1946, kota tersebut menjadi pusat pergerakan [[Nasionalisme Melayu awal|nasionalisme Melayu]]. [[Onn Jaafar]], seorang politikus Melayu yang kemudian menjadi [[Daftar Menteri Besar Johor|Menteri Besar Johor]], membentuk partai [[United Malay National Organisation]] pada 11 Mei 1946 setelah orang-orang Melayu menyatakan rasa ketidakpuasan mereka terhadap tindakan [[Pemerintah Britania Raya|pemerintah Inggris]] yang juga memberlakukan hukum kewarganegaraan kepada orang-orang non-Melayu di Malaya.<ref>{{cite book|author=Swan Sik Ko|title=Nationality and International Law in Asian Perspective|url=https://books.google.com/books?id=H1ecjepq80QC&pg=PA314|year=1990|publisher=Martinus Nijhoff Publishers|isbn=0-7923-0876-X|pages=314–}}</ref><ref>{{cite book|author=Keat Gin Ooi|title=Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor|url=https://books.google.com/books?id=QKgraWbb7yoC&pg=PA1365|date=1 January 2004|publisher=ABC-CLIO|isbn=978-1-57607-770-2|pages=1365–}}</ref> Kesepakatan terkait dengan kebijakan tersebut kemudian tercapai di Johor Bahru: orang-orang Melayu akan membiarkan dominasi ekonomi oleh orang non-Melayu, tetapi orang Melayu akan menguasai urusan politik.<ref>{{cite book|author1=Christoph Marcinkowski|author2=Constance Chevallier-Govers|author3=Ruhanas Harun|title=Malaysia and the European Union: Perspectives for the Twenty-first Century|url=https://books.google.com/books?id=VFrfBP52_1wC&pg=PA159|year=2011|publisher=LIT Verlag Münster|isbn=978-3-643-80085-5|pages=159–}}</ref> Namun, konflik antara orang Melayu dan non-Melayu (khususnya orang Tionghoa) terus menerus dihasut semenjak terjadinya [[Kedaruratan Malaya]].<ref>{{cite book|author=M. Stenson|title=Class, Race, and Colonialism in West Malaysia|url=https://books.google.com/books?id=nYbJw9-8NM4C&pg=PA89|date=1 November 2011|publisher=UBC Press|isbn=978-0-7748-4440-6|pages=89–}}</ref>
 
=== SetelahMalaya kemerdekaandan Malaysia ===
Setelah pembentukan Federasi Malaysia pada 1963,<ref>{{cite book|author=Arthur Cotterell|title=A History of South East Asia|url=https://books.google.com/books?id=Ml2ABAAAQBAJ&pg=PA341|date=15 Juli 2014|publisher=Marshall Cavendish International Asia Pte Ltd|isbn=978-981-4634-70-0|pages=341–}}</ref> Johor Bahru masih menjadi ibu kota negara bagian Johor, dan pembangunan pun terus digalakkan, termasuk dengan memperluas kota dan mendirikan kawasan-kawasan industri yang baru. [[Konfrontasi Indonesia–Malaysia|Konfrontasi dengan Indonesia]] tidak berdampak secara langsung terhadap Johor Bahru karena tempat pendaratan utama pasukan Indonesia di Johor adalah di [[Labis]] dan [[Tenang]].<ref>{{cite web|url=https://news.google.com/newspapers?nid=1309&dat=19890216&id=eWMmAAAAIBAJ&sjid=IpADAAAAIBAJ&pg=2091,127515&hl=en|title=Quiet town with a troubled past|author=K. Vara|publisher=New Straits Times|date=16 Februari 1989|accessdate=5 Juli 2015}}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.awm.gov.au/articles/event/indonesian-confrontation|title=Indonesian Confrontation, 1963–66|publisher=Australian War Memorial|accessdate=4 Juli 2018|archiveurl=https://web.archive.org/web/20180704065605/https://www.awm.gov.au/articles/event/indonesian-confrontation|archivedate=4 Juli 2018|deadurl=yes}}</ref> Hanya terdapat satu organisasi mata-mata Indonesia yang aktif di kota tersebut pada masa ini, yang dikenal dengan nama ''Gerakan Ekonomi Melayu Indonesia'' (GEMI). Organisasi tersebut sering meminta orang-orang Indonesia yang tinggal di Johor Bahru untuk memberikan informasi hingga terjadinya [[pengeboman MacDonald House]] di Singapura pada 1965.<ref>{{cite web|url=http://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_62_2004-12-17.html?v=1&utm_expid=85360850-6.qNOOYF40RhKK6gXsQEaAJA.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F|title=MacDonald House bomb explosion|author1=Mohamed Effendy Abdul Hamid|author2=Kartini Saparudin|publisher=National Library Board|year=2014|accessdate=5 July 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150705010638/http://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_62_2004-12-17.html?v=1&utm_expid=85360850-6.qNOOYF40RhKK6gXsQEaAJA.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F|archivedate=5 July 2015|deadurl=yes}}</ref> Pada awal era 1990-an, Johor Bahru mengalami perkembangan pesat, dan secara resmi memperoleh [[Daftar kota di Malaysia|status kota]] pada 1 Januari 1994.<ref name="city status">{{cite web|url=http://www.mbjb.gov.my/web/guest/infokuantan/background|title=Background|language=English, Malay|publisher=Johor Bahru City Council|accessdate=4 Juli 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20150704043533/http://www.mbjb.gov.my/web/guest/infokuantan/background|archivedate=4 Juli 2015|deadurl=yes}}</ref> Alun-alun utama di Johor Bahru, yaitu [[Alun-Alun Kota Johor Bahru]], dibangun untuk merayakan peristiwa ini. [[Distrik bisnis pusat]] kemudian dibangun di sekitaran [[Jalan Wong Ah Fook]] di pusat kota Johor Bahru dari pertengahan era 1990-an. Pemerintah negara bagian dan federal sendiri terus menggelontorkan dana yang besar untuk membangun kota ini - terutama setelah 2006, ketika kawasan ekonomi [[Iskandar Malaysia]] dibentuk.<ref>{{cite book|author=Zaini Ujang|title=The Elevation of Higher Learning|url=https://books.google.com/books?id=ZT2GtJdMwKAC&pg=PA46|year=2009|publisher=ITBM|isbn=978-983-068-464-2|pages=46–}}</ref><ref name="Malaysia">{{cite book|author=Oxford Business Group Malaysia|title=The Report: Malaysia 2010 - Oxford Business Group|url=https://books.google.com/books?id=Lq9RZ-YSPMAC&pg=PA69|publisher=Oxford Business Group|isbn=978-1-907065-20-0|pages=69–}}</ref>