Lampung: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan
k wikifikasi berlebihan
Tag: Pembatalan
Baris 69:
== Sejarah ==
[[Berkas:Banten teritory.png|jmpl|kiri|280px|Wilayah [[Kerajaan Sunda]]]]
[[Provinsi Lampung]] lahir pada tanggal [[18 Maret]] [[1964]] dengan ditetapkannya [[Peraturan Pemerintah]] Nomor 3/[[1964]] yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun [[1964]]. Sebelum itu [[Provinsi Lampung]] merupakan [[keresidenan]] yang tergabung dengan [[Provinsi Sumatra Selatan]].
 
Kendatipun [[Provinsi Lampung]] sebelum tanggal [[18 Maret]] [[1964]] tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari [[Provinsi Sumatra Selatan]], namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di [[Nusantara]]. Oleh karenanya, pada zaman [[VOC]] daerah Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan [[Belanda]].
 
Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan [[Kerajaan Tarumanagara]] dan [[Kerajaan Sunda]] sampai abad ke-16. Sebelum akhirnya [[Kesultanan Banten]] menghancurkan [[Pajajaran]], ibu kota [[Kerajaan Sunda]]. [[Sultan Banten]] yakni [[Hasanuddin]], lalu mengambil alih kekuasaan atas Lampung. Hal ini dijelaskan dalam buku ''The Sultanate of Banten'' karya [[Claude Guillot]] pada halaman 19 sebagai berikut:
 
{{quote|''"From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region".<ref name="Claude Guillot">{{cite book|last =Guillot|first =Claude.|publisher= Gramedia Book Publishing Division|title = The sultanate of Banten|date =|year =1990|page =19
}}</ref>''}}
 
Di bawah pimpinan [[Sultan Ageng Tirtayasa]] ([[1651]]–[[1683]]1651–1683) [[Banten]] berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi [[VOC]] di perairan [[Jawa]], [[Sumatra]] dan [[Maluku]]. Dalam masa pemerintahannya, [[Sultan Ageng]] berupaya meluaskan wilayah kekuasaan [[Banten]] yang terus mendapat hambatan karena dihalangi [[VOC]] yang bercokol di [[Batavia]]. [[VOC]] yang tidak suka dengan perkembangan [[Kesultanan Banten]] mencoba berbagai cara untuk menguasainya termasuk mencoba membujuk [[Sultan Haji]], Putra [[Sultan Ageng]] untuk melawan Ayahnya sendiri.
 
Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, [[Sultan Haji]] meminta bantuan [[VOC]] dan sebagai imbalannya ia menjanjikan akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada [[VOC]]. Akhirnya pada tanggal [[7 April]] [[1682]] [[Sultan Ageng Tirtayasa]] disingkirkan dan [[Sultan Haji]] dinobatkan menjadi [[Sultan Banten]].
 
Dari perundingan-perundingan antara [[VOC]] dengan [[Sultan Haji]] menghasilkan sebuah piagam dari [[Sultan Haji]] tertanggal [[27 Agustus]] [[1682]] yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh [[Sultan Banten]] kepada [[VOC]] yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.
 
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji yang mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yang dicarinya. Perdagangan langsung antara VOC dengan Lampung mengalami kegagalan disebabkan karena tidak semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Haji yang bersekutu dengan kompeni, sebagian mereka masih mengakui Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.
Baris 136:
==== Sungai ====
Sungai-sungai yang mengalir di daerah Lampung menurut panjang dan ''cathment area (c.a)''-nya adalah:
* [[Sungai Sekampung|Way Sekampung]], panjang 265&nbsp;km, c.a. 4.795,52 km2
* [[Sungai Semangka|Way Semaka]], panjang 90&nbsp;km, c.a. 985 km2
* [[Sungai Seputih|Way Seputih]], panjang 190&nbsp;km, c.a. 7.149,26 km2
* [[Sungai Jepara|Way Jepara]], panjang 50&nbsp;km, c.a. 1.285 km2
* [[Way Tulangbawang]], panjang 136&nbsp;km, c.a. 1.285 km2
* [[Sungai Mesuji|Way Mesuji]], panjang 220&nbsp;km, c.a. 2.053 km2
 
[[Sungai Seputih|Way Seputih]] mengalir di daerah [[Kabupatenkabupaten Lampung Tengah]] dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50&nbsp;km adalah:
* [[Way Terusan]], panjang 175&nbsp;km, c.a. 1.500 km2
* [[Way Pengubuan]], panjang 165&nbsp;km, c.a. 1.143,78 km2
Baris 149:
* [[Way Raman]], panjang 55&nbsp;km, c.a. 200 km2
 
[[Sungai Tulang Bawang|Way Tulangbawang]] mengalir di [[Kabupatenkabupaten Tulang Bawang]]Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50&nbsp;km panjangnya, di antaranya:
* [[Way Kanan]], panjang 51&nbsp;km, c.a. 1.197 km2
* [[Way Rarem]], panjang 53,50&nbsp;km, c.a. 870 km2
Baris 194:
Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar di dunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena, dan Wachyuni Mandira.
 
Pabrik gula dapat menghasilkan produksi per tahun mencapai 600.000 ton oleh dua pabrik yaitu [[Gunung Madu Plantation]] dan [[Sugar Group Company|Sugar Group]]. Pada tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan satu pabrik gula di bawah [[Pemuka Sakti ManisIndah|PT. Pemuka Sakti Manis Indah]] (PSMI).
 
Industri agribisnis lainnya: nanas, ketela (ubi), kelapa sawit, kopi robusta, lada, coklat, kakao, ''nata de coco'' dan lain-lain.
Baris 200:
== Pariwisata ==
=== Pantai ===
Objek wisata pantai di Lampung terdapat di [[Lampung Selatan]], [[Pesawaran]], [[Tanggamus]], [[Pesisir Barat]], dan [[Lampung Barat]] dan [[Lampung Timur]].
 
=== Taman Nasional ===
Lampung memiliki [[Taman Nasional Way Kambas]] yang terdapat di [[Kabupaten Lampung Timur]].
 
=== Wisata alam lainnya ===
Baris 209:
 
=== Festival ===
[[Festival Sekura]] yang diadakan dalam seminggu setelah [[Idulfitri|Idul Fitri]] di Lampung Barat, [[Lampung Festival Krakatau|Festival Krakatau]] di [[Bandar Lampung]], [[Festival Teluk Stabas]] di [[Pesisir Barat]], [[Festival Teluk Semaka]] di [[Tanggamus]], dan [[Festival Way Kambas]] di [[Lampung Timur]].
 
=== Wisata budaya ===
Baris 227:
=== Bus ===
Terminal bus di Lampung:
* [[Terminal Rajabasa]] dan [[Terminalterminal Sukaraja]] yang berada di [[Bandar Lampung]]. [[Terminal Rajabasa]] melayani rute jarak dekat, menengah, dan jauh (AKAP) yang melayani rute ke kota-kota di Sumatra dan Jawa.
* [[Terminal Kota Metro]]
 
Selain tiga terminal tersebut, terdapat banyak terminal bus yang berada di seluruh ibu kota kabupaten di Lampung.
Baris 238:
Di provinsi ini terdapat [[Pelabuhan Panjang]] yang merupakan pelabuhan ekspor-impor bagi Lampung dan juga Pelabuhan Srengsem yang menjadi pelabuhan untuk lalu lintas distribusi batu bara dari [[Sumatra Selatan]] ke [[Jawa]]. Sekitar 92 kilometer dari selatan Bandar Lampung, ada [[Bakauheni, Lampung Selatan|Bakauheni]], yang merupakan sebuah kota pelabuhan di provinsi Lampung, tepatnya di ujung selatan Pulau [[Sumatra]]. Terletak di ujung selatan dari [[Jalan Raya Lintas Sumatra]], pelabuhan Bakauheni menghubungkan Sumatra dengan [[Jawa]] via perhubungan laut.
 
serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di [[Teluk Lampung]].
 
Ratusan trip [[feri]] penyeberangan dengan 24 buah kapal feri dari beberapa operator berlayar mengarungi [[Selat Sunda]] yang menghubungkan Bakauheni dengan [[Pelabuhan Merak|Merak]] di Provinsi [[Banten]], [[Jawa|Pulau Jawa.]] Feri-feri penyeberangan ini terutama melayani jasa penyeberangan angkutan darat seperti bus-bus penumpang antar kota antar provinsi, truk-truk barang maupun mobil pribadi. Rata-rata durasi perjalanan yang diperlukan antara Bakauheni – Merak atau sebaliknya dengan feri ini adalah sekitar 2-3 jam.