Maria Walanda Maramis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 21:
Setiap tanggal 1 [[Desember]], masyarakat [[Minahasa]] memperingati [[Hari Ibu Maria Walanda Maramis]], sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan. Menurut [[Nicholas Graafland]], dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling Genootschap" tahun 1981, Maria ditahbiskan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga dan untuk mengembangkan daya pikirnya, bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki".<ref>N.Graffland dalam Maria Ulfah Subadio, T.O.Ihromi, Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1978.</ref>
 
Untuk mengenang jasanya, telah dibangun [[Patung Walanda Maramis]] yang terletak di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari pusat kota [[Manado]] yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Di sini, pengunjung dapat mengenal sejarah perjuangan seorang wanita asal [[Bumi Nyiur Melambai]] ini. Fasilitas yang ada saat ini adalah tempat parkir dan pusat perbelanjaan.<ref>{{Cite web |url=http://www.manadokota.info/index.php?option=com_content&view=article&id=166&Itemid=97 |title=Salinan arsip |access-date=2010-04-21 |archive-date=2016-01-22 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160122174242/http://www.manadokota.info/index.php?option=com_content&view=article&id=166&Itemid=97 |dead-url=yes }}</ref>
 
== Kehidupan awal ==
Baris 32:
 
== Dorongan Bumi Minahasa ==
Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 terbagi menjadi 8 kelompok etnis (walak)<ref>{{Cite book|url=https://fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/sites/120/2019/06/Weg-tot-het-oosten-PSB.fix_.pdf#page=86|title=Weg Tot Het Oosten: Afscheidsbundel voor Kees Groeneboer|last=Suprihatin|first=C. T.|last2=Yusuf|first2=M.|date=2019|publisher=Program Studi Belanda Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia|isbn=978-602-9054-58-3|editor-last=Grave|editor-first=J.|location=Depok|pages=|url-status=live|access-date=2020-06-13|archive-date=2020-06-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20200613074009/https://fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/sites/120/2019/06/Weg-tot-het-oosten-PSB.fix_.pdf#page=86|dead-url=yes}}</ref> yang berada dalam proses ke arah satu unit geopolitik yang disebut [[Minahasa]] dalam suatu tatanan kolonial [[Hindia Belanda]]. Sejalan dengan hal ini [[Hindia Belanda]] mengadakan perubahan birokrasi dengan mengangkat pejabat-pejabat tradisional sebagai pegawai pemerintah yang bergaji dan di bawah kuasa seorang residen.<ref>David E.F.Henley, Nationalism and Regionalism in a Colonial Context: Minahasa in the Dutch East Indies, KITLV Press, 1996.</ref> Komersialisasi agraria melahirkan perkebunan-perkebunan kopi dan kemudian kopra membuat ekonomi ekspor berkembang pesat, penanaman modal mengalir deras, dan kota-kota lain tumbuh seperti [[Tondano]], [[Tomohon]], [[Kakaskasen]], [[Sonder]], [[Romboken]], [[Kawangkoan]], dan [[Langowan]].<ref>RZ.Leirissa, "Copracontracten: An Indication of Economic Development in Minahasa During the Colonial Period" dalam J.Th.Linbad (ed.), Historical Foundations of A National Economy in Indonesia 1890s-1990, Amsterdam, hal.265-277.</ref>
 
== PIKAT ==