Sapta Darma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fina id (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Reverted to revision 8313971 by Sherlockindo (talk): Mengembalikan ke revisi yang mengembangkan
Tag: Pembatalan
Baris 1:
{{Sapta Darma}}
== Ajaran ==
'''Sapta Darma''' merupakan aliran [[kerohanian]] resmi di [[Indonesia]] yang berarti 'tujuh kewajiban suci'.<ref>[http://news.okezone.com/read/2014/12/09/340/1076709/pengikut-sapta-darma-bukan-musuh-kita Pengikut Sapta Darma Bukan Musuh Kita]</ref> Aliran ini diyakini bermula dari turunnya wahyu kepada [[Hardjosapoero|Bapa Panuntun Agung Sri Gutama]] pada dini hari [[Jumat]] [[Wage]] tanggal [[27 Desember]] [[1952]] di kediamannya di Kampung Koplakan, [[Pare, Kediri|Kecamatan Pare]], [[Kabupaten Kediri]], [[Jawa Timur]].<ref>[https://groups.yahoo.com/neo/groups/warga_ksd/conversations/topics/3 Kerokhanian Sapta Darma] di [[Yahoo! Groups]]</ref>
 
Aliran kerohanian ini memiliki tiga ajaran utama, yaitu [[sujud (Sapta Darma)|sujud]], [[Wewarah Tujuh]], dan [[sesanti (Sapta Darma)|sesanti]]. Ibadah penganut Sapta Darma dapat dilakukan secara pribadi di rumah atau secara bersama-sama di tempat ibadah yang disebut [[sanggar]].<ref>[http://www.merdeka.com/peristiwa/menelisik-aliran-kepercayaan-sapta-dharma.html Menelisik Aliran Kepercayaan Sapta Dharma]</ref>
 
==Sejarah==
Penerima ajaran Sapta Darma adalah [[Hardjosapoero]] yang lahir di [[Semanding, Pagu, Kediri|Desa Semanding]], [[Pagu, Kediri|Kecamatan Pagu]], [[Kabupaten Kediri]], [[Jawa Timur]], pada tahun [[1910]]. Hardjosapoero yang sehari-hari bekerja sebagai tukang cukur menerima wahyu pertama mengenai ajaran aliran kerohanian ini pada tanggal [[27 Desember]] [[1952]] yang berlanjut hingga wafatnya pada tanggal [[16 Desember]] [[1964]]. Sepeninggal Hardjosapoero yang bergelar ''Bapa Panuntun Agung Sri Gutama'', pucuk pimpinan aliran kerohanian ini diserahkan kepada [[Soewartini Martodihardjo]] yang bergelar ''Ibu Tuntunan Agung Sri Pawenang'' hingga wafatnya pada tanggal [[24 Mei]] [[1996]].
 
Pada tahun [[1961]], Sapta Darma telah mempunyai cabang di [[Jawa Timur]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Barat]], [[Kalimantan Timur]], dan [[Sumatera Selatan]]. Pada tahun [[2014]], penganut aliran kerohanian ini di Jawa Tengah tersebar di sejumlah wilayah seperti [[Kabupaten Pati|Pati]] dengan jumlah penganut sebanyak 5.000 orang, [[Kabupaten Klaten|Klaten]] sebanyak 2.611 orang, dan [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]] sebanyak 1.027 orang.<ref>[http://news.okezone.com/read/2014/12/09/340/1076903/sapta-darma-memiliki-jumlah-pengikut-terbesar-kedua-di-jateng Sapta Darma Memiliki Jumlah Pengikut Terbesar Kedua di Jateng]</ref>
 
== Ajaran ==
Ajaran Sapta Darma sekilas memiliki makna yang sederhana, tetapi sebenarnya sangat luas karena meliputi segala aspek kehidupan di dunia manusia, roh, jin, dan setan. Inti sari dari ajaran ini bersumber pada [[sujud (Sapta Darma)|sujud]], [[Wewarah Tujuh]], dan [[sesanti (Sapta Darma)|sesanti]].
 
=== Konsepsi ===
Kerohanian Sapta Darma bertujuan untuk kebahagiaan warganyapengikut-pengikutnya, baik di dunia maupun di Alam Langgengakhirat. Intisari dari ajaran ini adalah membentuk pribadi manusia yang asli berdasarkan keluhuran budi dan menjadikan warganyapenganutnya memiliki sikap satriakesatria utama ({{lang-jv|manghayu-hayu bagya buwana}}).
 
==== Ketuhanan ====
Tuhan dalam ajaran Sapta Darma disebut Allah Hyang Maha Kuasa, yaitu Zat yang mutlak, bebas dari segala hubungan sebab akibat dan sumber dari alam semesta beserta isinya. Allah Hyang Maha Kuasa memiliki lima sifat luhur yang disebut Pancasila Allah, yaitu Maha Agung, Maha RokhimRahim, Maha Adil, Maha Wasesa, dan Maha Langgeng.
 
==== Kemanusiaan ====
Dalam ajaran Sapta Darma, manusia dianggap sebagai gabungan dari roh dan materi. Roh manusia berupa sinar cahaya Allah sehingga manusia dapat berhubungan dengan-Nya, sedangkan materi berupa tubuh manusia. Gabungan roh dan materi ini dihasilkan melalui perantara orang tua, ayah dan ibu. Manusia juga dianggap sebagai makhluk tertinggi di atas hewan dan tumbuhan sehingga menurut aliran ini, di dalam tubuh manusia terdapat radar yang apabila dilatih dengan baik akan dapat memberikan kewaspadaan dalam menjalani hidup.
 
=== Sujud ===
[[Sujud (Sapta Darma)|Sujud]] adalah ritual ibadah wargapenganut Sapta Darma. Ritual ini dilakukan minimal sehari sekali, selebihnya dianggap sebagai keutamaan, baik secara individu maupun secara bersama-sama di sanggar.
 
=== Wewarah Tujuh ===
[[Wewarah Tujuh]] yang berarti 'tujuh petuah' merupakan pedoman hidup yang harus dijalankan oleh setiap wargapenganut Sapta Darma. IsiSecara umum, isi Wewarah Tujuh adalah sebagai berikut.
*Setia dan tawakal kepada Pancasila Allah, yaitu bahwa Tuhan menpunyai lima sifat luhur yang mutlak.
*Bersedia menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negaranya.
*Turut serta membela nusa dan bangsa.
*Menolong siapa saja tanpa pamrih.
* 5. Berani hidup berdasarkan kepercayaankekuatan atasdan kekuatankepercayaan diri sendiri.
*Bersikap susila dan berbudi pekerti dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
*Meyakini bahwa dunia tidak abadi dan selalu berubah.
 
===Sesanti===
Kewajiban Warga Kerokhanian Sapta Darma
[[Sesanti (Sapta Darma)|Sesanti]] atau semboyan wargapenganut Sapta Darma dalam [[bahasa Jawa]] berbunyi "''Ing ngendi bae, marang sapa bae, warga Sapta Darma kudu suminar pindha baskara.''" ({{lang-id|"Di mana saja, kepada siapa saja, warga Sapta Darma harus senantiasa bersinar laksana surya."}}). Sesanti ini bermakna bahwa setiap warga Sapta Darma berkewajiban untuk selalu siap membantu siapa saja yang memerlukan bantuan.
 
==Ibadah==
Setiap Warga harus melaksanakan wajib
Penganut Sapta Darma menganggap segala sesuatu yang dilakukannya sebagai ibadah. Akan tetapi, ibadah utama yang wajib dilakukan adalah [[sujud (Sapta Darma)|sujud]], ''racut'', ''ening'', dan ''olah rasa''. Sujud adalah ibadah paling utama yang dilakukan minimal sekali sehari, sedangkan ''racut'' adalah ibadah Hyang Maha Suci (roh manusia) menghadap Allah Hyang Maha Kuasa terlepas dari raganya sebagai bekal perjalanan roh setelah kematian. Sementara itu, ''ening'' adalah ritual [[semadi]] dengan memasrahkan diri kepada Sang Pencipta. Adapun ''olah rasa'' adalah proses relaksasi untuk mendapatkan kesegaran jasmani setelah bekerja keras atau olahraga.
* 1. Setia tuhu kepada Allah Hyang Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa, Maha Langgeng.
* 2. Dengan jujur dan suci hati, harus setia menjalankan perundang-undangan negaranya.
* 3. Turut serta menyingsingkan lengan baju, menegakkan berdirinya nusa dan bangsanya.
* 4. Menolong kepada siapa saja bila perlu, tanpa mengharapkan sesuatu balasan, melainkan berdasarkan rasa cinta dan kasih.
* 5. Berani hidup berdasarkan kepercayaan atas kekuatan diri sendiri.
* 6. Sikapnya dalam hidup bermasyarakat, kekeluargaan, harus susila beserta halusnya budi pekerti, selalu merupakan petunjuk jalan mengandung jasa serta memuaskan.
* 7. Yakin bahwa keadaan dunia itu tiada abadi, melainkan selalu berubah-ubah (anyakra manggilingan).
 
=== Sesanti =Sanggar==
Sanggar adalah tempat ibadah bersama wargapenganut Sapta Darma yang dipimpin oleh seorang ''tuntunan'' dengan tanggung jawab membina kerohanian para wargapenganut di sanggar tersebut. Ada dua jenis sanggar, yaitu [[Sanggar Candi Sapta Rengga]] dan [[Sanggar Candi Busana]]. Sanggar Candi Sapta Rengga merupakan pusat kegiatan kerohanian Sapta Darma di [[Yogyakarta]], sedangkan Sanggar Candi Busana merupakan sanggar yang tersebar di daerah. Adapun sanggar tempat kelahiran aliran kerohanian ini di [[Pare, Kediri|Pare]], [[Kabupaten Kediri|Kediri]], disebut sebagai [[Sanggar Agung Candi Busana]].
[[Sesanti (Sapta Darma)|Sesanti]] atau semboyan warga Sapta Darma dalam [[bahasa Jawa]] berbunyi "''Ing ngendi bae, marang sapa bae, warga Sapta Darma kudu suminar pindha baskara.''" ({{lang-id|"Di mana saja, kepada siapa saja, warga Sapta Darma harus senantiasa bersinar laksana surya."}}). Sesanti ini bermakna bahwa setiap warga Sapta Darma berkewajiban untuk selalu siap membantu siapa saja yang memerlukan bantuan.
 
== Sanggar Kontroversi==
Sanggar adalah tempat ibadah bersama warga Sapta Darma yang dipimpin oleh seorang ''tuntunan'' dengan tanggung jawab membina kerohanian para warga di sanggar tersebut. Ada dua jenis sanggar, yaitu [[Sanggar Candi Sapta Rengga]] dan [[Sanggar Candi Busana]]. Sanggar Candi Sapta Rengga merupakan pusat kegiatan kerohanian Sapta Darma di [[Yogyakarta]], sedangkan Sanggar Candi Busana merupakan sanggar yang tersebar di daerah. Adapun sanggar tempat kelahiran kerohanian ini di [[Pare, Kediri|Pare]], [[Kabupaten Kediri|Kediri]], disebut sebagai [[Sanggar Agung Candi Busana]].
 
== Kontroversi ==
Pada tanggal [[11 Oktober]] [[2008]], [[Front Pembela Islam]] merusak rumah milik seorang penganut Sapta Darma yang dijadikan sanggar di Dusun Pereng Kembang, [[Balecatur, Gamping, Sleman|Desa Balecatur]], [[Gamping, Sleman|Kecamatan Gamping]], [[Kabupaten Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], karena dianggap sebagai [[aliran sesat]].<ref>[http://news.detik.com/read/2008/10/15/012723/1020139/10/sapta-darma-bantah-sebagai-aliran-sesat Sapta Darma Bantah sebagai Aliran Sesat]</ref>
 
Pada tanggal [[7 Desember]] [[2014]], seorang warga penganut Sapta Darma yang meninggal dunia di [[Siandong, Larangan, Brebes|Desa Siandong]], [[Larangan, Brebes|Kecamatan Larangan]], [[Kabupaten Brebes]], [[Jawa Tengah]], tidak diizinkan untuk dimakamkan di [[pemakaman|pemakaman umum]] desa setempat sehingga dimakamkan di pekarangan rumahnya.<ref>[http://regional.kompas.com/read/2014/12/08/14544731/Pemakaman.di.TPU.Ditolak.Jasad.Daodah.Dimakamkan.di.Halaman.Rumah Pemakaman di TPU Ditolak, Jasad Daodah Dimakamkan di Halaman Rumah]</ref><ref>[http://nasional.news.viva.co.id/news/read/566382-ditolak-warga--jenazah-aliran-kepercayaan-telantar-12-jam Ditolak Warga, Jenazah Aliran Kepercayaan Telantar 12 Jam]</ref>
 
==Lihat Referensi pula==
*[[Kejawen]]
 
==Referensi==
====Rujukan====
{{reflist}}
 
====Pustaka lanjutan====
*Hadiwijono, Harun. 2006. ''Kebatinan dan Injil''. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
*Kartapradja, Kamil. 1990. ''Aliran Kebatinan dan Kepercayaan di Indonesia''. Jakarta: CV Haji Masagung.
 
{{agama-stub}}
 
[[Kategori:Kepercayaan]]