Pecalukan, Prigen, Pasuruan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 41:
==𝙎𝙀𝙅𝘼𝙍𝘼𝙃==
 
𝗗𝗘𝗦𝗔 𝗣𝗘𝗖𝗔𝗟𝗨𝗞𝗔𝗡 dikenal banyak orang karena masyarakatnya yang agamisAgamis, pada saat tertentu banyak para santri dari berbagai daerah datang ke Pecalukan mengadakan kegiatan keagamaan yang secara rutin dilaksanakan.
 
Setiap𝘿𝙀𝙎𝘼 orang yang berkunjung ke sebuah daerah tertentu terbesit keinginan untuk mencari tahu mengapa daerah ini dinamakan desa Pecalukan. Tidak salah memang ternyata daerah ini menyimpan asal usul desa ini𝙋𝙀𝘾𝘼𝙇𝙐𝙆𝘼𝙉 sangat menarik sebagai bagian dari kekayaan khasanah budaya bangsa.
 
Pada Jaman dahulu kala terbetik ceritera Raden Mas Adiman putera dari Raden Mas Subronto dari kerajaan Mataram di Jawa Tengah mengadakan perjalanan laut menyusuri pantai selatan pulau jawa menggunakan perahu, halditemani tersebutMbah dilakukanAndan RadenBumi Masdan SubrontoMbah karenaKaliah,hal merasatersebut perludilakukan memberikanRaden pengalaman kepada putranya yang saat itu menginjak dewasaAdiman. Disamping itu mereka meninggalkan Kerajaan Mataram karena pada saat itu Kerajaan Mataram mengalami penurunangejolak karenabesar. diserang Kerajaan Demak pada saat pemerintahan Prabu Brawijaya ke – V.
 
Dalam perjalanan tersebut beliau mendapat wangsit berupa petunjuk mereka harus berhenti di lereng Gunung Penanggungan. setelah tiba di tempat tersebut mereka berjalan memasuki hutan kemudian menemukan sebuah gua disalah satu gunung kecil tepatnya disebelah utara gunung penanggungan yang saat ini gunung tersebut saat impian dinamakan masyarakat sekitar sebagai Gua Penanggungan.
 
Di dalam gua inilah Raden Mas SubrontoAdiman bersemedi memohon petunjuk pada Yang Maha Kuasa dimanakah tempat yang cocok untuk puteranya bertempat tinggal memulai kehidupan yang baru.
 
Syahdan ditengah khusuknya beliau bersemedi datanglah jin pengganggu berwujud putri yang menginginkan supaya dikawinkan dengan Raden Mas Adiman dengan menghiba dan setengah memaksakan kehendaknya minta dikawinkan, tentu saja permintaan tersebut ditolak dengan halus oleh Raden Mas Subronto dengan mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi karena kita berbeda, kami manusia berwujud kasar dan jin putrid berwujud halus ( gaib ). Merasa di tolak jin putri menjawab “ Baiklah kalau begitu, aku mengalah tetapi sebagai gantinya semua keturunan Raden Mas Adiman yang datang ke Gunung Penanggungan sampai dengan tujuh turunan menjadi bagianku. “
 
Syahdan ditengahDitengah khusuknya beliau bersemedi datanglah jin pengganggu berwujud putri yang menginginkan supaya dikawinkan dengandikawin Raden Mas Adiman dengan menghiba dan setengah memaksakan kehendaknya minta dikawinkandikawin, tentu saja permintaan tersebut ditolak dengan halus oleh Raden Mas SubrontoAdiman dengan mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi karena kita berbeda, kami manusia berwujud kasar dan jin putridputri berwujud halus ( gaib ). Merasa di tolak jin putri menjawab “ Baiklah kalau begitu, aku mengalah tetapi sebagai gantinya semua keturunan Raden Mas Adiman yang datang ke Gunung Penanggungan sampai dengan tujuh turunan menjadi bagianku.
Artinya semua keturunan Raden Mas Adiman tidak boleh datang ke Gunung Penanggungan sampai turunan ke tujuh, apabila hal ini dilanggar maka tentu mendapat halangan dan tidak bisa kembali ke rumah.
 
Syarat itupun disetujui oleh Raden Mas Subronto dan meneruskan semedinya tanpa diganggu apapun sampai mendapat wangsit/ petunjuk dari Yang Maha Kuasa, bahwa puteranya RMRaden Adiman harus berjalan ke arah timur Gunung Penanggungan dan dalam perjalanannya tersebut diharuskan menggali tanah dan setelah digali maka tanah hasil galian harus dikembalikan lagi ke dalam lobang, apabila ternyata setelah dimasukkan tanahnya kurang maka teruslah berjalan lagi dan menggali kembali seperti semula sampai menemukan sebidang tanah yang digali dimana hasil galian yang dikembalikan ternyata lebih, maka disitulah tempat tinggal yang sesuai untuk Raden Mas Adiman. Begitulah seterusnya mereka berjalan ke arah timur dan terus menggali dan mengembalikan tanah berkali-kali tanpa berputus asa, akhirnya tibalah disebuah tempat yang hutannya begitu lebat sampai Canopy masing-masing pohon saling bersinggungan, pertanda tanahnya subur loh jinawi.benar saja setelah tanah digali dan dikembalikan lagi seperti yang mereka lakukan sebelumnya ternyata tanah tersisa lebih banyak. Maka Raden Mas Adiman memutuskan ditemapat itulah mereka menetap dan dan menjalani hidup yang baru. Ketika mulai membabatmenebang alasHutan Raden Mas Adiman memohon petunjuk Yang Maha Kuasa dengan bersemedi. kemudia membabatmenebang alashutan menggunakan alat yang bernama Caluk yaitudan sejenis parangPecut. (DalamCaluk bahasayaitu Jawasejenis /parang tetapi ujungnya yang runcing agak melengkung ke dalam.)
 
Dari nama alat tersebut, maka Raden Mas Adiman memberi nama desa tempat mereka tinggal tersebut adalah Pecalukan. sedangkan Mbah Kaliah di Pesanggrahan dan Mbah Andan Bumi di Prigen. Untuk mengingat bahwa mereka membabat alas pertama kali dengan menggunakan alat tersebut.
 
Begitulah dengan menggunakan alat yang bernama Caluk tersebut mereka membabat alas, banyak sekali pohon-pohon ditebang dan dari kayu-kayunya mereka membangun rumah –rumah untuk tempat tinggal. Semakin luas daerah yang terbuka ternyata di sana banyak terdapat batu yang besar-besar dengan bentuk yang beraneka macam antara satu dengan yang lain. Sepertu yang berada di sebelah timur ditemukan batu berbentuk tumpeng, maka diberi nama “Watu Tumpeng” yang(lokasi sekarangPecalukan digunakantimur) wargaoleh Masyarakat dulu digunakan untuk meletakkan tumpeng saat ada acara sedekah desa. dilaksanakanDi sebelah barat terdapat jenis batu yang mudah hancur maka mereka menyebutnya “Watu Gumyur” (lokasi Pecalukan Barat) di sebelah selatan terdapat jenis batu yang kalau dipukul mengeluarkan bunyi mirip lonceng maka mereka menyebutnya “Watu Ceneng” (lokasi Pet Bocor) , sebab jika dipukul mengelauarkan bunyi teng…..teng.Masih di daerah bagian selatan juga terdapat jenis batu yang berbentuk seperti pantat manusia, maka mereka menyebutnya “Watu Bokong” (lokasi jembatan Dung Biru) . Sedangkan batu yang di dekat sumber air sehingga kalau duduk di atasnya dingin sekali mereka menyebutnya “Watu adem” (lokasi Watu adem). Sedangkan di sebelah utara terdapat jenis batu yang sangat baik bila digunakan untuk menagasah / mempertajam senjata mereka, oleh karenanya diberi nama “Watu Ungkal” (lokasi perbatasan desa setiapGambiran) tahun.
 
Demikian sejak saat itu Raden Mas Adiman menetap di desa Pecalukan sampai menikah dan mempunya keturunan 9 orang yang tersebar di berbagai daerah. Masyarakat sampai sekarang memanggil anak-anak RMRaden Adiman tersebut degan sebutan “mbah” yaitu
Di sebelah barat terdapat jenis batu yang mudah hancur maka mereka menyebutnya “Watu Gumyur” di sebelah selatan terdapat jenis batu yang kalau dipukul mengeluarkan bunyi mirip lonceng maka mereka menyebutnya “Watu Ceneng” , sebab jika dipukul mengelauarkan bunyi teng…..teng.Masih di daerah bagian selatan juga terdapat jenis batu yang berbentuk seperti pantat manusia, maka mereka menyebutnya “Watu Bokong”. Sedangkan batu yang di dekat sumber air sehingga kalau duduk di atasnya dingin sekali mereka menyebutnya “Watu adem”. Sedangkan di sebelah utara terdapat jenis batu yang sangat baik bila digunakan untuk menagasah / mempertajam senjata mereka, oleh karenanya diberi nama “Watu Ungkal”.
 
Demikian sejak saat itu Raden Mas Adiman menetap di desa Pecalukan sampai menikah dan mempunya keturunan 9 orang yang tersebar di berbagai daerah. Masyarakat sampai sekarang memanggil anak-anak RM Adiman tersebut degan sebutan “mbah” yaitu
1. Mbah Badjuri
2. Mbah Kapinah
Baris 69 ⟶ 66:
4. Mbah Kidjan yang diberi julukan Anggres
5. Mbah Sagimah
6. Mbah Pondok (satu-satunay keturunan RMRaden Ardiman yang tidak punya keturunan)
7. Mbah Sar
8. Mbah Mo
Anak no 1 dan 2 tinggal di daerah Gempol sampai akhir hayat beliau, sedangkan anak no 3 sampai dengan 9 tetap di Pecalukan tersebar di beberapa dusun yang sampai sekarang pesarean beliau semua terawat dengan baik.
Sepanjang hidupnya beliau menjadi sesepuh yang dihormati dan dibanggakan sampai akhir hayat beliau. Karena memang selama hidupnya beliau membaktikan diri dengan segenap hati untuk membantu masyarakat desa Pecalukan baik dalam hal mengatasi permasalahan keamanan, perkawinan, sampai pada wabah penyakit yang saat itu dinamakan Bug Geblug dalam istilah Jawa. Khususnya untuk masalah yang satu ini masyakat berkumpul bersama-sama dengan membawa obor kemudian denagan dipimpin satu orang ketua, mereka berkeliling kampong sambil membaca Nadumud Burda dan jika sampai sampai di perempatan jalan desa, ketua kelompok akan berteriak dengan mengatakan “Burda” kemudian pengikut yang lain akan menjawab serentak dengan dengan menyebutkan kata “Pring”. Maksudnya agar setan-setan pembawa wabah penyakit pergi semua.
 
Sampai sekarang kebiasaan ini masih dipakai, khususnya pada saat salah satu warga mengadakan tasyakuran akan menempati rumah baru selalu dibacakan sholawat Nadumud Burda dengan maksud agar sebelum dihuni hal-kal yang tidak baik dalam rumah tersebut supaya hilang semua. Sehingga waktu menempati rumah tercipta ketentraman dan kedamaian bagi semua penghuni rumah.
 
Untuk menghormati sesepuh yang merupakan leluhur, desa Pecalukan setuapsetiap tahun1tahun senantiasa diadakan haul besar-besaran yang dinamakan “Selamatan Desa” ,dengan tujuan yang mulia yaitu memberi doa restu pada leluhur desa Pecalukan RMRaden Adiman atau mbah RMMas Adiman., Juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah yang dilimpahkan kepada seluruh masayarakat desa PecalukPecalukan selama ini, serta agar terhindar dari bencana, malapetaka, maupun hama penyakit.juga di adakan SELAMATAN DESA berupa 7 Ancak Besar yang di bawah ke Pendopo Kelurahan tersebut dilaksanakan secara gotong royong sesuai dengan kemampuan masing-masing. Yang terpenting bisa melaksanakan setiap 2 tahun sekali, biasanya setiap bulan besar setelah (Hari Raya Idul Adha), sebab masyarakat Pecalukan masih percaya apabila tidak diadakan acara selamatan desa atau bersih desa bisa diartikan kurangnya rasa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa, serta ada sebagian masyarakat percaya bahwa Pengawal setia mbah RM Adiman senantiasa datang berkeliling desa dalam wujud “Macan Putih (Mbah Klosot)” setiap malam sebelum selamatan desa.
 
Selamatan desa tersebut dilaksanakan secara gotong royong sesuai dengan kemampuan masing-masing. Yang penting bisa melaksanakan setiap tahun, biasanya setiap bulan besar (setelah Hari Raya Idul Adha), sebab masyarakat Pecalukan masih percaya apabila tidak diadakan acara selamatan desa atau bersih desa bisa diartikan kurangnya rasa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa, serta ada sebagian masyarakat percaya bahwa Pengawal mbah RM Adiman senantiasa datang berkeliling desa dalam wujud “Macan Putih” setiap malam tertentu.
 
Demikianlah sampai sekarang semua tradisi dan ritual budaya tetap dipertahankan dan dipelihara masyarakat sebagai bagian dari kearifan lokal daerah tersebut.
-ןɐןı ɾıʍo
 
#𝓴𝓮𝓶𝓫𝓪𝓷𝓰 𝓚𝓸𝓹𝓲
 
== Kebudayaan ==