Kamomose: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k -inuse, sudah lebih dari 60 hari
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Pranala judul pada artikel)
Baris 1:
'''[[Tradisi kamomoose|Tradisi k''amomoose'']]''' (pencarian jodoh) merupakan tradisi turun temurun mencari jodoh yang masih dilestarikan hingga saat ini di kecamatan [[Lakudo, Buton Tengah|Lakudo]], [[Kabupaten Buton Tengah|Buton Tengah]], [[Sulawesi Tenggara]]. ''Kamomoose'' adalah sejenis permainan dalam kebudayaan di kecamatan Lakudo yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Lakudo. Selain menjadi ajang untuk memperkenalkan kepada masyarakat akan kesiapan dari peserta dalam hal ini (''kamoose'') yang siap untuk dipinang, ''kamomoose'' juga berfungsi sebagai media untuk menjalin hubungan silaturahmi antara masyarakat tanpa memandang kasta sosial <ref name=":0">{{Cite journal|last=Hasaruddin|first=Hendraman|year=2016|title=Nilai-nilai Islam dalam Tradisi Kamomoose di Buton Sulawesi Tenggara|url=http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/48/30|journal=Al-Ulum|volume=16|issue=1|pages=165-184|doi=}}</ref>.Latar belakang munculnya tradisi ''kamomoose'' menurut tradisi lisan didasarkan atas ucapan yang keluar (''limbaanogau'') dari mulut seseorang atas tercapainya suatu pekerjaan yang dilakukan dan sebagai bentuk kesyukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa. Waktu pelaksanaan tradisi ''kamomoose'' pada mulanya didasarkan atas perhitungan malam bulan yakni empat belas malam dan lima belas malam bulan dengan maksud agar pelaksanaan tradisi ''kamomoose'' berjalan dengan baik dan aman serta memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan tradisi tersebut. Namun saat ini, ''kamomoose'' diadakan pada malam hari setelah perayaan Idul Fitri dikarenakan pada bulan puasa banyak masyarakat perantau pulang kampung <ref>{{Cite journal|last=Rahman Raofu, Muh. Arsyad|first=Tanzil|year=2018|title=PERGESERAN TRADISI BUDAYA KAMOMOOSE (PENCARIAN JODOH) PADA MASYARAKAT BONEOGE PERANTAU (Studi di Kelurahan Boneoge Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah)|url=http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoSocietal/article/view/7022|journal=Neo Societal|volume=3|issue=3|pages=577-583|doi=http://dx.doi.org/10.33772/.v3i3.7022}}</ref>.
 
''Kamomoose'' diikuti oleh anak gadis yang belum ''baligh'' dan didampingi oleh anak gadis yang sudah dewasa dan belum menikah sebagai pemandu selama pelaksanaan tradisi ''kamomose''. Sebelum acara ''kamomoose'' dimulai, terlebih dahulu para gadis mengambil tempat duduk yang telah disiapkan sebelumnya atau ''buete''. Para peserta (''kamoose)'' duduk berjejer menghadap ''sikhipua'' atau baskom yang di atasnya terdapat penerang seperti lilin yang disebut juga ''sulutakhu''. Kegiatan ''kamomoose'' diawali dengan pemukulan gong sebagai isyarat bahwa acara akan dimulai. Para pembesar negeri, tokoh masyarakat, tokoh adat, serta para undangan termasuk tuan rumah memasuki arena permainan untuk memberi hadiah kepada para ''kamose''. Memberikan hadiah dalam bahasa adat disebut ''fopanga''. Selanjutnya disusul oleh keluarga dan masyarakat pada umumnya <ref name=":0" />.