Roeslan Abdulgani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HRMahardhika (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 53:
Dijaman penjajahan [[Jepang]], ia memimpin gerakan [[Angkatan Muda]], ia ikut merebut kekuasaan dari Jepang, saat [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Proklamasi Kemerdekaan]].
 
Ketika pasukan sekutu mendarat di Surabaya, ia terlibat beberapa pertempuran dan sesudah [[10 November]] [[1945]], ia terpaksa menyingkir ke [[Malang]]. Disana ia bekerja di [[Kementerian Penerangan]], ia pun diangkat menjadi Seketaris Jenderal Kementerian Penerangan, yang waktu itu berkedudukan di [[Yogyakarta]]. Pada saat Agresi Militer ke-2, tanggal [[19 Desember]] [[1945]], ia tertembak pada tangan kanan<ref>Majalah Tempo (1975) "[https://majalah.tempo.co/read/nasional/68399/a Cak Roes, Dari Kapten Langsung...]"</ref> dan beberapa jari tangannya terpaksa dipotong <ref>Ensiklopedi Nasional Indonesia, Penerbit PT. Delta pamungkas, 2004</ref>
 
Setelah penyerahan kedaulatan, ia ikut pindah ke [[Jakarta]], kariernya terus menanjak, ia pernah menjadi Sekretaris Jenderal [[Departemen Luar Negeri]] pada tahun 1954-1956. Setahun kemudian, dia menjadi Sekretaris Jenderal [[Konferensi Asia-Afrika]] di [[Kota Bandung|Bandung]] pada tahun [[1955]]. Setelah jabatan Menteri Luar Negeri pada [[Kabinet Ali Sastroamidjojo II|Kabinet Ali Sastromidjojo II]], ia menjadi [[Menteri Penerangan]] pada tahun [[1962]]-[[1966]], dan Wakil Perdana Menteri pada tahun [[1966]]-[[1967]]. Saat itu pula ia dipercaya menjadi [[Rektor UPI|Rektor IKIP Bandung]] dan Ketua Jurusan Sejarah Budaya [[IKIP Bandung]] (1964-1966). Setelah tampuk kepresidenan berganti dari [[Soekarno]] ke [[Soeharto]], Roeslan dipercaya menjadi [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa|Duta Besar RI]] di [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (1967-1971) dan menjabat Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pancasila selama 20 tahun sejak tahun [[1978]].